A. MENGENAL IKAN LELE
1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele
Lokal (Clarias batrachus)
Ikan Lele (Clarias) adalah marga
(genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini mempunyai ciri-ciri khas dengan
tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang serta memiliki sejenis kumis yang
panjang, mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan ini sebenarnya terdiri atas
berbagai jenis (spesies).
Sedikitnya terdapat 55 spesies
(jenis) ikan lele di seluruh dunia. Jenis ikan yang digunakan adalah lele lokal
yang merupakan lele asli di perairan umum Indonesia. Lele lokal sudah
dibudidayakan sejak tahun 1975 di Blitar, Jawa Timur. Daging lele lokal sangat
gurih dan renyah karena tidak mengandung banyak lemak. Morfologi ikan lele
adalah bagian kepalanya pipih ke bawah (depressed), bagian tengahnya
membulat dan bagian belakang pipih ke samping (compressed) serta
dilindungi oleh lempengan keras berupa tulang kepala.
Tubuh ikan lele memanjang silindris
serta tidak mempunyai sisik, namun tetap licin jika dipegang karena adanya
lapisan lendir (mucus) (Santoso, 1994). Siripnya terdiri atas lima jenis
yaitu sirip dada (dorsal), sirip punggung (pectoral), sirip perut
(ventral), sirip dubur (anal) dan sirip ekor (caudal).
Kepala bagian atas dan bawah tertutup
oleh tulang pelat. Tulang pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang.
Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang
kedua dan keempat. Sirip dadanya dilengkapi dengan sepasang duri yang bisa
disebut patil. Patil lele lokal tidak begitu kuat dan tidak beracun seperti
lele jenis lainnya termasuk lele dumbo. Selain digunakan sebagai alat
pergerakan di dalam air, patil juga dipakai untuk merayap di tempat yang tidak
berair dan digunakan sebagai senjata unuk melindungi diri bila ada gangguan
(Najiyati, 1992; Djatmika dan Rusdi, 1996).
Lele lokal, seperti jenis lele
lainnya, mempunyai insang yang kecil sehingga kurang efektif digunakan untuk
bernapas dan memenuhi kebutuhan oksigennya di dalam perairan (Najiyati, 1992).
Untuk itu, lele dilengkapi dengan alat pernapasan tambahan pada lembar insang
kedua dan keempat berupa modifikasi insang berbentuk bunga yang disebut arborescent
organ yang memungkinkan lele untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Karena itulah, lele dapat hidup pada lingkungan perairan dengan kadar oksigen
rendah dan kadar CO2 tinggi (Susanto, 1989 ; Suyanto, 1992). Karena sifatnya
itu pula, lele dapat hidup pada perairan tenang yang keruh seperti waduk,
danau, rawa dan genangan air lainnya (Najiyati, 1992).
Menurut Najiyati (1992) pula, ikan
lele bersifat nokturnal atau mencari makan pada malam hari. Pada siang hari,
ikan ini memilih berdiam diri dan berlindung di tempat yang gelap. Ikan lele
temasuk ikan omnivora cenderung carnivora. Di alam bebas, makanan alami ikan
lele terdiri dari jasad-jasad renik seperti zooplankton dan fitoplankton, anak
ikan dan sisa bahan organik yang masih segar. Pada Gambar 1 dapat dilihat
bentuk dari ikan lele lokal.
Menurut Sanin (1984) dalam Rustidja
(1997) klasifikasi ikan lele lokal adalah sebagai berikut:
Phylum
: Vertebrata
Class
: Pisces
Sub
Class : Teleostei
Ordo
: Ostariophysoidei
Sub
Ordo : Siluroidea
Family : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus