Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Sabtu, 24 Maret 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN BETUTU




I.  PENDAHULUAN

Ikan betutu diduga ikan asli indonesia yang berasal dari pulau Kalimantan.  Namun sementara orang ada yang berpendapat bahwa ikan betutu berasal dari Sumatra karena sejak dahulu sudah ada disana, bahkan menjadi maskot Kabupaten Talang Betutu.  Mengigat nama betutu menjadi nama tunggal di kabupaten tersebut, maka ikan betutu diduga berasal dari Sumatera . 
Ikan betutu mempunyai kemiripan dengan ikan gabus karena sepintas memang ada keserupaan, baik bentuk maupun sifatnya.  Bila diamati, antara keduanya mempunyai perbedaan yang cukup mencolok yaitu ikan betutu dapat bertahan bejam-jam tanpa bergeser dari tempatnya dan sering disebut dengan ikan malas.  Oleh karena itu,  sementara para ahli menduga bahwa ika betutu masuk dalan keluarga besar Eleotridae yang memiliki kekerabatan dengan kelurga Gobioidea (satu famili dengan ikan gabus). Jika dilihat sepintas, tampang betutu cukup menyeramkan, bentuk mukanya cekung dengan ujung kepala picak (gepeng), matanya yang besar menonjol keluar dan dapat digerak-gerakkan dan mata lebar, tebal dengan gigi kecil tajam. Cukuplah beralasan orang menyebutnya sebagai ikan hantu.


II.  DESKRIPSI IKAN BETUTU

2.1.   Klasifikasi dan Morfologi
Menurut klasifikasi berdasarkan taksonomi yang dikemukakan ahli ikan Singapura, Lie Siauw Foey (1968), Ikan Betutu digolongkan sebagai berikut :
Kingdom         :    Animalia
Fylum             :    Chordata
Super-class     :    Pisces
Ordo              :    Perciformes
Sub-ordo        :    Gobioidea
Family            :     Eleotridae
Genus             :    Oxyeleotris
Species           :    Oxyeleotris marmorata. Blkr
Nama Lokal :  bloso, ikan malas (Jawa);  bakut, ikan hantu (Kalimantan);  bakut, beluru, bakutut (Sumatra);  ketutu, belantok, batutu, ikan hantu (Malaysia);  pla bu sai (Thailand);  ca bong tuong (Vietnam);  soon hock (Cina).
Nama Internasional   :  Marbled goby,  Sand goby
 Ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotris marmorata. Blkr) adalah sebagai berikut :
1.    Bentuk badan memanjang, bagian depan silindris dan bagian belakang pipih
2.    Kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak dan mulut lebar
3.    Sisik sangat kecil-kecil, halus dan lembut sehingga tampak hampir tidak bersisik
4.    Warna badan kecoklatan sampai gelap dengan bercak-       bercak hitam (seperti batik)  menyebar ke seluruh tubuh
5.    Bagian ventral berwarna putih/terang
6.    Tubuh ikan betina umunmnya lebih gelap dari pada jantan
7.    Panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai berat tujuh  kg/ekor

2.2.   Habitat dan Penyebaran
Habitat betutu tersebar luas, meliputi perairan-perairan tawar didaerah beriklim tropis/subtropis.  Betutu menyukai tempat yang arusnya tenang dan agak berlumpur seperti rawa , danau atau muara sungai. Ikan ini gemar sekali membenamkan dirinya didalam lumpur.
Betutu tersebar  di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Kalimantan dan Jawa), hingga kepulauan Fiji di Pasifik.

2.3.   Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan 
Ikan ini hidup didasar perairan, hanya sekali-kali saja menyembul ke permukaan.  Tempat agak gelap, terlindung dibalik batu-batuan atau tumbuhan air sangat disukainya sebagai tempat berlindung dan tempat mengintip mangsa serta melangsungkan proses pemijahan  .  Jika hari menjelang malam, betutu sering terlihat menyembulkan moncongnya di atas permukaan air, disekitar tempat persembunyiannya.
Jenis makanan yang disantapnya berubah dengan bertambahnya umur.  Ikan dewasa biasanya memangsa ikan lain, udang-udangan (crustacea) dan serangga air (insekta), sementara juvenilnya yang masih muda memakan kutu air (daphnia, cladocera dan copepoda), jentik-jentik serangga dan rotifera.  Pada stadia larva, betutu juga memakan plankton nabati (ganggang) dan plankton hewani berukuran renik.
 

III. PEMBUDIDAYAAN IKAN BETUTU
       Kunci utama yang mesti di kuasai adalah pembenihan karena ketersediaan benih merupakan hal mutlak.  Penyediaan benih yang selama ini masih mengandalkan kemurahan alam, sebetulnya sudah dapat dilakukan secara terkendali.  Dengan teknik yang sederhana (alami) pun, benih betutu dapat di produksi secara massal hasil-hasil percobaan memberikan gambaran mengenai prospek produksi benih betutu sebagai sesuatu yang cukup mudah dan tidak membutuhkan modal terlalu besar.  Hanya saja, karena ikan ini belum terlalu populer maka masih jarang pembudidaya yang mencoba mengusahakan pembenihannya.
          Pembudidayaan betutu sedikitnya menyangkut dua tahap yakni produksi benih dan pembesaran.  Tahap produksi maupun pembesaran dapat dilakukan terpadu atau pun terpisah, tergantung pada ketersediaan unsur produksi.

3.1.   Produksi Benih
Dari praktek yang sudah dilakukan para  pengumpul ikan, benih betutu umumnya diperoleh dari alam dan siap ditebarkan lebih lanjut di kolam pembesaran sampai menjadi ikan ukuran konsumsi.  Namun, benih betutu hasil tangkapan ini tidak dapat diandalkan karena secara jumlah maupun ukuran tentu saja tidak mencukupi.  Untuk itulah pengadaan benih dengan pemijahan perlu diupayakan.
Dalam tahap produksi benih, kegiatan yang dilakukan antara lain menyangkut;  pemeliharaan induk atau calon induk hingga siap memijah, pemijahan induk-induk ikan yang menghasilkan telur,  penetasan telur dan  perawatan larva (burayak) hingga menjadi benih.

3.2.   Pembesaran
Kegiatan pembesaran meliputi pemeliharaan benih dari ukuran 50 gr hingga menjadi ikan konsumsi.  Kegiatan ini membutuhkan waktu kira-kira 8 – 10 bulan.  Data mengenai usaha pembesaran betutu masih sangat sedikit karena budidaya ikan ini belum popular dan kalau pun ada masih sebatas penelitian para ahli.
Pembesaran betutu dikolam bisa dilakukan secara polikultur bersama ikan-ikan lain, misalnya karper. Usaha  pembesaran sistem monokultur sudah dicoba pula di daerah Kalimantan Timur.  Pembesaran dengan sistem monokultur ini di kerjakan dalam keramba apung. Hasil panennya cukup memberikan harapan, dapat mencapai 30- 40 kg /m3/tahun. Namun, sayangnya kelanjutan usaha ini tidak terlalu lancar.  Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya benih secara teratur, padahal ikan ini memiliki prospek pasar yang cukup baik.  Teknik pembesaran di dalam keramba dan hampang ternyata sangat prospektif karena dapat dilakukan pada lahan relatif sempit dengan produksi yang cukup  tinggi.

IV.   PENYAKIT IKAN BETUTU
           Penyakit yang menyerang ikan betutu merupakan interaksi yang sangat kompleks antara lingkungan, organisme patogen dan penanganan budidaya itu sendiri.  Jika kondisi ikan dan lingkungan memungkinkan berkembangnya organisme penganggu, maka ikan akan mudah terserang oleh penyakit.  Misalnya, air tempat budidaya kotor, penuh sampah, keruh air jarang diganti, dasar dan tepi kolam terlalu kasar/tajam sehingga mengakibatkan luka pada ikan.  Luka-luka pada tubuh ikan memungkinkan basil-basil penyakit melakukan pentrasi kedalam tubuh ikan.
          Penyakit pada ikan dapat juga terjadi karena nutrisi pakan yang diberikan kurang, bak kuantitas maupun kualitasnya.  Kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, misalnya suhu air dan pH air yang tidak cocok bagi kehidupan ikan. Secara sederhana,  proses terjadinya penyakit  dapat dilihat pada Gambar 2.
 
          Pencegahan penyakit pada ikan betutu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.    Pemberian pakan yang cukup, baik kuantitas maupun kuantitasnya
2.    Sanitasi kolam secara teratur, minimal 3 bulan sekali
3.    Melakukan penggantian air kolam sesering mungkin, bila mungkin setiap hari air kolam diganti dengan cara dialiri
4.    Menjaga kebersihan kolam agar tidak ada otoran atau sampah yang dapat mengundang bibit penyakit
5.    Ikan yang sudah terserang penyakit diambil dan dimusnahkan
6.    Penyakit yang sering menyerang ikan betutu dan pengobatannya, sebagai berikut :

NO
PENYAKIT
GEJALA
PENGOBATAN
BAHAN KIMIA
BAHAN ALAMI
1
Penyakit Viral
Nafsu makan menurun, Hidup menyendiri, gerakannya lamban, dropshy, badannya kesat, kulitnya melepuh dan timbul mozaik berwarna merah, hijau, dan lain-lain tergantung pada jenis virusnya.
Penyuntikan dengan Terramysin dengan dosis 25 mg/berat tubuh ikan
Perendaman dengan ekstrak sambiloto
2
Bakteri (Aeromonas hydrophilla, dan Pseudomonas
sp

- Permukaan badan, terutama perut dan pangkal sirip, berwarna merah dan sering berdarah
 - Kulit melepuh dan sisik hilang
- Perendaman dengan larutan PK dosis 2 % selama 10 menit dan diulangi setisp 3 hari sekali
- Penyuntikan dengan Oxytetracyclin
Perendaman dengan ekstrak sambiloto

Perendaman dengan ekstrak kunyit


  sebagian atau rusak
- Insang rusak dan warnanya berubah dari merah menjadi keputih-putihan/keabu-abuan
- Lendir banyak hilang (keset) sehingga tubuh ikan terasa kasar
HCL/Teramycen dengan dosis 25 mgr tiap kg berat tubuh ikan

3

Penyakit Mikotik
(Saphroregnia sp)


Terdapat benang-benang jamur (mycelium) yang menempel pada tubuh ikan,
Kulit terkelupas
-  Perendaman dengan garam dapur dengan dosis 20 gr/ltr air bersih selama 10 menit
-  Perendaman dengan Methylen blue pada dosis 5 ppm selama 3 jam
Direndam dengan daun sambioto, atau daun sirih dengan dosis dapat disesuaikan, Karena daun ini bersifat
anti biotik dan anti septic
4         4
Penyakit parasiter protozoa (Ichthyopthirius multifiliis. F)


-    Ikan bergerak lamban dengan nafas tersengal-sengal
-    Pada sirip dan insang terdapat bintik-bintik putih
-    Ikan sering menggosok-gosokkan badannya pada benda-benda keras 
-Perendaman dengan larutan Malachit Green Oxalate 0,5 g ditambah 25 cc larutan formalin dalam 1m 3 air bersih, selama 12-24 jam.
-    Perendaman dengan Methylen blue 10 gr dalam 100 cc air
-    Perendaman dengan larutan garam dapur pada konsentrasi 3 gr/ltr air, selama 5 -10 menit dan di ulangi selama 3 hari berturut-turut.
Perendaman dengan ekstrak sambiloto

Perendaman dengan buah daun miana







 
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, D.  2001.  Budidaya Ikan Betutu.  Kanasius. Yogyakarta.
Komarudin, Ujang.  2000.  Betutu; Pemijahan Secara Alami dan Induksi, Pemeliharaan di Kolam, Keramba dan Hampang.  Penebar Swadaya.  Jakarta.   
Kurniawan R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Betutu Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar