I.
PENDAHULUAN
Usaha budidaya ikan hias ada banyak
jenis ikan yang dapat di usahakan, dari yang berharga murah sampai mahal dan
bernilai ekomomis tinggi. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang berprospek
adalah corydoras.
Corydoras termasuk cat fish. Asalnya dari Amerika Selatan
yang kemudian menyebar kedaerah lain secara alami maupun karena campur tangan
manusia melalui transportasi. Penyebarannya mulai dari Brasil, Uruguay, Argentina,
Venezuela, Kolombia, dan Trinidad. Hingga
saat ini banyak dibudidayakan di dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, kegiatan budidaya ikan
ini banyak dilakukan di Jakarta dan di Jawa Barat (terutama Bekasi, Parung
Bogor, dan Sukabumi). Selain itu, daerah yang lain seperti Kalimantan, Sulawesi
sudah mulai mengembangkannya.
Corydoras
sebagai ikan hias mempunyai daya tarik untuk dinikmati. Dengan bentuk yang
cukup menawan dan warna yang variatif, sudah cukup menunjukan daya tariknya
sebagai ikan hias dilihat dari gerakannya, Corydoras menarik karena lincah.
Tingkah lakunya yang suka bergerombol di dasar wadah menyebabkan ikan ini dapat
dipelihara bersama-sama dengan ikan hias lain yang hidupnya di bagian tengah
dan permukaan air sehingga ke kontrasan penampilan menjadi lebih menarik.
Namun, tidak terutup kemungkinan Corydoras hanya dipelihara sendirian tanpa
jenis ikan lainnya. Untuk hal ini, sebaiknya ikan dipelihara dalam jumlah
yang relatif banyak dengan ukuran relatif seragam.
II. DESKRIPSI
2.1. Sistematika dan Morfologi
Corydoras
tergolong dalam ordo siluriformes dan
keluarga Callicthidae. Nama corydoras
sendiri dari nama genusnya, ini terdapat sekitar seratus spesiesnya memiliki
cirri khas masing-masing. Adapun sistematika jenis ikan ini menurut Hoedeman
(1975) sebagai berikut.
Filum :
Chordata
Kelas :
Osteichthyes
Sub kelas : Actinopterygii
Ordo :
Siluriformes
Sub ordo :
Siluroidei
Famili :
Callichthyidae
Genus :
Corydoras
Sementara
cirri-ciri morfologi dari genus corydoras antara lain tubuhnya pendek dan
gemuk, punggung melengkung di banding perut, kedua sisi ikan di lengkapi dengan
lempengan seperti tulang yang tersusun dalam dua baris, serta pada rahang atas
dan bawah terdapat dua pasang kumis. Ukuran tubuh ikan ini berkisar 2,5-12 cm
dengan ukuran mayoritas 5-7.
2.2. Kebisaan
Hidup dan Berkembang Biak
Di
habitat aslinya, corydoras termasuk ikan omnifora atau ikan pemakan segala,
termasuk ikan pemakan bangkai (scavenger), dan dapat pula disebut pemakan dasar
(bottom feeder). Sementara dilingkungan pemeliharaan, ikan ini umumnya
dapat memakan segala jenis makanan yang diberikan. Akan tetapi,
corydoras cenderung lebih menyukai pakan alami berupa cacing-cacingan berukuran
kecil.
Kisaran
suhu air tegantung ketinggian tempat dan daerah ditemukannya, yaitu sekitar
10-120 C di daerah subtropis dan hingga 320 C di daerah
tropis. Ada juga corydoras yang dapat hidup di daerah yang sedikit asam, yaitu
pH 5,3-6,7 dan kesdahan 5-10 dH. Walaupun demikian, corydoras masih dapat hidup
dan berpijah pada kondisi yang bervariasi.
Semua
jenisnya hidup di perairan, tetapi terkadang naik dengan cepat dipermukaan air
untuk mengambil oksigen dari udara. Bila berada di tengah perairan
tanahnya ikan sudah dewasa dan siap memijah. Namun, terkadang tingkah laku ini
bukan menunjukan tanda-tanda siap memijah, melainkan tanda-tanda sakit.beberapa
jenis ikan ini ditemukan hidup membentuk coloni atau bergerombol. Mereka
mengambil makanan dari dasar peraiaran yang berlumpur atau berpasir serta dari
tanaman air atau dedaunan di dalam air.
Corydoras
hidup di daerah rawa atau tempat yang kurang suplai airnya. Pada saat miskin
oksigen, mereka dapat memepergunakan ususnya untuk alat pernapasan.Bahkan pada
saat musim kemarau, corydoras ditemukan dalam keadaan tertutup lumpur dan akan
kembali segar saat musim hujan. Biasanya saat awal musim penghujan tersebut
corydoras siap memijah kembali.
Di
habitat aslinya, umumnya corydoras dapat memijah segera setelah musim kemarau, sementara
dilingkungan pemeliharaan, kegiatan memijah ikan ini bisa berlangsung sepanjang
musim. Pemijahan basanya memerlukan beberapa hari karena telurnya keluar secara
persial. Artinya, Kematangan telur dan ovulasi tidak bersamaan, tetapi telur
dikeluarkan secara bertahap. Jumlah telur yang keluar biasanya tebanyak pada
hari kedua dan ketiga bertelur.
Tingkah
laku berpijah pada corydoras dikenal ada dua posisi induk, yaitu posisi T dan
posisi S. Posisi T adalah posisi dari induk betina dan posisi S adalah posisi
dari induk jantan. Artinya, saat berpijah mulut betina mendekati bagian genital
jantan sehingga membentuk huruf T, sedangkan jantan melngkung membentuk huruf
S. Dengan posisi tersebut maka betan dapat mengumpulkan spermajantan di
mulutnya tersebut sperma jantan akan dikeluarkan bersamaan dengan di keluarkannya telur-telur dari
tubuhnya dan di tempelkan pada subtrat (penempel telur). Dengan demikian,
telur-telur tersebut akan terbuahi.
III. PEMBENIHAN CORYDORAS
Pembenihan merupakan kegiatan
budidaya untuk mendapat benih. Pembenihan ini mencakup kegiatan pemijahan,
penentasan telur,dan perawatan benih serta pendederan. Pemijahan sendiri
merupakan proses perkawinan induk jantan dan betina hingga menghasilkan telur
yang telah di buahi. Perkawinan dapat terjadi kalau kedua induk sudah cukup
umur, atau matang kelamin dan kondisi lingkungan mendukang. Sampai hari ke -3,
telur akan menetas menjadi larva. Larva-larva ikan harus di rawat dan di
dederkan hingga menjadi benih yang siap dibesarkan. Rangkaian proses tersebut
harus dilakukan karena larva sangat peka terhadap penyakit. Adapun tahapan
pemijahan dan pembanihan corydoras sebagai berikut.
3.1. Wadah pemijahan
Ada
beberapa wadah yang dapat di gunakan untuk pemijahan corydoras, yaitu bak
semen, bak faibergalas, bak kayu yang dibungkus plastik, dan akuarium.
3.2. Sarana
pelengkap pemijahan
Selain
sarana utama berupa wadah pemijahan, juga di perlukan sarana pelengkap lain
agara proses pemijahan corydoras dapat berlangsung dengan baik. Adapun saran
pelengkap yang harus di sediakan antara lain subtrat penempel telur dan
penyuplai oksigen.
Diperlukan
subtrat penempel telir karena corydoras memilki sifat betelur yang adesif atau
menempelkan telurnya padabenda-benda di sekitarnya. Ada beberapa bahan yang
dapat digunakan sebagai subtrat penempel telur yaitu potongan pipa, keramik,
potongan kaca, atau bahan lain yang tidak mudah busuk.
Sarana
pelengkap lain yang diperlukan pemijahan ialah penyuplai oksigen. Untuk itu,
air medianya perlu selalu di suplai dengan oksigen. Adapun kelengkapan untuk
menyuplai oksigen antara lain blower atau aerator, selang, dan batu aerasi.
3.3. Pemilihan dan
pengelolaan induk.
Corydoras
mulai dapat di pijahkan minimal umur 8 bulan atau berukuran sekitar 6-7 cm.
Ikan jantan memiliki bentuk tubuh seperti torpedo bagian dari belakang insang
meruncing hingga ke ekor. Utbuh iakn jantan ini lebih langsing dan ukurannya
lebih kecil dari betina. Sirip dorsalnya tampak lebih runcing. Sedangkan ikan
berina bertubuh lebih besar dibanding jantan dan perutnya tampak membundar
karena berisi telur.
Calon
induk hasil seleksi di pelihara secara terpisah hingga siap dijadikan induk.
Pemisahn induk betina dan jantan dapt dilakukan dalam wadah tertentu, tetapi
juga dapat dilakukan dalam wadah pemijahan. Namun secara umum pemijahn dapat
dilakukan secara masal dalam bak semen.
Selama
pemeliharaan tersebut, calon induk di beri pakan brprotein tinggi untuk
mendukung kuantitas dan kualitas air. Akan tetapi, jenis pakannya perlu di
sesuaikan dengan kebiasaa makan.dari corydoras. Oleh karena corydoras bersifat bottom
feeder maka kan lebih baik kalu di beri pakan alami seperti tubifex maupun
bentuk pakan berupa butiran atau pelet yan gtenggelam dosisi pakan buatan cukup
3-5% dari berat total induk.
Selain
diberi pakan, induk ikan harus diberi perllakuan obat-obatan secara periodik.
Tujuan nya agar ikan selalu dalam keadaan sehat selam proses pemijahan Obat
yang dapat digunakan berupa anti parasit seperti formalin atau anti bakteri
seperti oksitetrasiklin. Perlakuan ini dilakukan setiap dua minggu atau sebulan
sekali. Walaupun sudah diberi perlakuan,
3.4. Penetasan telur
dan perawatan benih.
Subtrat
yang berisi telur dimasukan dalam wdah penetasan. Umumnya wadah penetasan
berupa akuarium berukuran 40 cm x 60 cm x 40 cm. Tinggi airnya sekitar 20-25
cm.air medianya perlu di beri obat methyline
blue 5% dengan dosis 15 tetes larutan per 20 liter air untuk mencegah
serangan jamur.
Telur akan menetas menjadi benih mulai
hari ke-3. Semntara subtrat yang telur–telurnya dudah menetas haurs segera
diambil dan dicuci. Pencucian ini di maksudkan untuk menghilangkan sisa telur
yang tidak menetas dan membersihkan jamur yang ada.
Benih
yang sudah menetas tidak langsung diberi pakan karena memebawa kuning telur
sebagai makanannya. Mulai hari ke-3, pakan sudah harus diberikan dan kualitas
air di perhatikan karena saat ini benih sangat peka terhadap penyakit. Bila
terserang penyakit , seluruh benih akan mengalami kematian.
Pakan
pertama yang disarankan untuk benih corydoras berupa nauplius artemia.
Sayangnya pakan jenis ini cukup mahal sehingga sebagai alternatif dapat di
berikan pakan Brachionius sp. Dengan catatan bahwa kultur pakan alami tesebut
haurs dilakukan secara rutin dan continu. Lama
Pergantian
air dilakukan setiap hari untuk menjaga kualitasnya. Kualitas air yang kurang
baik akan berakibat proses pamijahan terganggu. Pergantian air dapat dilakukan
dengan cara menyipon 1-3 hari sekali.
Setelah
memijah selama dua bulan, induk perlu dipelihara secara terpisah selama dua
minggu sebelum dicampur kembali untuk dipijahkan. Tujuannya agar kodisi
tubuhnya tetap baik saat berpijah.
Corydoras
biasanya mengeluarkan telurnya secara persial Oleh karenanya, setiap hari dapat
ditemukan telur menempel pad subtrat. Setiap induk mampu menghasilkan 200-500
butir telur.
Pemijahan
bisanya terjadi menjelang pagi atau pada pagi hari. Saat
berpijah ikan perlu ketenangan. Keberhasilan ikan memijah dapat diamat pada
subtrat telur yang sudah ditempeli telur berwarna bening. Jika telurnya putih,
berarti pemijahan gagal.
Subtrat
yang di tempeli telur diambil dan dipindahkan kedalam wadah penetasan telur.
Caranya ialah subtrat diangkat dan langsung di pindahkan ke bak penetasan telur.
3.5. Pendederan.
Pendederan
merupakan tahapan meliharaan benih corydoras setelah di rawat di akuarium
selama 7-10 hari. Pendederan ini dilakukan hingga benih berukuran sekitar 1,75
cm atau selama 1-1,5 bulan
Selama
pemeliharaan, corydoras akan lebih banyak meamanfaatkan dasar perairan. Padat
penebaran jangan terlalu tinggi cukup sekitar 1.000-2.000 ekor/ m2. Jika
kepadatannya terlalu tinggi, ikan akan bersaing memperoleh pakan.
Tinggi
air mediapun jangan terlalu tinggi, yaitu sekitar 10 cm. Hal ini disebabkan
ikan sering naik kepermukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Pakan yang
digunakan selam masa pendederan ini adalah cacing sutra. Dosisnya 10% dari
bobot total ikan.
Untuk
menunjang penambahan jumlah oksigen terlarut di perlukan alat-alat berupa
blower atau aerator serta instalasinya seperti paralon, batu aerasi, selang
aerasi, pemenas, dan filter. Parealon digunakan untuk mengalirkan udara dari
blower atau aerator ke air. Sematara filter dapat dipakai jika kondisi air agak
keruh.
IV. PEMBESARAN CORYDORAS
Kegiatan
akhir budidaya corydoras ialah pembesaran. Kegiatan pembesaran merupakan pemeleharaan
ikan hingga mencapai ukuran yang dikehendaki pasar. Ada tiga ukuran
ikan hasil pembesaran yang siap di pasarkan, yaitu ukuran S (1,75-2,00 cm),
Ukuran M (2,5-3.0 cm), dan ukuran L(lebih dari 3 cm). Permintaan pasar tebesar
adalah ukuran M dengan ukuran rata-rata 2,5 cm.
Pada
kegiatan pembesaran ini membutuhkan waktu lebih lama dibanding pembenihan dan
pendederan. Waktu yang dibutuhkan larva menjadi ukuran S sekitar 1-1,5 bulan,
dari ukuran S ke M sekitar 1-1,5 bulan, dari ukuran M ke L sekitar 1,5-2 bulan.
4.1. Wadah pembesaran
dan sarananya
Wadah
pembesaran ini sama seperti pada kegiatan pembenihan, akuarium dapat dibuat
sendiri sesuai keinginan budidaya. Ukuran harus lebih besar dibanding wadah
pemijahan karena digunakan untuk keleluasan gerak ikan. Ketebalan kacanya harus
sesuai dengan ukran akuarium. Sebagai pedoman, Ketebalan kaca untuk akuarium
ukuran 40 cm x 60 cm x 50 cm adalah 5 mm. Ketebalan kaca perlu diperhatikan pemberian
pakan sekitar 7-10 hari dengan dosis 1/3 sendok makan untuk setiap akuarium.
Kualitas
air selama pemeliharaan benih harus tetap stabil sehingga perlu dilakukan
pergantian air. Air yang bening lebih di sukai benih corydoras, dan sisa pakan,
kotoran yang ada didasar harus selalu dibuang.
4.2. Pemasukan benih.
Ketekunan,
kesabaran, dan ketelatenan dalam mengelola pembudidayaan corydoras akan
menunjang keberhasilan uasaha yang dilakukan.Penanganan yang halus atau lembut
sangat di butuhkan. Perlakuan yang kasar akan menyebabakan terjadinya serangan
penyakit. Luka biasanya terjadi akibat penangan yang kurang hati-hati atau
kasar.
Pemasukan
benih kedalam bak pembesaran pun harus dilakukan secara hati-hati. Gunakan
serokan agar ikan tidak tergores dan tidak menyababkan luka. Ikan yang baru
diserok sebaiknya ditempatkan dahulu dalam sebuah baskom sebelum dimasukan
dalam wadah pembesaran.
Setelah
benih berada dalam baskom masukkan baskom tersebut secara perlahan ke da;am
wadah pembesaran untuk diaklimatisasi dan adaptasi suhu
air. Ini harus dilaukan karena suhuair di wadah pemeliharaan lama tidak sama
demgam suhu air di wadah baru bila langsunmg dimasukkan kedalam wadah
pembesaran, ikan tidak tahan dengan suhu air yang baru. Proses aklimatisasi dan
adaptasi cukup sekitar satu jam. Selanjutnya okan di dalam baskom dibiarkan
keluar sendiri ke wadah pembesaran.
4.3. Perawatan
Setelah
dimasukkan dalam wadah pembesaran, ikan harus dirawat dengan baik agar
kondisinya menjadi baik. Ikan sangat membutuhkan pakan untuk hidupnya baik pakan
alami maupun pakan buatan. Beberapa jenis pakan alami yang akan diberikan
antara lain cacing sutera dan cacing dara. Namun, corydoras sangat menyukai
cacing sutera dinbanding cacing darah sementara pakan buatan dapat diberikan
secukupnya saja.
Pemberian
cacing sutera dalam keadaan bersih, setelah dinbersihkan diberi perlakuan obat
– obatan agar terbebbas dari hama dan organisme dan penyebab penyakit. Caranya
ialah pakan alami direndam dalam antibioti oksiteterasiklin 5-10 ppm.
Pembersihan lumpur diklakukan dengan cara mencucinya secukupnya
saja tetapi harus dkontrol secra rutin ketersediaanya agar ikan dapat
memperoleh pakan sewaktu –waktu.
Selain
pakan. Air merupakan media pemeliharaan ikan yang harus sealu diperhatiakn
kualitas maupun kuantitasnya. Kiarena itu kegiatan pengisian air perlu
dilakukan dengan mengganti air berarti kualitasnya dapat diperbaharui.
Penggantian air dapat dilakukan sesuai
kebutuhan, sebaiknya sehari sekali. Namun, waktu 2-3 hari sekali masih
mendukung kualitas air, tergantung kondisinya. Kotoran yang berada didasar
perairan merupakan indikasi terhadap kualitas air media sehingga akan
memepengaruhi kondisi air terutama kandungan amoniaknya.
V. PENYAKIT DAN
PENGENDALIANYA
5.1.
Jenis Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang di sebabkan oleh
serangan organisme patogen seperti parasit, bakteri, virus, dan jamur. Jenis
penyakit ini dapat dilihat pada tabel 1.
NO
|
JENIS PENYAKIT
|
GEJALA
|
PENGOBATAN
|
A.
|
PARASIT
|
|
|
|
Ticordipna
|
Adanya
warna keputihan di tubuh ikan, sering keluar lendir di tubuh ikan, sisik dan sirip teritasi serta nafsu
makan berkurang.
|
Di
rendam dalam larutan formalin 25 ppm selama 24 jam.
|
|
Epistilis sp
|
Tubuhnya
pucat keluar lendir secara berlebihan, serta adanya bintik-bintik di
permikaan tubuh
|
Di
rendam dalam larutan garam dapur NaCl 500 ppm Rendam selama 24 jam.
|
|
Chilodonella
|
Sirip
tanpa iritasi, gerakan ikan tidak normal, serta tidak respon tehadap
kejutan.
|
Direndam
dalam larutan formalin 25 ppm selam 24 jam.
|
|
Cacing
|
Kurangnya
nafsu makan, ikan tidak responsif, dan tubuh menjadi pucat.
|
Di
rendam dalam larutan garam dapur dengan dosis 200-300 ppm.
|
B.
|
PENYAKIT BAKTERI
|
|
|
|
Bercak merah
|
Dapat
di ikuti dengan pembengkakan di sekitar luka.
|
Di
rendam dalam larutan antibiotik selam 24 jam dengan dosis 5-10 ppm.
|
|
Dropsi
|
Adanya
cairan tubuh pada ikan sehingga perut terlihat kembung.
|
Di
rendam dalm larutan garam dapur dengan dosis 200-300 ppm.
|
C.
|
PENYKIT JAMUR
|
Adnya
luka pada bagian tubuh.
|
Di
renda dalam larutan metil biru dengan dosis 1-3 ppm selam 24 jam.
|
D.
|
PENYAKIT VIRUS
|
Belum
diketahui
|
-
|
DAFTAR PUSTAKA
Kembuan
B.S. dan Syafei L.S, 2005. Buku
Seri Kesehatan Ikan “Corydoras Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Liviawaty
dan Eddy Afrianto, Pengendalian Hama dan
Penyakit Ikan,
Yogyakarta, Kanisius, 1992.
Mudjiutami Endang, Ikan Hias Air
Tawar Corydoras,
Jakarta, Penebar
Swadaya,2000.
Wijayakusuma, Setiawan Dalimartha dkk Tanaman
Berkhasiat Obat Indonesia IV, Jakarta, Pustaka Kartini,
1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar