Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Sabtu, 03 Maret 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN CUPANG


 I.  PENDAHULUAN
 Ikan cupang (Betta splendens) bukanlan ikan asli Indonesia, meskipun Indonesia mempunyai ikan yang masih semarga dengan ikan ini yakni Betta fasciatus, alias Stiped fightingfish, yang lebih dikenal dengan nama Tempalo.
Ikan ini  pertama kali ditemukan di perairan Thailand, Malaysia. Sekalipun  dahulu belum mengetahui kehebatanya bertarung, namun salah satu yang sering mendapatkan perhatian adalah sijantan mempunyai warna yang menarik, selain itu juga muda diurus, karena tahan ditempatkan dalam wada yang berukuran kecil serta muda beradaptasi.
Keunggulan cupang untuk bertahan hidup (dan bukan berkembang biak) di tempat sempit tidak bias tidak karena cupang mempunyai lebirinth, yaitu perangkat pernapasan tambahan yang terletak pada sebelah rongga insangnya. Dengan alat canggih nyang konstruktif ini cupang mampu mengkonsumsi osigen langsung dari udara bebas, yang jarang bias dilakukan oleh ikan lain. Kenyataan ini gampang dideteksi apabila kita perhatikan bahwa setiap beberapa menit cupang menyembulkan moncongnya ke permukaan air.

II. DESKRIPSI IKAN
 2.1. Klasifikasi ikan cupang
Ikan cupangmempunyai daftar klasifikasi yang panjang. Daftar klasifikasi yang popular dengan sebutan sistematika ikan tersebut adalah sebagai berikut:
Filum                : Chordata
Subfilum            : Craniata
Superkelas        : Gnathostomata
Kelas                : Osteichthyes
Subkelas           : Actinopterygii
Superordo         : Teleostei
Ordo                : Percomorphoidei
Subordo            : Anabantoidei
Famili               : Antibantidae
Genus               : Betta
Spesies             : Betta splendens
 
Gambar. Ikan Cupang

2.2. Morfologi Ikan Cupang
Bettea splendens alam-yang diambil dari alam aslinya merupakan ikan yang mempunyai postur badan memanjang, dan bila diliat dari depan atau dari belakang mempunyai potongan badan yang pipih kesamping (compressed). Sebagai ikan liar, ternyata badannya mirip dengan bunglon, beragam tergantung alam yang membentuknya. Beberapa spesimen yang tergolong cantik mempunyai warna badan dasar coklat kemerah-merahan dengan corak kebiru-biruan. Semua sisi sangat dekoratif dan warnanya sangat beragam. Sirip punggung sangat lebar dan terentang sampai kebelakang, walaupun badannya tidak terlalu besar tapi keliatan kokoh dan menawan. Sirip ekornya berbentuk membulat (rounded) berwarna dasar sama dengan badannya.
        Sirip ekor ini strip berwarna dasar sama dengannya. Sirip ekor ini  juga dihiasi dengan strip berwarna sedikit kehijau-hijauan, sering kali ujungnya berwarna oranye. Sirip analnya berwarna hijau kebiru-biruan, juga memanjang, memantapan eksistensinya sebagai ikan jago berkelahi. Sirip anal ini kadang-kadang dibubuhi warna coklat dan merah. Sirip perutnya juga panjang dan warna merah oranye. Hanya saja, ujang siripnya sering kali dihiasi warna putih susu. Ukuran badan ikan cupang ini untuk yang jantan mencapai 5 - 6 cm, tapi untuk betina biasanya ukuran badannya lebih kecil dari badan jantan.


III. PROSES BUDIDAYA

  3.1.   Pemilihan Induk
Induk cupang yang hendak dipijahkan apabila sudah mencapai umur sekitar 6-7 bulan, dengan panjang total antara 5-6 cm. Induk-induk harus sehat, tidak cacat badannya atau mengidap salah satu penyakit. Pejantan belum pernah diadu. Untuk mengetahui betina yang sudah matang gonad dapat diperhatikan perutnya. Selain lebih gemuk dari pada biasanya, pada perut betina sudah nampak dari luar bayangan telur-telurnya. Sedangkan pejantan umumnya akan selalu siap diawinkan asalkan umurnya sudah memenuhi syarat.

3.2.   Persiapan Wadah
Tempat untuk pemijahan ikan cupang sangatlah mudah, cupang bisa dipijahkan dalam akuarium dengan ukuran 20x20x20 cm, atau dalam bak yang disekat-sekat bahkan dapat dipijahkan dalam toples sekalipun. Wadah pemijahan dibersihkan dan diisi air, kemudian masukkan tanaman air untuk pemempatan telur-telur hasil dari pemijahan.

3.3.   Pemasukan Induk 
                Setelah persiapan wadah selesai maka induk jantan dapat dimasukkan lebih dahulu agar dapat beradaptasi terlebih dahulu. Setelah itu masukkan induk betinanya, setelah beberapa lama induk jantan akan membuat sarang telur dengan mengeluarkan gelembung-gelembung.

3.4.   Proses Pemijahan
Pemijahan ikan ini dapat diketahui dengan menyaksikan cupang-cupang tersebut saling berpelukan di tanaman air dan melayang sampai beberapa saat, kemudian akan keluar telur dan akan segera dibuahi oleh induk jantan. Telur-telur yang melayang di dalam air akan segera di tangkap oleh induk jantan untuk disusun di gelembung-gelembung busa yang telah dibuatnya.

3.5.   Perawatan Benih
Telur-telur akan menetas setelah 2-3 hari, setelah menetas induk ikan diangkat. Benih-benih ikan dapat diberi pakan setelah berumur 4 yaitun kutu air saring. Pergantian air dilakukan 2 hari dengan menyipon kotoran- kotoran yang ada di dasar wadah.

IV.     HAMA DAN PENYAKIT IKAN CUPANG

          Setidak-tidaknya ada tiga penyebab pokok yang biasa mematikan cupang-cupang kesayangan kita. Antara sebab yang satu dengan lainnya kadang-kadang erat kaitannya. Penyebab utama adalah hama ikan. Batasan hama di sini adalah segala macam makhluk, baik di dalam air ataupun di luar air yang biasa memangsa ikan cupang. Penyebab kedua adalah parasit, yaitu makhluk air atau non air yang menyebabkan ikan terserang penyakit dan akhirnya ikan bisa mati. Penyebab ketiga adalah nonparasit, yaitu selain parasit yang juga mampu menyebabkan cupang sakit, dan akhirnya mati.

4.1.   Hama

Seperti sudah disinggung di atas hama adalah segala bentuk makhluk hidup yang ‘doyan’memangsa cupang, entah barasal dari dalam air atau dari luar. Hama yang kerap menjadi pemangsa cupang adalah burung, kucing, kadal, kodok, ular, anjing air dan lain sebagainya. 
Menghalau hama tersebut secara total memang tidak mungkin dilakukan, karena sifatnya yang hidup. Namun mengurangi serangannya dengan menghambat hama tersebut menghambat mendekati cupang mungkin merupakan cara yang efektip. Tentu saja upaya penanggulangan ini baru efisien apabila kita memiliki suatu unit buddaya cupang, dan bukannya hanya satu atau dua ekor saja.
Untuk menghindari burung, biasanya para petani cupang memasang jaring diatas kolam-kolam cupang. Tentu saja tidak perlu jaring yang bagus, karena mahal harganya. Jaring bekas dan sudah bolong di sana sini cukup memadai untuk keperluan ini. Bagian yang bolong kita tambal sulam dulu dengan tali rafia atau benang. Untuk menunjang benang jaring, biasa juga diberi pita kaset bekas yang direntangkan di sana sini. Kilauan sinar matahari yang menyilaukan dari pantulan pita tadi akan mengurangi keinginan burung mendekati kolam cupang. Beberapa petani memasang kincir angin yang dapat berbunyi untuk menakut-nakuti burung pemangsa.

Jaring bermata halus dapat juga digunakan sebagai penghambat ular pengganggu cupang. Jaring tersebut dipasang sekeliling kolam dan akan menjerat apabila ular mencoba menerobosnya. Agar areal kolam cupang jangan sampai didekati ular, biasanya orang membersihkan rumput-rumput liar dan menaburinya dengan garam krosok.  Cara ini sering dilakukan orang yang baru pindah rumah, agar terhindar dari ular yang nyasar.
Kucing merupakan binatang rumah,yang sering dipelihara untuk teman anak-anak. Namun jika kita hendak mengusahakan cupang,kehadirannya diusahakan tidak mengganggu cupang-cupang. Hal ini bisa ditempuh dengan menaruh cupang ditempat yang tertutup. Enceng gondok atau daun-daunan yang dapat dipakai cupang sebagai tempat ’berteduh’ biasanya cukup menolong. Cupang-cupang yang ada di bawah perakaran enceng gondok paling tidak akan selamat dari keusilan kucing.
Anjing air terenal sebagai hama yang sangat rakus memangsa ikan-ikan dan sulit diberantas. Bahkan pada areal budidaya ikan konsumsi, anjing air ini terkenal sebagai perampok nomor satu, terutama kita tinggal didaerah baru yang masih banyak tumbuh tanaman yang besar dan dekat dengan sungai. Anjing ini akan datang berbondong-bondong pada malam hari dan menyikat habis ikan dalam kolam. Untuk mengamankannya, harus dilihat dari mana anjing ini datang, kemudian tempat itu kita tanami pandan berduri rapat-rapat. Hanya dengan cara itulah kita boleh berharap anjing air tidak datang, karena jika hanya kawat berduri anjing ini masih dapat menerobos.
     

4.2.   Penyakit Parasiter

Sebagaimana telah disinggung diatas, penyakit parasiter adaah penyakit yang disebabkan oleh parasit, yaitu sebangsa hewan renik yang menyebaban ikan cupang sakit dan mati. Berbeda dengan hama, umumnya parasit berukuran lebih kecil dari pada cupang, dan menyerang pada salah satu atau beberapa bagian tubuh ikan. Bila parasit menyerang beberapa saat kemudian ikan-ikan akan mati.
Beberapa parasit yang biasa menyerang cupang adalah kutu ikan, bintik putih velvet, dan jamur lain sebagainya. Cupang yang terserang penyakit ini biasanya mengalami perubahan pada seluruh bagian tubuhnya, selain perilakunya. Perubahan perilaku yang sering tampak adalah cara berenangnya, mogok makan dan memilih untuk tetap tinggal dipermukaan air. Perubahan warna juga terjadi pada seluruh badannya, dan tidak jarang beberapa bagian siripnya hilang.Kutu ikan adalah sebangsa udang renik primitif, yang hidup secara berpindah-pindah dari satu ikan ke ikan lain dan mengisap darah mangsanya. Cupang dapat ditulari kutu ikan dari telur-telurnya yang secara tidak segaja terbawa serokan atau menempel ditempat pemeliharaan.
Cupang yang terserang kutu ikan (Argulus indicus) dapat dikenali dari badannya yang ditempeli kutu ikan ini (berwarna putih kelabu). Dalam jumlah sedikit kutu ikan ini dapat diambil dengan pinset (penjepit), emudian bekas lukanya diobati dengan obat merah.Untuk mencegah menjangkitnya penyakit ini, sebelum dipaai bak harus dibersihkan dan dikeringkan. Bak yang lama tidak dibersihkan dan airnya arang diganti dapat memungkinkan hidupnya kutu ikan. Kutu ikan tidak sama dengan kutu air yang biasa untuk makanan cupang. Sejumlah garan yang dimasukkan kedalam akuarium yang berisi ikan sakit, dapat menghilangkan kutu ikan ini.
Jamur dapat menyerang tubuh ikan cupang apabila tubuh cupang terluka dan kemudian terinfeksi oleh jamur. Jamur merupakan infeksi sekunder dan bukannya penyebab pertama ikan-ikan sakit. Cupang-cupang yang telah selesai diadu atau berantem secara tidak segaja, kemungkinan besar akan terserang jamur, jika tidak dilakukan langkah-langkah pencegahan. Jamur bias hadir diakuarium atau bak, apabila terdapat organ yang mati atau rusak. Untuk mengobati cupang yang terserang jamur dapat dipakai Malachygreen.
Bintik putih disebabkan oleh Ichthyophthirius multifiliis yang banyak jumlahnya dalam tubuh cupang, sehingga membentuk bintik putih (white spot) pada tubuh cupang. Parasit ini dapat merusak tubuh ikan, dan menyebabkan pendarahan pada sirip dan insang ikan. Pada tahap yang sudah kronis dapat menyebabkan ikan mati. Serangannya cepat menyebar pada seluruh bak, atau pada bak lain apabila terjadi kontak lewt serokkan atau ikan yang dimasukkan pada bak lain. Cupang-cupang yang terserang bintik putih sebaiknya dipisahkan dan diobati dengan Malachytgreen dan Metheleneblue. Sedangkan ikan-ikan lainnya juga diobati, dan bak atau tempatnya dibersihkan dan dikeringkan.
Penyakit lain yang sering menyerang ikan cupang adalah penyakit yang dikalangan petani terkenal dengan sebutan penyakit stip. Tubuh cupang terserang, sirip punggung ataupun ekornya gosong atau hitam. Petani umumnya mengobati dengan tetra ½ sendok dan 1 sendok garam yang dilarutkan dalam 25 liter air. Ikan-ikan yang sakit, kemudian dilarutkan kedalam larutan ini dan dibiarkan selama beberapa saat sehingga keadaannya baik kembali. Seperti halnya pada penyakit-penyakit lainnya, untuk mencegah penularan dan penyerangan ulang, sebaiknya tempat cupang dibersihkan dan dikeringkan.
Penyakit lainnya adalah penyakit sariawan, yang ditandai dengan timbulnya keputih-putihan pada mulut ikan ikan. Ikan yang terserang sariawan bisa juga diobati dengan cara mengobati stip.

4.3.   Penyakit Non-Parasiter

Penyakit non-parasiter adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh parasit. Artinya, selain parasit yakni organ diluar cupang yang jelas-jelas dapat menyebabkan ikan sakit, ada hal-hal lain bersifat teknis yang juga dapat menyebabkan ikan cupang sakit bahkan mati.
Penyakit non-parasiter umumnya berupa perubahan suhu yang mendadak, suhu yang terlalu tinggi atau rendah,kandungan karbon dioksida yang terlalu tinggi dalam kolam/bak, dan lain sebagainya.
Yang paling sering dialami oleh para pemula adalah tidak cocoknya air dipakai saat pertama kali. Mereka yang menggunakan air baru akan mengalami hal seperti ini. Air harus diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam baru kemudian digunakan. Jika mengganti air, bisa saja dipakai air yang benar-benar baru, asalkan masih tersisa air lama minimal setengahnya.
Yang juga sering terjadi, pada saat memasukkan ikan baru, sering kali ikan sakit atau bahkan ikan mati jika langsung dimasukkan tanpa mengalami proses adaptasi terlebih dahulu. Juga pada saat pengangkutan pada siang hari yang terik, tanpa mengindahkan ikan cupang yang kepanasan, biasanya kita akan temukan ikan-ikan cupang yang setengah mati ketika sampai dirumah.
Hal-hal tersebut seperti diatas aan menyebabkan ikan sakit atau mati, padahal jelas bukan parasit penyebabnya. Oleh karena itu penyakit seperti ini disebut penyakit non-parasiter.
NO
JENIS PENYAKIT DAN PENYEBABNYA
GEJALA
PENGOBATAN
SECARA KIMIA
SECARA ALAMI
1
white spot (Bintuk Putih)
Ichthyophthirius multifiliis
Terdapat banyak bintik putih pada permukaan tubuh.
Berenang dipermukaan air.
Ikan berkumpul ditempat yang dangkal.
Ikan menggosokan tubuhnya ke dinding atau benda yang keras.
Gerakan tutup insang lebig cepat.
Di rendam dengan larutan Methylen blue 10 gr/l air selama 24 jam.
Perendaman dengan larutan Malachite green oxalate 0,1 gr/ m3 air selama 24 jam.
Perendaman dengan formalin 25 ml/m3 air selama 10 menit.
Dengan menggunakan daun ketapang kering yang direndam 10 lembat/l air.
Dengan rendaman estrak kunyit 0,5ml/l air selama 5 menit.




DAFTAR PUSTAKA

Daelami, D.  2002.  Agar Ikan Sehat.  Penebar Swadaya.  Jakarta
Hardjamulia, A. 1978. Budidaya. Departemen Pertanian Badan Pendidikan dan Penyuluhan Pertanian. SUPM Bogor
Hermanto dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Cupang Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Kusumah, H. 1985. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian Badan
Susanto, Heru.  1992. Memelihara Cupang. Kanisius.Tanggerang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar