Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Jumat, 19 Agustus 2016

TEKNOLOGI REHABILITASI HABITAT DAN PEMULIHAN SUMBER DAYA IKAN MELALUI PENGEMBANGAN TERUMBU BUATAN







Kekayaan ekosistem terumbu karang dan letaknya yang dekat dengan hunian manusia (wilayah pesisir) menyebabkan tekanan dari berbagai kegiatan untuk mengeksploitasi sumberdayanya. Beberapa penyebab kerusakan terumbu karang diantaranya adalah penambangan batu karang, penangkapan ikan tidak ramah lingkungan (muroami, bahan peledak, bahan kimia beracun), pencemaran, sedimentasi, dan juga perubahan iklim global (kenaikan suhu perairan). Kerusakan terumbu karang akan menyebabkan ekosistem tersebut tidak dapat memenuhi fungsinya, baik sebagai pelindung pantai maupun tempat berlindung, mencari makan, bertelur, dan asuhan berbagai jenis biota laut. Salah satu rumusan kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang adalah mengupayakan pelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan kualitas ekosistem terumbu karang bagi kepentingan seluruh masyarakat yang kelangsungan hidupnya bergantung pada eksploitasi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.


Tujuan dari pengembangan terumbu buatan adalah menyediakan habitat buatan yang diharapkan mempunyai fungsi ekologis seperti terumbu karang alami, diantaranya adalah :
·         Sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan daerah mencari makan (feeding ground) bagi ikan.
·         Pengikat polip karang, sehingga dapat tumbuh dan berkembang.
·         Menjaga keseimbangan siklus rantai makanan
·         Meningkatkan keanekaragaman hayati laut
·         Meningkatkan stok ikan
·         Melindungi pantai dan ekosistem pesisir dari hempasan gelombang

Rincian dan aplikasi teknis/persyaratan teknis:
a.        Pemilihan Bahan
·      Bahan terumbu buatan dipertimbangkan untuk hasil yang akan diperoleh dalam jangka waktu panjang
·      Terbuat dari material yang mengandung karbonat, sehingga menyerupai terumbu karang, dan tepat untuk pertumbuhan karang
·      Mudah dibentuk sesuai dengan organisme sasaran, dan mudah disusun untuk efisiensi biaya.
·      Bobot dan daya cengkeram kuat untuk mencegah penyapuan karena arus dan gelombang

b.        Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi untuk pemasangan terumbu buatan harus mempertimbangkan kondisi lingkungan (fisik, kimia, dan biologi), sosial ekonomi budaya, serta faktor penunjang lainnya. Kondisi lingkungan akan berpengaruh tinggi rendahnya produktivitas primer di perairan. Dahuri (2003) menyatakan bahwa tingginya produktifitas perairan akan memungkinkan perairan ini sering merupakan tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground) dari kebanyakan ikan.
Beberapa persyaratan lainnya yang harus dipertimbangkan dalam pemiliha lokasi :
Ø Lingkungan Fisik :
-     Dasar perairan memungkinkan untuk berlangsungnya proses-proses dekomposisi bahan organik dan siklus hara.
-     Arus dan gelombang tidak kuat sekali, sehingga tidak dapat merusak terumbu buatan.
-     Kecerahan diperlukan untuk penetrasi cahaya ke dalam air dan terjangkau oleh indra organisme.
-     Suhu pada kisaran 28 – 30 oC, yang memungkinkan organisme melangsungkan aktifitas metabolisme secara normal
-     Kedalaman yang optimum untuk terumbu buatan berkisar antara 15–20 meter, sehubungan dengan keamanan, kemudahan peletakan dan pemanfaatan.
-     Topografi dasar perairan dengan kemiringan maksimal 30odan luas, supaya daya cengkeram terumbu kuat dan mudah dalam penyusunan.
-     Tekstur dasar batuan, keras dan kandungan lumpur sedikit, tidak lebih dari10 %.
-     Geomorfologi jauh dari muara sungai, karena aliran sungai menyebabkan pelumpuran pada areal terumbu buatan yang dapat mengurangi efektifitasnya.
-     Jarak dari terumbu karang alami kurang lebih 1 km. Pada jarak ini fungsi terumbu buatan tidak meredistribusikan ikan dari terumbu karang alami, tetapi menyediakan habitat baru bagi ikan-ikan yang ada di sekitarnya serta masih memungkinkan penempelan spora biota karang dari terumbu karang alami. Daerah jelajah ikan-ikan demersal diperkirakan tidak lebih dari 300 meter.

Ø Lingkungan Kimiawi
-     Fosfat dan nitrat, adalah unsur hara utama yang digunakan oleh tumbuhan pengasil makanan dalam laut, berperan dalam menjaga kesuburan perairan.
-     Oksigen terlarut, berfungsi untuk proses pembakaran yang menghasilkan energi yang digunakan untuk kehidupan berbagai organisme, kadar optimum 4 – 8 ppm.
-     Salinitas, optimum pada kisaran 32 – 35 ppt
-     Carbonat dan silikat, berguna untuk pembentukan kerangka organisme terumbu karang.

Ø Lingkungan Biologi
-     Kelimpahan plankton, berfungsi sebagai produsen primer yang menyediakan pakan dan menjaga kelangsungan siklus energi.
-     Orientasi organisme, menentukan akan respon oganisme terhadap terumu buatan. Orientasi ini bisa mengikuti gerak arus, sehingga peletakan terumbu buatan yang baik memotong arus. Ada beberapa sifat orientasi organisme, yaitu geotaxykala, thigmotaxy, fototaxy, chemotaxy dan rheotaxy. Sifat orientasi menyebabkan ada 3 kelompok ikan dalam menanggapi terumbu buatan, yaitu tanggapan kuat, seperti ikan murai, gobi dan flounder, tanggapan sedang, seperti kerapu, bayeman dan lencam serta sifat lemah, seperti ikan belanak dan makerel.
-     Biomassa organisme, adanya populasi ikan juga akan menentukan keberhasilan pengumpulan ikan oleh terumbu buatan.
-     Interaksi organisme, hubungan sesama organisme penting dalam menentukan lokasi terumbu buatan karena keberadaan suatu organisme dapat mengurangi atau memicu organisme lain untuk menghuni terumbu buatan.
Ø Kondisi Sosial - Ekonomi dan Budaya
-     Kebutuhan penduduk merupakan faktor penting untuk menentukan skala prioritas yang dibutuhkan penduduk sehingga keberadaan terumbu buatan dapat dimanfaatkan sesuai dengan apa yang diperlukan penduduk. Hal ini akan menentukan jenis terumbu yang akan dibuat dan diperuntukkan untuk sektor yang mana.
-     Keikut sertaan penduduk atau kepedulian akan memperoleh hasil yang maksimal.
-     Kebiasaan penduduk akan menentukan langkah-langkah pengawasan dan pengelolaan terumbu buatan yang tepat sesuai dengan kebiasaan penduduk setempat. Sebelum penempatan terumbu buatan, sebaiknya mempertimbangkan tata ruang daerah, yaitu peruntukan wilayah yang sudah direncanakan dan mengevaluasi kembali kecocokannya, sehingga konflik antar sektor dapat dihindari.
-     Dekat dengan perkampungan nelayan, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan pembuatan, pemanfaatan hasil dan pengawasan.
Ø Faktor Penunjang

-     Aksesibilitas, memudahkan transportasi pengangkutan bahan-bahan terumbu buatan ke lokasi penempatan. Kemudahan pencapaian lokasi juga memudahkan kunjungan bagi yang berkepentingan.
-     Sarana, terdapatnya sarana di lokasi terpilih dapat lebih mensukseskan pemasangan terumbu buatan.
-     Sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan dan alih teknologi.

c.        Desain, Konstruksi, dan Konfigurasi

-   Terumbu buatan dapat terdiri dari beberapa unit dengan volume total maksimal 2.000 m3dan minimal 400 m3untuk memperoleh nilai ekonomis.
-   Profil yang baik secara horisontal, sesuai dengan distribusi ikan yang pada umumnya horisontal
-   Resolusi pandangan mata ikan rendah, sehingga warna yang baik adalah hitam
-   Konstruksi hendaknya fleksibel, stabil, kontabilitas dan adaptabilitas yang baik
-   Untuk menambah daya tarik ikan diperlukan konfigurasi yang tepat untuk membangun satu unit terumbu buatan. Jarak antar unit terumbu buatan sebaiknya 10 -50 meter. Kumpulan unit terumbu buatan membentuk kelompok, dengan jarak antar kelompok 200 m. Kelompok terumbu buatan secara bersamaan membentuk wilayah, dengan jarak antar wilayah terumbu buatan disarankan 600 m.

d.        Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pada proses suksesi ekologi pada terumbu buatan dilakukan untuk mengukur kemajuan yang terjadi dari proses rehabilitasi habitat dan pemulihan sumber daya ikan. Kegiatan ini menjadi bagian integral dari kegiatan rehabilitasi habitat sebagai suatu cara untuk menyediaakan informasi atau benchmark yang dibutuhkan untuk memformulasi suatu keuntungan yang lebih besar dan memperkecil dampak buruk yang timbul.

e.        Rincian Teknologi
-   Terumbu buatan tersusun dari beton (rangkaian besi yang dicor dengan bahan pasir dan semen) berbentuk kubus berongga dengan ukuran yang efektif adalah kubus (60 x 60x 60) cm dan tebal 10 cm.
-   1 unit terumbu buatan disusun dalam formasi piramida, terdiri dari 73 buah kubus berongga, dengan susunan 3 buah di lapisan atas, 9 dan 25 buah buah tersusun dilapisan
ke dua dan ke tiga dari permukaan, dan 36 buah pada lapisan dasar. Volume tiap unit kurang lebih 13 m3  
-   Pengikat antar beton kubus berongga untuk membentuk 1 unit terumbu buatan dan agar tidak mudah tercerai-berai maka perlu diikat dengan menggunakan tali polyethylene.  
-  Lokasi penempatan terumbu buatan dekat dengan perkampungan nelayan, sehingga pelaksanaan pembuatan, penempatan, pemanfaatan hasil dan pengawasan dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.



Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar