Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Kamis, 18 Agustus 2016

PERANGKAT PELOLOS IKAN MUDA (YUWANA) DAN IKAN RUCAH PADA PERIKANAN PUKAT DASAR



TUJUAN DAN MANFAAT PENERAPAN TEKNOLOGI
Pukat dasar (bottom seine net) adalah alat tangkap ikan dengan konstruksi terdiri atas bagian sayap jaring (wing), badan jaring (body) dan bagian kantong jaring (codend). Pukat dasar dioperasikan menggunakan wahana kapal, yaitu dengan cara dihela menyapu dasar perairan selama jangka waktu tertentu. Pukat dasar mempunyai target tangkapan ikan-ikan jenis demersal, namun demikian saat di operasikan, semua biota laut (ikan, udang dan biota lain) segala ukuran masuk melalui mulut jaring. Selanjutnya biota laut tersebut melewati bagian badan jaring dan akhirnya tertampung di bagian kantong jaring.

Di Indonesia, alat tangkap ikan yang termasuk dalam kelompok pukat dasar antara lain: pukat udang, pukat ikan, jaring dogol/arad dan jaring cantrang. Dikarenakan menangkap segala jenis dan ukuran biota laut, termasuk ikan muda atau yuwana (juvenile) dan, ikan rucah (trash fish), maka pukat dasar termasuk katagori alat tangkap ikan yang tidak selektif dan tidak ramah lingkungan. Yuwana dan ikan rucah merupakan hasil tangkapan sampingan (HTS) atau bycatch.
Dikarenakan tidak mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, maka HTS tersebut biasanya dibuang kembali ke laut dalam keadaan mati.
Dalam rangka menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan, maka tertangkapnya yuwana dan ikan rucah pada pukat dasar harus dikurangi. Oleh karena itu BPPL-P4KSI merekomendasikan agar dilakukan pemasangan perangkat pelolos yuwana dan ikan rucah jaring pukat dasar. Alat pelolos ikan muda (juvenile) dan ikan rucah (trash-fish) disebut juvenile and trash-fish excluder devices, selanjutnya disebut JTED. JTED pertama kali dikembangkan1998 oleh Bunditet al. (2000) dari Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC). JTED telah diujicoba oleh SEAFDEC di Myanmar, Cambodia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia. JTED diujicoba pertama kali di Indonesia tahun 2002 di perairan Bintuni, Papua Barat.
Keberhasilan JTED diantaranya dipengaruhi oleh beberapa aspek utama yaitu (1) ketepatan di dalam menentukan ukuran lebar celah kisi-kisi yang disesuaikan dengan jenis ukuran dan ikan yang akan diloloskan, (2) ketepatan dimensi lingkaran bingkai dan dimensi konstruksi menyeluruh yang disesuaikan dengan disain dan konstruksi pukat dasar yang dioperasikan di wilayah perairan tertentu. Oleh karena itu, sejak diujicobakan di Indonesia oleh SEAFDEC tahun 2002, maka Balai Riset Perikanan Laut telah melakukan penelitian lanjutan yang dilaksanakan tahun 2005-2006. Tujuan penelitian antara lain untuk memperoleh desain dan konstruksi JTED yang sesuai dengan desain dan konstruksi pukat dasar yang berkembang di Indonesia.
JTED adalah suatu perangkat pelolos hasil tangkapan sampingan (by cacth reduction devices/BRDs) berupa kisi-kisi terbuat dari bahan baja yang berfungsi untuk meloloskan ikan muda atau yuwana (juvenile) dan ikan rucah (trash fish) yang dipasang pada kantong jaring pukat dasar. JTED dipasang antara bagian badan dan kantong jaring pukat dasar, sehingga saat pukat dasar dioperasikan, yuwana dan ikan rucah akan keluar melalui kisi-kisi sebelum masuk bagian kantong jaring. Diharapkan yuwana dan rucah yang telah lolos akan tetap hidup, sehingga yuwana akan tumbuh menjadi dewasa dan ikan rucah tetap memperkaya biodiversitas. Konsep kerja JTED adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 1.




APLIKASI TEKNIS/PERSYARATAN TEKNIS
JTED (disain dan konstruksinya disajikan pada Gambar2) dipasang di antara bagian badan dan kantong jaring pukat dasar dan berfungsi meloloskan yuwana atau juvenile dan ikan rucah atau trash fish (Gambar 3a-b). Pemasangan JTED dilakukan dengan cara memotong jaring sisi atas antara bagian badan dan kantong pukat dasar seukuran dengan dimensi JTED.




 
b.    Cara kerja JTED, saat jaring pukat dasar yang telah dipasang JTED maka saat dioperasikan seluruh jenis dan ukuran akan masuk melalui mulut jaring, melewati badan jaring menuju kantong jaring. Dikarenakan ada JTED, maka yuwana dan rucah ukuran kecil akan keluar melalui kisi-kisi JTED.
c.     Hasil penelitian BRPL tahun 2005-2006 (Nurdin, et al., 2006) menunjukan bahwa dari beberapa perlakuan ukuran celah kisi-kisi JTED (Gambar 4), ukuran celah kisi-kisi 17,5 mm adalah yang direkomendasikan pada perikanan pukat dasar. Maka salah satu syarat teknis terpenting JTED adalah harus mempunyai ukuran celah kisi-kisi minimum 17,5 mm sehingga dapat bekerja dengan baik. Sebagai contoh, JTED dengan ukuran celah kisi-kisi 17,5 mm mampu meloloskan 63,5% yuwana beloso (Saurida longimanus). Ikan beloso merupakan salah satu jenis ikan yang banyak tertangkap pukat dasar. Di sisi lain ikan berukuran kecil termasuk yuwana ikan beloso bukan target tangkapan pukat dasar karena nilai ekonomisnya rendah.
d.   Dengan persyaratan teknis sebagaimana disebutkan pada butir c di atas, maka manfaat pemasangan JTED pada pukat dasar adalah bahwa ikan-ikan ekonomis penting yang dominan tertangkap merupakan ikan-ikan yang telah dewasa (matured) yang diindikasikan dengan nilai ukuran length of first captured (Lc) > length of first matured (Lm)-nya.
e.  Dalam rangka melaksanakan Code of Conduct Responsible Fisheries (CCRF) yang diterbitkan tahun 1995 oleh FAO dimana Indonesia telah meratifikasinya, maka penerapan JTED pada perikanan pukat dasar memberikan gambaran positif bentuk kepedulian terhadap kelstarian sumber daya ikan dan lingkungan.


Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar