Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Jumat, 10 April 2015

PEMBENIHAN IKAN KOI


Ikan koi sebenarnya bukan jenis ikan baru di Indonesia. hanya saja waktu itu koi kalah populer bila dibandingkan dengan mas koki. Keduanya masih merupakan kerabat karena termasuk dalam famili Cyprinidae. Koi (Cyprinus carpio) berkumis sedangkan mas koki asli bentuknya mirip koi hanya saja tanpa kumis, yaitu Carassius auratus.
Namun dengan perkembangan zaman sekarang ini ikan Koi berkembang dengan pesat, karena sebagian besar petani ikan dan juga para hobiis yang ada di Indonesia sudah benyak yang membudidayakan. Hal ini dikarenakan budidaya ikan Koi mudah dilakukan dan mempunyai harga jual yang tinggi.
Meski sekarang koi sudah populer, tapi tidak semua hobiis paham akan ikan cantik ini sebab tidak jarang mereka terkecoh dengan ikan mas lauk yang berwarna. Memang repot, karena antara ikan mas lauk dengan ikan Koi kedua-duanya dari spesies Cyprinus carpio. Dan mungkin tidak bisa terlalu disalahkan benar apabila para hobiis (terutama pemula) menganggap bahwa koi adalah ikan mas lauk yang berwarna.

Klasifikasi
Ikan Koi (Cyprinus carpio) masih tergolong satu species dengan ikan mas konsumsi, karena memiliki sistematika yang sama yaitu :
Ordo              : Ostariophysi
Sub Ordo        : Cyprinoidae
Famili             : Cyprinidae
Sub Famili       : Cyprinidae
Genus             : Cyprinus
Spesies           : Cyprinus carpio
Morfologi
Badan koi berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, subuah sirip anus, dan sebuah sirip ekor.
Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak. Sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah. Sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor terdapat gurat sisi (linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang berada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.
Fisiologi
Koi merupakan hewan yang hidup di daerah yang beriklim sedang dan hidup pada perairan tawar. Mereka dapat hidup pada temperatur 8o C sampai 30o C. Oleh karenanya koi dapat dipelihara di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari pantai hingga daerah pegunungan. Koi tidak tahan mengalami goncangan suhu drastis. Penurunan suhu hingga 5o C dalam tempo singkat sudah bisa membuat ikan ini kelabakan. Jika tubuhnya diselimuti lapisan putih hingga 7o C, biasanya koi akan beristirahat di dasar kolam, statis. Kadang-kadang koi dapat bertahan hidup pada suhu 2o – 3o C, tapi kebekuan air umumnya akan menyebabkan kematian, kecuali dalam kolam dipasang alat sirkulasi untuk mencegah terjadinya kebekuan. Koi asli merupakan ikan air tawar, tapi masih bertahan hidup pada air yang agak asin sekitar 10 permil (10o/oo) kandungan garam dalam air masih bisa untuk hidup koi.
Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk yang baik dan layak untuk dipijahkan adalah sebagai berikut :
-       Induk matang kelamin.
-       Tidak cacat (sehat, berenang normal).
-       Umur minimal 2 tahun pada jantan dan 3 tahun pada betina.
-       Sisik tersusun rapi.
-       Kepala relatif lebih kecil dari badan.
-       Gerakan harus tangkas dan gesit, lincah terutama pada induk jantan.
Pemijahan
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan sekitar pukul 1600 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dan diikuti induk jantan di belakangnya. Makin lama gerakan mereka makin seru. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sekali meloncat ke udara. Aktivitas betina ini segera diikuti oleh induk jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur yang jatuh ke dasar kolam. Proses perkawinan selesai pada pagi hari, dan induk segera dipisah dengan telurnya karena jika terlambat telur bisa dimakan habis oleh induknya.
Penetasan Telur
Agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air tetap konstan. Jika suhu air terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama, sedangkan jika suhu air terlalu tinggi, telur bisa mati dan membusuk.
Agar telur dapat terendam semua, rangkaian kakaban harus “ditenggelamkan” ke dalam kolam. Untuk itu bisa memakai jasa gedebog pisang. Potong 3 buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu diletakkan di atas kakaban dengan ruas bambu sebagai alasnya. Agar bisa stabil, gedebog pisang diratakan salah satu sisinya.
Dalam tempo 2 – 3 hari telur sudah mulai menetas. Setelah menetas kakban diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Benih koi yang berumur 1 minggu masih sangat lembut. Umumnya orang menetaskan telur koi dalam happa yaitu kantong yang bermata lembut yang bisa untuk menampung benih. Di happa, benih koi lebih mudah dikumpulkan dan tidak hanyut dibawa oleh aliran air. Koi yang baru menetas masih membawa kuning telur sebagai persediaan pakannya yang pertama.
Pendederan
Setelah benih berumur 5-7 hari sejak telur menetas segera di pindahkan kekolam pendederan. Pemindahan ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah yaitu pada waktu pagi atau sore hari. Dalam pemindahan benih dikolam sebaiknya dilakukan penyesuaian suhu terlebih dahulu, agar benih tidak mengalami stress akibat perubahan suhu yang mendadak.
Kegiatan pendederan ini umumnya berlangsug 30 hari (1 bulan). Sedangkan untuk pakan yang diberikan biasnya hanya mengandalkan pada pakan alami. Untuk menutupi danpak terjadinya danpak kekurangan pakan alami, biasanya dapat di gantikan dengan pakan buatan yaitu kuning telur yang di rebus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus koi.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perikanan DKI Jakarta, “Pengangkutan Ikan Hidup” (Jakarta: 1987).
Pelealu N. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Koi Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanto Heru, “Ikan Koi”. Penebar Swadaya. Jakarta : 2002.

Widjanarko, B. “Ikan Koi ’Tukang Tes’ Limbah Industri”. Suara Karya : 1989.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar