I.
PENDAHULUAN
Dalam kurun 5 tahun terakhir, konsumsi ikan
nasional melonjak hingga lebih dari 1,2 juta ton seiring pertumbuhan penduduk
Indonesia yang mencapai 1,34% per tahun. Berkaca pada pertumbuhan penduduk
Indonesia, pola konsumsi ikan nasional diperkirakan akan merambat naik. Saat ini, nilai konsumsi ikan nasional telah
mencapai kisaran 26 kg/kapita/tahun (www.walhi.org.id). Melihat begitu antusiasnya masyarakat Indonesia
untuk mengkonsumsi ikan, maka diperlukan suatu upaya agar hal ini dapat
dipertahankan bahkan mungkin ditingkatkan. Salah satu solusi yang diperlukan
adalah dengan pengembangan aneka produk olahan berbasis ikan (diversifikasi
hasil perikanan).
Fungsi diversifikasi produk perikanan adalah memperbanyak
pilihan bagi konsumen sesuai selera dan dapat dijadikan upaya untuk menumbuhkan
kebiasaan makan ikan sejak dini. Salah satu faktor yang harus diperhatikan
sebagai upaya diversifikasi adalah penerimaan masyarakat, daya beli, serta
kebiasaan makan dari masyarakat. Di sisi lain, pengembangan aneka produk
perikanan juga merupakan upaya peningkatan gizi masyarakat melalui konsumsi
protein gizi ikani. Selain itu, upaya
ini juga untuk meningkatkan nilai tambah produk olahan ikan dan dampaknya ikut
meningkatkan pendapatan petani ikan / nelayan / pengolah ikan.
Pemilihan bentuk diversifikasi produk menjadi
perkedel ikan dikarenakan perkedel sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Perkedel adalah makanan yang terbuat dari kentang yang dilumatkan lalu dicampur dengan irisan daun bawang dan bumbu-bumbu.
Dibentuk bulat-bulat, dicelupkan ke dalam kocokan telur ayam lalu digoreng.
Perkedel termasuk makanan yang digemari oleh siapa saja.
II. TINJAUAN
UMUM
2.1. Produk
Bernilai Tambah
Produk bernilai tambah rendah akan
menghasilkan penghasilan kecil. Penghasilan kecil akan menghasilkan konsumsi
yang juga kecil. Tidak banyak variasi barang dan jasa yang bisa dibeli orang
yang berpenghasilan kecil, sehingga secara kumulatif ekonomi suatu negara tidak
akan pernah berkembang pesat. Sebaliknya jika di suatu negara ada industri
bernilai tambah tinggi, apalagi kemudian industri ini menyerap tenaga kerja
dalam jumlah besar, maka dapat dipastikan rakyat di negara itu akan sejahtera.
Penghasilan tinggi atau orang kaya akan bisa membeli banyak barang dan jasa.
Aktivitas ekonomi akan sangat berkembang di situ. Dan efek dari konsumsi orang kaya
ini akan bergerak jauh sehingga akhirnya akan mencapai pedagang kecil juga.
Sektor
perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam
penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi nelayan, sumber protein
hewani dan sumber devisa.
Dengan
2/3 wilayah Indonesia terdiri dari laut, maka laut di Indonesia mempunyai
potensi perikanan sebesar 6,25 juta ton/tahun. Di tahun 2000, total produksi
perikanan 5,1 juta ton, dimana 75 % (3,8 juta ton) berasal dari tangkapan laut.
Bila dilihat dari tingkat pemamfaatan, terutama untuk ikan-ikan non ekonomis
belum optimal. Hal ini karma pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan
tradisional dan konsumsi segar. Deengan keadaan tersebut ikan-ikan tidak
ditangani dengan baik dikapal yang menyebabkan ikan didaratkan bermutu rendah
(20-30%).
Usaha
pengolahan hasil perikanan merupakan kegiatan yang sangat strategis karena
selain jenis ikan sangat banyak,juga jenis olahannyapun sangat bervariasi. Oleh
karma itu usaha pengolahan hasil perikanan memang sangat menguntungkan,karena
dalam pembuatanya kita dapat menggunakan berbagai jenis ikan, dan campuran
bahan yang dapat disesuaikan dengan kwalitas maupun harga
jualnnya,sehinggamampu melayani pesanan/order dari berbagai kalangan masyarakat
dan usaha tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja tampa harus melalui
pendidikan formal khusus.
Oleh
karnanya dapat dijadikan suatu alternatif untuk membekali ketrampilan
masyarakat agar dapat membuka lapangan kerja atau lapangan berusaha, karma
selain cara pembuatanya mudah, juga tidak memerlukan modal besar dan bias
dengan menggunakan peralatan sederhana. Tentunya jika ingin menngembangkan
usaha tersebut hingga skala menengah atau industri diperlukan peralatan khusus
dan modal yang cukup.
Tujuan
Pengembangan Produk Bernilai Tambah:
1.
Meningkatkan
nilai jual ikan sebagai bahan baku.
-
Meningkatkan
taraf hidup nelayan
-
Mengurangi
kerusakan dan penggunaan bahan berbahaya.
2.
Meningkatkan
nilai jual produk
-
Meningkatkan
taraf hidup pengolah
-
Mengurangi
penggunaan bahan berbahaya
3.
Meningkatkan
konsumsi ikan sebagai bahan pangan.
-
Meningkatkan
jumlah dan gizi ikan (kwalitas dan kwantitas)
-
Meningkatkan
kecerdasan anak-anak sebagai generasi penerus
4.
Meningkatkan
jaminan keamanan dan mutu
5.
Meningkatkan
devisa Negara.
2.2. Fish Jelly dan Produk Turunannya
Pada dasarnya hampir semua
jenis ikan dapat dimamfaatkan menjadi suatu produk olahan yang bernilai harga
jual tinggi tetapi pada umumnya yang digunakan adalah dari jenis ikan non
ekonomis karena diharapkan akan memberikan nilai tambah terhadap bahan baku tersebut atau biasa
juga digunakan jenis ikan lainnya seperti ikan hasil tangkap samping (by catch)
dari kapal-kapal penangkap. Salah satu contoh pengembangan pengolahan produk
bernilai tambah adalah pembuatan daging lumat (mince), yaitu produk yang
dibuat dari ikan segar dan digunakan sebagai bahan baku surimi atau produk olahan surimi (bakso,
sosis, kaki naga ikan dll), dan pembuatan surimi yaitu produk yang dibuat dari
daging lumat ikan yang telah mengalami pencucian dan penambahan bahan
antidenaturasi (gula dan polyposphat).
Bahan baku yang berasal dari jenis ikan domersal
secara umum baik untuk dibuat surimi dan fish jelly produk karma rata-rata
jenis ikan ini merupakan ikan berdaging putih, pada umumnya ikan berdaging
putih mempunyai kemampuan pembentukan gel yang cukup baik.
Selain jenis, kesegaran
ikanpun sangat berpengaruh terhadap kualitas prodik produk fish jelly dari ikan
air laut adalah: pisang-pisang (oreochromis sp), kuniran (upeneus sulphureus),
gulamah (pseudociena amoyensis), beloso (sauria tumbil), mata besar / swangi
(priacanthus tayenus), sedangkan air tawar seperti: gabus (ophiocephalus sp),
patin (pangasius sp), nila merah (tilapia sp). Jenis bahan baku lain yang dapat dimamfaatkan sebagai
surimi dan produk fish jelly adalah sisa hasil produksi (by process) dari
olahan lain/steak tuna dan marlin yaitu berupa tetelan daging ikan.
Rolade adalah makanan yang terbuat dari daging sapi atau
ayam yang dicampur dengan bahan-bahan seperti sayuran yang dibungkus dengan
dadar telur. Kemudian cara penyajiannya dapat dengan cara dikukus atau di
goreng, kemudian bisa disiram dengan saus. Rolade ikan sebagai salah satu
produk fish jelly belum banyak dikembangkan. Padahal rolade sapi atau ayam
sudah sering ditemui pada saat jamuan makan atau pesta. Ikan adalah bahan baku
yang memiliki kandungan protein yang sangat tinggi serta asam amino essensial
yang lengkap dibandingkan dengan sapi atau ayam. Daging ikan mudah dicerna dan
mengandung asam lemak tak jenuh dan kadar kolesterol yang sangat rendah. Bertitik
tolak dari hal diatas, maka perlu dibuat suatu pengembangan produk rolade
dengan memanfaatkan ikan sebagai bahan bakunya.
III. PENGOLAHAN ROLADE IKAN
Bahan
utama yang digunakan adalah surimi dari jenis ikan Swangi (Priacanthus tayenus). Bahan
tambahan yang digunakan adalah tepung tapioka, wortel cincang, bawang putih,
lada bubuk, telur dan garam. Peralatan
yang digunakan adalah timbangan, alat pengukus, talenan, pisau, dan food
processor.
Tahap-tahap pembuatan rolade ikan
adalah sebagai berikut :
a. Surimi dilumatkan bersama dengan garam (2%) ke
dalam food processor.
b. Bahan-bahan
lain seperti tepung tapioka 10%, wortel cincang 20%, bawang putih 6%, dan lada
bubuk 2%, putih telur secukupnya dimasukkan ke dalam adonan, sampai homogen
c. Adonan kemudian dicetak dengan bahan pelapis luar
kulit telur dadar dan kertas roti
d. Adonan digulung dan kemudian dikukus selama ± 20 menit
atau sampai matang
e. Setelah matang, biarkan dingin kemudian
dipotong-potong bundar atau elips sesuai selera.
Skema
Pengolahan Rolade Ikan
Gambar
1. Skema Pengolahan Rolade Ikan
Tabel
1. Hasil Analisa Kimia dan Mikrobiologi Rolade
Ikan
No
|
Parameter
|
Hasil
|
1
|
Kadar air
(%)
|
78,92
|
2
|
Kadar
Protein (%)
|
9,87
|
3
|
Kadar
Lemak (%)
|
2,83
|
4
|
Kadar Abu
(%)
|
0,79
|
5
|
Kadar
Karbohidrat (%)
|
7,59
|
6
|
Staphylococcus (cfu/g)
|
negatif
|
7
|
TPC
(cfu/g)
|
<
10
|
Tabel
2. Analisa Usaha Perkedel Ikan
A. MODAL USAHA
No
|
Jenis Modal
|
Kebutuhan
(buah)
|
Harga Satuan
(Rupiah)
|
Total Harga
(Rupiah)
|
1.
|
Meja kerja
|
2
|
100.000
|
200.000
|
2.
|
Timbangan
|
2
|
500.000
|
1.000.000
|
3.
|
Pengaduk kayu
|
2
|
2.500
|
5.000
|
4.
|
Pisau
|
5
|
7.500
|
37.500
|
5.
|
Dandang pengukus
|
4
|
30.000
|
120.000
|
6.
|
Kompor gas
|
2
|
300.000
|
600.000
|
7.
|
Talenan
|
2
|
25.000
|
50.000
|
8.
|
Silent cutter
|
1
|
10.000.000
|
10.000.000
|
9.
|
Waskom plastik
|
3
|
5.000
|
15.000
|
10.
|
Sodet
|
5
|
1.500
|
7.500
|
11.
|
Sealer
|
1
|
1.000.000
|
1.000.000
|
|
Total per tahun |
|
|
13.035.000
|
|
Total per bulan
|
|
|
1.086.250
|
B. MODAL KERJA
No
|
Jenis Modal
|
Kebutuhan
|
Harga Satuan
(Rupiah)
|
Total Harga
(Rupiah)
|
1.
|
Surimi
|
150 kg
|
25.000
|
3.750.000
|
2.
|
Wortel cincang
|
11.250 g
|
20/gr
|
225.000
|
3.
|
Bawang putih
|
3.000 g
|
15/gr
|
45.000
|
4.
|
Garam
|
1.050 g
|
10/gr
|
10.500
|
5.
|
Lada halus
|
450 g
|
15/gr
|
6.750
|
6.
|
Putih telur
|
2.500 g
|
17/gr
|
42.500
|
7.
|
Tepung tapioka
|
7.5 kg
|
11.000/kg
|
82.500
|
8
|
Telur
|
63 kg
|
17.000
|
1.071.000
|
10.
|
Tabung gas
|
2
|
75.000
|
150.000
|
11.
|
Kemasan plastik
|
600 bks/(1/2 kg)
|
50
|
30.000
|
12.
|
Tenaga Kerja
|
2 orang
|
500.000
|
1.000.000
|
|
Total per bulan
|
|
|
6.413.250
|
Total
modal = Rp 1.086.250 + Rp 6.413.250
= Rp 7.499.500
Proyeksi
laba kotor/bulan :
- Penjualan/ bulan = 600 bks x Rp 15.000= Rp 9.000.000
- Modal = Rp 7.499.500
Laba
Kotor = Rp 1.500.500
C. PENYUSUTAN
PERALATAN
No
|
Jenis Modal
|
Harga
Satuan
|
Penyusutan
(Bulan)
|
Jml Penyusutan
(Rupiah)
|
1.
|
Meja kerja
|
100.000
|
48
|
2083.33
|
2.
|
Timbangan
|
500.000
|
48
|
10416.67
|
3.
|
Pengaduk kayu
|
2.500
|
36
|
69.44
|
4.
|
Pisau
|
7.500
|
12
|
625
|
5.
|
Dandang pengukus
|
30.000
|
36
|
833.33
|
6.
|
Kompor gas
|
300.000
|
36
|
8333.33
|
7.
|
Talenan
|
25.000
|
36
|
694.44
|
8.
|
Silent cutter
|
10.000.000
|
36
|
277777.78
|
9.
|
Waskom plastik
|
5.000
|
36
|
138.89
|
10.
|
Sodet
|
1.500
|
12
|
125
|
11.
|
Sealer
|
1.000.000
|
48
|
20833.33
|
|
Total
penyusutan per bulan
|
|
321.930,54
|
Laba
bersih = Laba Kotor – Penyusutan
= Rp 1.500.500 – Rp 321.930,54
= Rp 1.178.569,46
DAFTAR PUSTAKA
Dewi,Lelyana.
Pengembangan Produk Nilai Tambah Untuk Perikanan Skala Kecil di Prov NAD.
Bulletin Pasarikan. 2009.
Djazuli,
Nazori, Istihastuti, Ratnawati.
Teknologi Pengolahan Surimi dan Produk Fish Jelly. BBPMHP. Jakarta. 1998.
mantap.... materinya pa, jadi makin bertambah lagi ni.... ilmunya
BalasHapus