I. PENDAHULUAN
Belut adalah jenis ikan yang dulunya dianggap sebagai
musuh petani yang utama. Hal ini terjadi dikarenakan sifat belut yang paling
gemar mencaploki anak-anak ikan yang masih kecil-kecil, dan merusak pematang
sawah. Karena sifatnya yang dianggap merusak, maka banyak petani yang berburu
untuk menangkapnya. Tetapi karena belut yang dianggap hama oleh petani ini
memiliki rasa daging yang lezat dan gurih untuk lauk pauk santapan lezat para
petani, bahkan saking lezatnya, Ikan belut ini banyak digemari penduduk kota.
Berdasarkan hasil penelitian, ikan belut yang dianggap
hama ini memiliki kandungan gizi yang sangat baik, bahkan kandungan gizinya
lebih tinggi dibangdingkan zat-zat gizi yang terdapat pada telur dan daging
sapi pada berat yang sama. Juga dari penyediaan energi, ternyata ikan belut
kandunganya lebih besar dibandingkan daging sapi pada berat yang sama, ternyata
ikan belut kandungannya lebih besar dibangdingkan daging sapai pada berat yang sama. Begitu pula
kandungannya vitamin “A”-nya ikan belut jauh lebih kaya.
Tabel
1. Kandungan Gizi Belut Dibandingkan Dengan Telur
Dan
Daging Sapi Pada Berat Yang Sama
Zat Gizi
|
Belut
|
Telur
|
Daging Sapi
|
Kalori
|
303 Cal
|
161 Cal
|
207 Cal
|
Protein
|
14,0 gr
|
12,3 gr
|
18.8 gr
|
Lemak
|
27,0 gr
|
11,5 gr
|
14,0 gr
|
Karbohidrat
|
0 gr
|
0.7 gr
|
0 gr
|
Fosfor
|
200 mg
|
180 gr
|
170 mg
|
Kalsium
|
20 mg
|
54 mg
|
11 mg
|
Zat
Besi
|
|
2,7 mg
|
2,8 mg
|
Vitamin
A
|
160 sl
|
900 SI
|
30, SI
|
Vitamin
B1
|
0,10 mg
|
0,10 mg
|
0,08 mg
|
Vitamin
C
|
2 mg
|
0 mg
|
0 mg
|
Air
|
58 mg
|
74,5 mg
|
66 mg
|
Sumber :
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI
Pada sekitar tahun 1980-an, dalam suatu forum
international di Jakarta, ikan belut ini pernah diseminarkan sebagai pemasok
gizi yang paling murah dan paling baik. Para peserta seminar sepakat bahwa ikan
belut ini merupakan sumber protein hewani yang dianjurkan untuk memasok
kebutuhab protein hewani dari masyarakat golongan ekonomi kelas bawah.
II. BIOLOGI BELUT
Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai cara-cara
budidaya ikan belut ada baiknya kita lebih dahulu mengetahui atau menggali
perihal kehidupan belut seperti diuraikan berikut ini.
1.
Fluta alba (Zuiew), (Synonim: Monopterus albus Zuiew,
Monutorus javanensis Lasepede).
2.
Synbranchus bengelensis (Mc. Clelland)
3.
Macrotema callgans
Kesemuanya dari Familias Synbranchidae, Ordo
Synbranchoidea, Sub Classis Tolostool, ciri menyolok yang membedakan mereke
dari jenis-jenis ikan biasa yang lain adalah bentuk tubuhnya yang memanjang
seperti ular, kulitnya, tidak bersisik, kulitnya licin mengeluarkan lendir,
matanya kecil hampir tertutup oleh kulitnya dan makannya terdiri dai
hewan-hewan lain yang lebih kecil daripadanya.
Jenis
ikan-ikan lain yang bentuk badanya panjang seperti ular adalah :
1. Sidat (Anguilla Australis)
2. Belut (Fluta Alba)
3. Belut Listrik (Electropus Electikus)
4 Uling Kembang (Anguilla Mauritania)
5. Uling Anjing ( Angguilla Bicolar)
6. Cunang Reman ( Muarenesox Telabon)
7. Ular Boro (Ophichthys Boro)
8. Ladu (Muarena Picta)
9. Layur (Trichlurus Muticus)
10.
Pucuk Kirai (Synbranchus Bengalensis)
11.
Tunang (Pisoodonopsis)
Salah satu sifat atau ciri khas dari ikan ini adalah
sifat berganti kelamin atau dalam dunia ilmu pengetahuan disebut hermaphoditism.
Jadi selama hidup belut ada dua gelar yang dimilikinya, sebagai betina dan
sebagai jantan. Masa mudanya dihabiskan sebagai belut betina dan pada masa
tuanya bertindak sebagai pejantan. Berdasarkan pengamatan para ahli, masih ada
satu lagi suatu sifat yang dimiliki oleh belut ini yaitu sifat kanibalism (Suka
membunuh ikan dari jenis yang sama atau jenis yang lain). Sifat ini seting
muncul pada saat belut berada pada masa peralihan antara belut betina dan belut
jantan.
Membedakan Belut Jantan dan Belut Betina
Ada sementara orang beranggapan bahwa belut tidak
berkelamin. Anggapan ini salah, yang benar adalah belut dapat dibedakan jantan
dengan betinya dengan beberapa cara. Cara yang sering dipakai oleh para petani adalah
cara holstee serta cara Bullough, Chan dan Philips. Kedua kelompok peneliti ini
membedakan belut-belut tersebut berdasarkan ciri-ciri luar, panjang rata-rata
tubuh belut dan bentuk gonad belut. Namun bagi yang bermaksud untuk menernakkan
belut, cara yang ketiga tidak perlu dilakukan karena untuk mengetahui bentuk
gonadnya belut harus dibunuh dahulu.
Perbedaan belut jantan dan betina
dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Tanda Kelamin sekunder belut, menurut
Hofste.
Ciri Luar
|
Jantang
|
Betina
|
Ukuran kepala dan tengkuk
|
Besar
|
Kecil
|
Warna tubuh
|
Abu-abu
|
Hijau muda pada punggung dan putih
kuning pada perut
|
Kebeningan sisi perut
|
Kasar dan
tidak bening
|
Halus dan bening, mudah terlihar
butiran telurnya bila sudah mengandung
|
Habitat (Lingkungan hidup)
Dari ketiga jenis belut yang telah disebutkan pada bagian
terdahulu, hanya Monopterus albus atau Fluta alba yang paling dikenal orang.
Belut jenis ini sangat menyukai perairan yang tenang dan tersembunyi seperti
sawah, parit-parit atau kolom di belakang rumah, terutama tempat-tempat yang
banyak lumpurnya. Dan karena seringnya terdapat disawah-sawah, maka Monopterus
albus tersebut dikenal sebagai belut sawah.
Seperti ikan lele, belut juga dilengkapi dengan alat
pernapasan tambahan yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara permukaan
air. Alat pernafasan tambahan ini berupa kulit tipis yang penuh dengan lendir
terdapat dalam rongga mulut. Disamping itu juga belut dilengkapi dengan linsang
seperti pada ikan lainnya.
Makanan Alami Ikan Belut
Belut bersifat carnivoor atau binatang
pemakan daging. Pada masa kecilnya belut suka makan jasad renik seperti dari
golongan zooplakton dan
juga zooberithos.
Meningkat dewasa belut ini makan jenis binatang yang
lebih besar lagi seperti larva, serangga, jentik, siput, cacing dan juga
menyukai benih-benih ikan yang masih kecil atau juga berudu kodok (kecebong).
Belut mempunyai cara tersendiri untuk menangkap
mangsannya. Belut yang sudah dewasa biasanya akan membuat lubang pengintaian.
Di dasar perairan atau kolam, biasanya digali di daerah tepi atau tengah-tengah
kolam. Mula-mula lubang pengintaian ini digali secara vertikal (lurus ke bawah) dengan
diameter lubang kira-kira 5-6 cm, kemudian membelok datar (horizontal). Lobang ini bentuknya kini seperti huruf L.
Dengan adanya lekukan pada lubang persembunyian belut ini maka kekuatan belut
tersebut akan bertambah ketika menarik mangsanya ke dalam lubang persembunyian
tadi.
Pemijahan Belut
Ketika masa birahinya datang, belut
jantan akan sibuk merayap ke daerah tepi kira-kira10cm dangkalnya untuk membuat
sarang atau lubang perkawinan yang dibuat seindah mungkin. Biasanya belut
jantan menggali lubang ini dengan mempergunakan moncongnya. Lubang perkawinan
ini ada dua buah, satu untuk pintu masuk sang belut betina dan satu lagi untuk
pintu keluar. Selesai lubang ini dibuat, sang belut jantan mengeluarkan busanya
dan ditaruhnya di atas salah sebuah lubang perkawinan tadi Konon dengan adanya busa-busa tadi akan menarik
perhatian sang belut betina. Kemudian sang jantan yang sudah dewasa dengan
sabar menantikan kedatangan belut betina. Biasanya belut betina akan bingung
karena banyaknya busa yang muncul dari setiap lubang sang belut jantan. Lubang
mana yang akan yang dikunjungi belut betina pertama kali? Ini tergantung di
mana belut betina berada. Jadi belut betina akan datang berkunjung pada lubang
perkawinan sang jantan yang berdekatan dengannya. Inilah keistimewaan dari
belut betina, mungkin juga sifat ini tidak dimiliki oleh jenis ikan lainnya.
Dalam masa
perkawinan ini sang betina akan datang mengunjungi bebrapa belut jantan sampai
masa birahinya habis. Setiap kali melakukan perkawinan dengan sang jantan,
belut betina hanya mengeluarkan sebagian dari telurnya. Sebagian lagi akan
dikeluarkan di tempat lain (pada sarang jantan lainnya). Jadi belut betinalah
yang sibuk mencari belut jantan untuk dikawini. Belut betina akan hilir mudik
atau keluar masuk dari lubang yang satu ke lubang yang lainnya sampai seluruh
telurnya habis (dalam perut belut betina diperkirakan terdapat kurang lebih 50
butir telur). Kunjungan belut betina ini dilakukan pada malam hari yang agak
panas. Karena ada beberapa ekor belut betina yang datang minta dikawini oleh
belut jantan, maka dalam satu lubang sarang jumlah telur bisa mencapai puluhan
sampai ratusan butir.
Menurut ahli yang
bernama Wu dan Liu, telur-telur tadi akan menetas setelah 8-10 hari pada suhu
air 180 sampai 320 C. Anak-anak belut yang baru
menetas masih dijaga oleh belut jantan sampai berumur beberapa minggu (sampai
anak-anak belut ini mampu mencari makanannya sendiri).
III.
TEKNIS BUDIDAYA BELUT
Usaha untuk
membudidayakan belut sebenarnya telah lama dilakukan dan dari waktu ke waktu
teknik pemeliharaannya terus diperbaiki, semuanya masih bersifat coba-coba.
Dalam usaha untuk membudidayakan belut, ada beberapa langkah atau tahapan yang
perlu kita ketahui diantaranya adalah sebagai berikut :
3.1 Teknik Mempersiapkan Kolam Perkawinan
Kolam perkawinan
ini dimaksudkan untuk mengawinkan induk belut yang sudah dewasa. Luas tanah
yang dipakai tergantung beberapa besar tanah yang kita miliki atau tergantung
modal yang ada (dianjurkan satu atau dua are saja). Mula-mula lahan yang cocok
kita gali atau cangkul sedalam lebih kurang 30cm, atau dibuat mirip sawah. Untuk
memudahkan belut membuat lubang maka pada bagian tepi kolam kira-kira selebar ½
-1 meter digemburkan agar pada waktu kolam dialiri air, lumpur bisa terbentuk
dengan segera. Usahakan agar lumpur ini tebalnya kira-kira 10-15 cm. Bisa juga
sebelum kolam dialiri air, kita buatkan lubang perkawinan tiruan yang bentuknya
seperti huruf U. Dengan demikian belut-belut dapat segera kawin.
Kolam untuk
perkawinan ini juga perlu diberi pupuk, yakni pupuk kandang (bisa pupuk
kandang, sapi atau unggas lainnya). Setelah kolam selesai kita gali/cangkul
maka kita taburi pupuk kandang tadi kira-kira 30kg per arenya. Pupuk ini
ditebar secara merata keseluruh kolam, kemudian barulah boleh kita aliri dengan
air segar. Agar proses pembusukan bisa berlangsung maka kolam yang telah berisi
air ini kita diamkan kira-kira 1-2 minggu. Biasanya dalam beberapa hari air
kolam tampak keruh dan berbuih. Untuk menghilangkan air dalam kolam kita ganti
sampai air kolam tersebut tidak berbuih lagi. Setelah pekerjaan ini selesai
maka kita boleh memasukkan belut-belut yang sudah terpilih ke dalam kolam
tersebut.
3.2 Persiapan Induk-Induk Belut
Untuk mendapatkan
banih belut yang baru dalam jumlah yang banyak kita harus mengawinkan belut
betina dengan belut jantan. Tetapi untuk mengawinkan belut-belut ini kita harus
bisa memilih belut yang potensial sebagai jantan da subur sebagai betina yakni
dengan cara mengikuti petunjuk yang lazim dipakai oleh para peternak belut.
Belut yang dianggap betina adalah yang memiliki panjang dibawah 30cm (diatas
20cm), kira-kira berumur 6-9 bulan. Sedang belut jantannya memiliki panjang
tubuh kira-kira diatas 40cm, kira-kira berumur 1 tahun. Belut-belut inilah yang
kita pilih untuk dikawinkan. Tiap meter perseginya boleh kita sebar satu ekor
induk jantan dan dua ekor belut betina. Kita harus memilih belut yang
benar-benar sehat dan gesit. Hal ini bisa kita lihat dari geraknya.
3.3 Perkawinan Belut
Setelah kita
benar-benar yakin bahwa belut yang akan kita kawinkan adalah belut jantan dan
betina yang sehat, maka boleh kita masukkan ke dalam kolam yang telah kita
buat. Beberapa hari kemudian atau kira-kira dua-tiga hari setelah Induk
dimasukkan ke dalam kolam, permukaan air dalam kolam kita periksa dengan
seksama. Biasanya sebelum sepuluh hari akan tampak busa-busa yang terapung di
atas permukaan air. Ini menandakan belut-belut tersebut sudah kawin. Setelah
sepuluh hari, busa-busa ini secara berangsur-angsur akan menghilang. Ini
berarti masa perkawinan sudah selesai.
Agar kita tidak
kehilangan jejak terhadap kedudukan lubang perkawinan tersebut, maka sebaiknya
kita tancapkan saja sepotong bambu (sebesar lidi) di dekat busa-busa yang
mengapung tadi. Dengan demikian meskipun busa-busa telah menghilang kita masih
tetap tahu dimana kedudukan lubang perkawinan tersebut berada.
Dalam waktu lebih
kurang seminggu sampai dua minggu (8-10 hari) telur-telur belut akan meentas.
Telur-telur ini akan cepat menetas bila suhu perairan berkisar anrtara 280-320
C. Anak-anak belut yang baru menetas ini masih sangat lemah, belum bisa mencari
makanan. Mereka hanya mengharapkan makanan yang da pada tubuhnya sendiri yakni
kantong lembaga (yolk sac). Kantong lembaga ini akan habis terserap setelah
anak-anak belut tadi berumur 4-5 hari. Pada usia ini, anak-anak belut
diperkirakan berukuran panjang rata-rata 2,5-3,0cm.
Sebelum anak-anak
belut tadi bida mencari makanannya sendiri, biasanya belut jantan masih berada
di dekat mereka. Tapi bila anak-anak belut sudah bisa mencari makan sendiri,
belut jantan tadi akan pergi meninggalkan mereka. Jadi sebelum anak-anak belut
berumur 1 minggu, belut jantan dapat segera kita ambil dengan menggunakan
tengguk (jala bermata halus dan lembut). Belut jantan ini selanjutnya kita
pisahkan atau kita jadikan santapan karena sudah tidak potensi lagi untuk
mengawini belut betina pada peripode
selanjutnya. Kemudian anak-anak belut yang masih tertinggal di dalam kolam
perkawinan tadi kita tangkap pula, tapi harus hati-hati karena mereka masih
sangat lembut. Jala yang yang dipakai harus lebih halus. Menurut Wu dan Liu,
dari dalam satu sarang perkawinan bisa diperoleh anak belut sebanyak 100-200
ekor. Dan anak-anak belut yang tertangkap ini kita pindahkan ke dalam kolam
pembesaran. Sedangkan induk-induknya kita pindah ke kolam penyimpanan induk.
3.4 Teknik Membuat Kolam Penyimpanan Induk
Kolam penyimpanan
induk ini dimaksudkan untuk merawat atau menyimpan induk belut terutama belut
betina, setelah selesai menjalani proses perkawinan. Sambil menunggu gilirannya
untuk dikawinkan kembali pada periode selanjutnya maka perlu disimpan dulu di
kolam penyimpanan. Dalam teknik membuat kolam penyimpanan, terdapat beberapa
hal yang perlu disiapkan yaitu :
1. Pembuatan Bak
Bak yang akan kita
buat ada dua buah, yaitu satu untuk
peyimpanan induk belut dengan ukuran bervariasi, namun dianjurkan kolam dengan
ukuran 2 x 3 x 0,6 m dan sebuah bak lagi untuk penampungan air dengan ukuran
bervariasi (bisa sama dengan ukuran bak penyimpan bisa juga lebih kecil) yang
penting dasarnya harus lebih tinggi daripada bak penyimpanan. Pada dasar bak
ini kita buat juga saluran pembuangan air. Kedua bak ini kita buat dari beton
semen. Dasarnya boleh disemen boleh juga tidak.
Bak kedua berguna
untuk menampung air, yang sewaktu-waktu dapat dipakai untuk menukar atau
mengganti air di bak penyimpanan belut. Oleh sebab itu, bak pertama dengan bak
kedua kita hubungkan dengan kran (bisa dibuka atau di tutup).
2. Pemupukan
Setelah bak (kolam)
penyimpanan induk belut selesai kita kerjakan, sekarang perlu kita beri pupuk
agar suasana kolam (bak) bisa sama dengan keadaan alam. Sehingga belut dapat
betah tinggal disana beberapa waktu. Jadi yang perlu kita kerjakan setelah bak
itu selesai adalah menimbun bahan-bahan sebagai berikut :
a. Lumpur sawah setebal 30 cm.
b. Pupuk kandang ayam petelur kurang lebih setebal 3
cm.
c. Haramay (jerami) yang telah dipotong-potong
setebal 5 cm.
d. Dedek (bekatul) 2 cm dicampur Hy-Profit (pakan
tambahan)
Lapisan
bahan-bahan tersebut setelah selesai kita timbun di biarkan dulu selama lebih
kurang 2-3 minggu. Tapi sebelumnya kita aliri air dari bak kedua hingga
ketinggian kira-kira 10 cm. Selama didiamkan bahan-bahan yang ditimbun tadi
akan mengalami proses pembusukan.
Bahan Organik ------> Senyawa H2S (Hidrogen sulfida) dan
NH3 (Amonia) gas ini baunya busuk
Bahan Organik ------> Senyawa Sulfat, fosfat, nitrat, dll
Tidak busuk
Senyawa yang busuk
itu berbahaya bagikehidupan belut dalam kolam (bak), sedang senyawa yang tidak
busuk sangat berguna untuk menyuburkan air kolam.
3.
Aerasi
(Pengaturan air)
Air yang ada dalam
bak selama dua minggu akan berubah
warnanya dari bening menjadi keruh. Juga akan timbul buih-buih di atas
permukaan air. Hal ini menandakan bahwa proses pembusukan sedang berlangsung.
Untuk menghilangkan buih-buih yang muncul di permukaan air tersebut, kita buka
kran kedua, dan pintu pengeluaran air pada bak pertama. Sehingga secara
berangsur-angsur air dalam kolam (bak) penyimpanan akan baru dan segar kembali.
Pertukaran air ini kita lakukan setiap hari sampai buih yang muncul di
permukaan air tadi hilang. Barulah selanjutnya kolam (bak) penyimpanan ini
dapat kita tebari induk-induk belut. Pergantian air berikutnya dapat dilakukan
setiap 3 hari sekali. Setelah penebaran induk belut, air dalam kolam dikurangi
hingga kira-kira 2 cm di atas timbunan pupuk.
4.
Penebaran
Setelah kita
periksa air dalam kolam (bak) penyimpanan tetap kelihatan segar (banyak
oksigennya) selanjutnya induk belut dapat kita tebar kedalam kolam tersebut.
Adapun jumlah induk belut yang bolehkita masukkan kedalam kolam (bak) seluas 2
x 3 x 0,6 m adalah kira-kira30 – 36 ekor. Belut yang ditebar dalam kolam (bak)
sebaiknya seragam yaitu belut betina saja dan kita tidak boleh lupa utuk
memberinya makan.
3.5 Teknik Pembesaran Benih Belut
Ada beberapa
tahapan yang perlu diketahui dalam usaha pembesaran benih belut, yaitu :
1. Pembuatan kolam.
Cara membuat kolam
pembesaran benih belut ini sama saja dengan pembuatan kolam penyimpanan induk
belut (dibuat dua kolam). Luas kolam pertama sebaiknya dibatasi sampai 2 x 3 x
0,6 m saja, supaya tidak terlalu banyak menimbun selam dan kotoran kandang ternak
yang harus meliputi kurang lebih 15% dari areal total kolam pembesaran tersebut
dan untuk memudahkan pemanenan. Sedangkan kolam kedua dapat kita buat dengan
ukuran yang sama atau lebih kecil dari kolam pertama. Kolam pertama digunakan
untuk membesarkan benih belut yang berukuran 2,5 – 3 cm. Sedangkan kolam yang
kedua untuk membesarkan benih berukuran 5-8 cm.
Sekeliling kolam
kita buat tanggul (pematang), dinding kolam diperkeras agar tidak ada air yang
merembes. Lubang tempat pemasukan air bisa kita buat dari bambu atau pipa
paralon lalu kita hubungkan dengan sumber air. Air yang kita masukkan ke dalam
kolam hanya setinggi + 45 cm (air hanya setinggi 2-5 cm di atas timbunan
pupuk).
2. Pemupukan
Bahan pupuk yang
digunakan dalam kolam pembesaran benih belut maupun penyusunannya sama dengan
bahan pupuk pada kolam penyimpanan induk belut. Untuk pemupukan, kolam dengan
ukuran 2 x 3 x 0,6 m dapat dialiri air bersih setinggi 50cm (timbunan pupuk
setinggi + 40 cm, air setinggi 10cm di atas timbunan pupuk). Setelah
kolam diisi benih belut, air dikurangi hingga setinggi 2-5 cm di atas timbunan
pupuk. Aerasi yang dilakukan pada kolam pembersihan ini sama saja dengan aerasi
pada kolam penyimpanan induk.
3. Penebaran
Lewat masa 2 minggu
setelah aerasi (pengaturan air), maka kolam pembesaran kita taburi (masukkan)
benih belut yang berukuran kira-kira 2,5-3 cm sebanyak 500 ekor tiap meter
persegi. Benih belut yang ditebar bisa benih hasil ternak kita sendiri atau
kita dapat membeli benih belut dari para petani yang menangkap di sawah (saat
ini cukup banyak petani yang menjual benih belut). Apabila benih belut yang
akan ditebar adalah hasil membeli dari penjual benih, maka kita harus
mengetahui cara memilih benih belut yang baik, yaitu dengan memperhatikan ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Warna benih belut agak kekuning-kuningan
b. Tidak terlihat adanya jamur atau luka pada
tubuhnya
c. Gerakannya lincah dan masih banyak lendir
d. Benih belut cepat masuk ke dalam lumpur.
Banyaknya benih
belut yang dimasukkan dapat disesuaikan dengan luas kolam yang ada karena ada
hubungannya dengan makanan (jangan sampai kekurangan makanan). Belut-belut
setelah dipelihara selama 2 bulan akan mencapai ukuran panjang kira-kira 5-8
cm. Belut-belut ini kemudian dipindahkan ke kolam kedua.
Pembesaran belut
pada kolam kedua dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
Satu bulan sebelum
belut pada kolam pertama kita pindahkan ke kolam kedua, kolam kedua sudah bisa
kita persiapkan dengan cara seperti pada kolam pertama. Sehingga ketika
belut-belut berukuran 5-8 cm kita ambil, dapat langsung dipindahkan ke kolam
kedua untuk dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi. Sedangkan kolam yang
pertama dapat kita perbaharui lagi bahan organiknya (pupuk).
Pada kolam yang
kedua ini masa pemeliharaan (pembesaran) ditambah 4 bulan lagi, sehingga total
lama pemeliharaan hingga panen adalah selama 6 bulan. Belut yang dipelihara
selama 6 bulan sudah mencapai ukuran untuk dikonsumsi kira-kira 20-25 cm.
Selain daripada itu, pada kolam kedua ini kita juga dapat memberikan pakan
tambahan (selain dari jasad renik dari bahan organik) berupa dedak halus
(bekatul), keong mas (dicincang), cacing atau ikan seribu.
Selain cara yang telah disebutkan sebelumnya, untuk pembesaran benih belut
kitapun dapat melakukan alternatif lain, yaitu kolam yang kita buat hanya satu
buah dengan ukuran 2 x 3 x 0,6 m. Setelah pemupukan kita tebarkan belut dengan
ukuran 15-20 cm (dapat dibeli dari penangkap belut). Untuk ukuran kolam seperi
tersebut di atas dapat kita tebar belut sebanyak 10kg belut (1 kg belut = +
60 ekor). Setelah masa pembesaran 3-4 bulan dapat kita panen belut ukuran
konsumsi 25-30 cm.
4. Penangkapan Belut Konsumsi
Belut-belut yang
kita panen sebaiknya sudah berukuran kira-kira 20-25 cm, karena ukuran belut
seperti itu yang banyak disukai orang. Belut-belut tersebut jangan dijual
semuanya, sisakan beberapa ekor untuk dijadikan induk belut.
Ada beberapa cara
yang sering dipakai untuk menangkap belut konsumsi ini. Pertama buka lubang
pengeluaran air, setelah air tinggal 10 cm kita tutup kembali. Kemudian pada
malam hari kita pasang bubu (posong) beberapa buah di dalam kolam. Kemudian
belut-belut tersebut masuk ke dalam posong tadi karena di dalamnya sudah kita
isi dengan umpan. Selanjutnya lubang pengeluaran air kita buka kembali. Biarkan air dalam kolam kering.
Dengan mengangkat posong tadi kita akan memperoleh belut-belut yang beukuran
konsumsi. Sedang belut yang masih ada dalam kolam (lumpur) kita tangkap dengan
tangan. Bila pemeliharaan belut ini berhasil dengan baik, kita dapat memanen
belut dalam jumlah yang besar dan kitapun dapat meraih keuntungan yang cukup
banyak.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lubang persembunyian
belut
PA : Permukaan Air, MB : Mangsa
Belut, T : Tanah, B : Belut
Gambar 2. Lubang perkawinan belut
P : Pematang, B : Busa, TA :
Tanah Air , LP : Lubang Perkawinan
Gambar 3. Kolam untuk perkawinan
dan lubang perkawinan belut
Pa : Pipa Air, PA : Permukaan Air
, T : Tanah, LP : Lubang Perkawinan
LL : Lapisan Lumpur
Gambar 4. Skema Bak Penyimpanan
Induk Belut
DB : Dasar Blok, PA : Permukaan
Air, DT L Dinding Tembok, P : Pintu
Pengeluaran Air
K : Kran, I : Bak Penyimpanan
Belut, II : Bak Penampungan Air.
Gambar 5. Lapisan Bahan Pupuk / Organik
1. Lumpur Sawah,
2. Pupuk, 3. Jerami, 4. Dedak
Halus + Hy Profit
PA : Permukaan Air, DK : Dasar
Kolam, Tb : Tembok Dasar Kolom dibuat profit untuk memudahkan pengeluaran air.
Trima kasih pak sudah berbagi cara pembudidayaan belut..... Sya berencana mau coba di bima NTB pak...
BalasHapusTrima kasih pak sudah berbagi cara pembudidayaan belut..... Sya berencana mau coba di bima NTB pak...
BalasHapus1.pernah saya dengar 1 jantan bisa kawini 5 betina
BalasHapusbelut dalam 1 wadah, apa betul?
2.setelah betina mengeluarkan telur, jantan akan menjaga telur belut . apakah smua betina belut harus d keluarkan dari kolam?