Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Senin, 06 Juni 2016

TEKNIK PEMBENIHAN BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii Lacepede)


DESKRIPSI TEKNOLOGI
1.
TUJUAN DAN MANFAAT PENERAPAN TEKNOLOGI

Tujuan teknologi ini yaitu menghasilkan paket teknologi pembenihan Bawal Bintang yang adaptif dan aplikatif dan melakukan sosialisasi serta transfer teknologi, sehingga hasilnya dapat diaplikasikan oleh masyarakat. Manfaatnya yaitu menyediakan benih ikan bawal bintang melalui usaha pembenihan yang dilakukan masyarakat.



2.
PENGERTIAN/ISTILAH DEFINISI

Ø Ikan Bawal Bintang adalah jenis ikan yang secara taksonomi merupakan spesies Trachinotus blochii, Lacepede, yang hidup di perairan tropis Indo-Pasifik.
Ø Induk ikan adalah ikan dewasa yang siap dipijahkan, dan diperoleh dari hasil tangkapan di aIamatau dari hasil budidaya.
Ø Fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan setiap kilogram induk.
Ø Manipulasi hormonal adalah upaya perangsangan pematangan gonad dan atau pemijahan induk ikan dengan menggunakan hormon.
Ø Benih adalah ikan kecil yang telah menyerupai ikan dewasa.
Ø Bak pemeliharaan larva adalah tempat untuk memelihara larva ikan.
Ø Sintasan adalah persentase jumlah ikan yang hidup pada saat panen dibandingkan dengan jumlah ikan yang ditebar.
Ø Grading adalah suatu cara untuk memisahkan ikan berdasarkan ukuran.
Ø Panen yaitu kegiatan pengambilan hasil budidaya.


3.
RINCIAN DAN APALIKASI TEKNIS/PERSYARATAN TEKNIS

a.
Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi dalam pembenihan Bawal Bintang, yaitu:


Ø Pemilihan lokasi yang sesuai dengan CPIB (bebas banjir dan pengikisan daerah, bebas dari pencemaran, jauh dari lokasi budidaya, mudah dijangkau dan memiliki sarana dan prasarana penunjang).
Ø Sumber air harus tersedia sepanjang tahun dan memiliki persyaratan sesuai dengan SNI yang ada.
Ø Memiliki fasilitas yang memadai untuk kegiatan pembenihan Bawal Bintang.
Ø Memiliki tenaga kerja yang kompeten.




b.
Uraian Secara Lengkap dan Detail SOP, mencangkup:


Ø Teknologi pembenihan Bawal Bintang ini dilakukan selama kurang lebih 55 hari.
Dimulai dengan pemijahan, penetasan telur, penebaran larva, pendederan
hingga pemanenan (Gambar 1)
 

Gambar 1. Diagram prosedur pembenihan ikan bawal bintang



Ø Cara penerapan teknologi yang diurut mulai persiapan sampai aplikasi.


1)  Pengelolaan Induk
Induk yang digunakan berasal dari hasil seleksi di Balai Budidaya Laut Batam. Induk terseleksi yaitu induk yang unggul dalam pertumbuhan, sehat dan tidak cacat. Induk ikan Bawal Bintang berukuran 1,2 Kg sampai dengan 2,5 Kg. Induk ikan betina cenderung lebih besar dari pada induk jantan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa induk ikan Bawal Bintang mulai matang gonad setelah umur 2 tahun. Induk ikan Bawal Bintang dipelihara dalam Keramba Jaring Apung (KJA) berukuran minimal 3X3X3 meter. Pakan yang diberikan merupakan kombinasi ikan rucah, pellet, cumicumi udang rebon dan beberapa suplemen pakan. Jadwal pemberian jenis pakan diberikan dari hari Senin sampai dengan Sabtu (Tabel 1).
Tabel 1. Dosis dan jadwal pemberian pakan induk ikan bawal bintang
Hari
Pakan
Senin
Rucah + pelet mix + Vit E
Selasa
Rucah + pelet mix + Multivitamin
Rabu
Rucah + pelet mix + Vitamin C
Kamis
Rucah + pelet mix
Jumat
Rucah + pelet mix
Sabtu
Pelet mix + Cumi-cumi
Minggu
Libur

Keberhasilan pemijahan sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad. Pemilihan induk yang siap memijah dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode kanulasi untuk induk betina dan striping untuk induk jatan. Telur yang sudah siap memijah berdiameter 450-550 mikron, sedangkan sperma yang baik untuk siap dipijahkan adalah berwarna putih kental. Pemilihan induk merupakan langkah pertama untuk mengetahui apakah status induk benar-benar siap untuk dipijahkan.
Induk-induk ikan Bawal Bintang terpilih di Balai Budidaya Laut Batam telah dapat memijah sepanjang waktu tanpa harus tergantung pada siklus bulan, sebagaimana umumnya siklus pemijahan ikan laut. Ciri-ciri induk yang siap dipijahkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ciri-ciri induk yang siap dipijahkan
Induk Jantan
Induk Betina
-  Berbentuk pipih ramping dan berukuran lebih kecil dari induk betina
-  Berat tubuh kurang dari 2 kg
-  Keluar sperma apabila dilakukan striping
-  Bentuk tubuh lebih gemuk dan lebih besar
-  Warna lebih cerah dan urogenitalnya lebih merekah
-  Berat tubuh lebih dari 2 kg
-  Perut mengembang dan ukuran telur mencapai 500 mikron

Wadah pemijahan yang digunakan adalah bak bulat dengan ukuran minimum 8 m 3 baik berbahan fiberglass atau beton. Bak pemijahan dilengkapi dengan sistem air mengalir, sistem aerasi dan sistem pemanenan telur. Pemijahan dilakukan mengunakan teknik pemijahan rangsangan hormonal. Hormon yang digunakan adalah HCG (Hormon Choironic Gonadotropin) dan LH-Rha (Leutunizing Releasing Hormon). Keduanya merupakn jenis hormon sex steroid berkadar molekul karbohidrat tinggi (glikoprotein) yang dapat merangsang pelepasan-pelepasan hormon-hormon kelamin sehingga memacu kematangan sel-sel kelamin dan juga pemijahan. Rangsangan hormonal menggunakan suntikan HCG (Hormon Choironic Gonadotropin) dengan dosis 250 IU/kg bobot tubuh induk penyuntikan hari pertama dan 500 IU/kg bobot tubuh induk pada penyuntikan ke dua setelah 24 jam penyuntikan pertama. Penyuntikan hormon LH-Rha, cukup dilakukan satu kali saja dengan dosis 0,05 mg/kg bobot tubuh induk. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular di daerah gurat sisi dekat pangkal sirip punggung. Telur yang dihasilkan memiliki fekunditas 60-70% dengan ukuran telur 800-850 mikron. Telur yang sudah dipanen dihitung mengunakan metode sampling untuk mengetahui jumlah total telur yang dihasilkan oleh induk.
Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari atau jika telur telah mengalami perkembangan embrio fase grastula, sehingga telur cukup kuat untuk dipindahkan. Panen telur dilakukan dengan cara mengalirkan media pemeliharaan yang berisi telur kedalam bak penampung telur yang sudah dilengkapi dengan saringan (egg colletor). Pengambilan telur yang tidak dibuahi dengan cara mematikan aerasi dari wadah penampung telur. Telur bawal bintang yang terbuahi berwarna bening transparan dan terapung dipermukaan air sedangkan telur yang tidak menetas akan mengedap di dasar wadah, berwarna putih susu. Telur yang telah dikumpulkan selanjutnya ditetaskan dalam bak inkubasi telur. Umumnya hasil pemijahan induk ikan Bawal Bintang di Balai Budidaya Laut Batam mempunyai derajat fekunditas sebesar 70–90% dan derajat tetas sebesar 70-90%.

2)  Pemeliharaan Larva
Bak larva dan seluruh perlengkapan pemeliharaan sebelum digunakan harus bersih, bebas penyakit dan parasit. Sterilisasi ini dilakukan dengan cara menyikat permukaan bak dan perendaman dengan larutan khlorin selama 2 jam. Sebelum digunakan, bak terlebih dahulu harus dibilas untuk menghilangkan bau khlorin. Padat tebar benih merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha pembenihan. Padat tebar berkaitan erat dengan pertumbuhan dan angka kelulushidupan. Apabila kepadatan terlalu tinggi pertumbuhannya lambat akibat adanya persaingan ruang, oksigen, dan pakan. Seiring dengan bertambahnya ukuran dan berat ikan, maka padat penebaran harus dikurangi secara bertahap. Setelah larva yang menetas (ditandai bentuk larva telah lurus sempurna) dihitung dalam bak penetasan, selanjutnya larva ditebarkan ke dalam bak pemeliharaan dengan kepadatan 10-20 ekor/liter. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari ketika suhu air tidak terlalu tinggi. Cara penebaran adalah dengan memindahkan larva dari bak penetasan menggunakan ember, dan kemudian ditebar merata diseluruh permukaan media pemeliharaan. Untuk menghilangkan stres larva akibat perbedaan suhu media penetasan dengan suhu media pemeliharaan, dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Aklimatisasi dilakukan dengan menyamakan terlebih dahulu suhu media penetasan dan pemeliharaan.
Pemberian pakan alami dengan rotifera (Brachionus plicatilis) dilakukan pada saat kuning telur pada larva akan habis, yaitu pada hari ke tiga. Pada hari ini mulut larva Bawal Bintang sudah mulai terbuka dan telah mulai beradaptasi dengan makanan dari luar. Pakan alami selanjutnya adalah naupli artemia (Artemia salina) yang diberikan saat umur larva 12 hari (apabila diperlukan). Saat larva berumur 15 hari sampai hari ke 20 artemia yang digunakan adalah artemia setengah dewasa. Pakan buatan (pellet) untuk larva Ikan Bawal Bintang diberikan sedini mungkin yaitu mulai umur 10 hari (D10). Pakan pellet awal berukuran sekitar 200 mikron. Ukuran pellet yang diberikan selanjutnya disesuaikan dengan bukaan mulut larva, dengan dosis yang diberikan sampai kenyang. Pemberian pellet lebih dini akan membantu mengurangi ketergantungan pakan terhadap rotifera dan artemia. Hal ini akan menguntungkan secara ekonomis dan memperbaiki kualitas benih, karena pakan buatan mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik. Frekuensi pemberian pellet adalah empat kali sehari dengan menggunakan alat pemberian pakan otomatis (automatic feeder) yang dapat diatur frekuensinya.
Pengaturan jenis, ukuran, frekuensi pemberian pakan yang disesuaikan dengan ukuran larva menjadi kunci dalam keberhasilan pemeliharaan larva (Tabel 3).
Tabel 3. Jenis dan ukuran pakan larva ikan bawal bintang.
Jenis Pakan
Jumlah
Ukuran
Waktu
Frekuensi
Phytoplankton
(Nannochloropsis sp)
5 × 103/ml
5-20 μm
D3–14
1 kali/hari
Rotifer
(Brachionus plicatilis)
5-10/ml
100-175 μm
D3–14
4 kali/hari
Brine shrimp Nauplii
(Artemia salina)
0,5-1/ml
250 μm
D15–22
2-3 kali/hari
Pakan pellet
Sesuai kebutuhan
300-500 μm
D10-18
4 kali/hari
Pakan pellet
Sesuai kebutuhan
500-800 μm
D18-22
4 kali/hari

Pengelolaan air pemeliharaan mutlak diperlukan guna menjaga kualitas air yang digunakan. Pengelolaan yang dilakukan adalah dengan mengganti air pemeliharaanpada umur 5 hari sampai 10 hari sebanyak 25% tiap harinya. Saat umur larva 10-20 hari penggantian air adalah sebanyak 50% tiap hari dan larva umur 20-30 hari dilakukan pergantian air sebanyak 75% per harinya. Untuk menjaga agar kadar amoniak dalam bak pemeliharaan tetap pada syarat yang ditentukan, perlu ditambahkan Nannochloropsis. Kepadatan Nannochloropsis adalah 5 X 105 sel/ml. Selain berfungsi seperti tersebut diatas Nannochloropsis berfungsi juga sebagai pakan rotifera dalam bak pemeliharaan. Pembersihan dasar bak pemeliharaan dari sisa telur yang tidak menetas, pakan alami yang mati ataupun endapan dari air laut dilakukan dengan cara menyiphon secara periodik. Penyiphonan pertama dilakukan pada D-2 untuk membuang sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur hasil tetasan. Setelah itu penyiphonan dilakukan 2 hari sekali. Untuk umur larva selanjutnya penyiphonan dilakukan tiap hari.

3)  Pendederan
Pendederan dilakukan dalam bak yang terbuat dari beton atau fiberglass, berbentuk persegi panjang atau bulat. Volume bak berkisar antara 1-6 ton. Sebelum digunakan bak terlebih dahulu disterilkan dengan disinfektan. Bak pendederan dilengkapi dengan sistem air mengalir 24 jam dan sistem aerasi yang cukup. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Aklimatisasi perlu dilakukan karena mungkin terdapat perbedaan suhu dan salinitas antara tempat asal benih atau media transportasi dengan kondisi air tempat pendederan. Padat penebaran untuk masa pendederan disesuaikan dengan ukuran benih. Padat penebaran awal pendederan adalah 1.500 ekor/m3 dengan ukuran benih ± 2 cm atau berumur sekitar 22-25 hari.
Pemilihan jenis pakan harus didasarkan pada kemauan ikan untuk memangsa pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi, dan nilai ekonomisnya. Pakan yang diberikan dapat berupa ikan rucah segar atau pakan buatan (pellet). Besarnya pakan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Ikan Bawal Bintang cenderung bersifat omnivora, dimana berbagai jenis pakan akan dimangsa, namun yang paling baik adalah pemberian pakan buatan. Pakan buatan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pakan rucah, karena selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, kualitasnya terjamin dan kandungan nutrisinya telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan ikan. Frekuensi dan waktu pemberian pakan yang tepat perlu diperhatikan agar menghasilkan pertumbuhan dan angka kelulushidupan yang baik serta penggunaan pakan yang efisien. Hal ini berhubungan dengan kecepatan pencernaan dan pemakaian energi. Pada tahap awal pemeliharaan pemberian pakan dilakukan sesering mungkin atau minimal 4-6 kali sehari atau sampai ikan kenyang benar. Apabila ikan sudah tumbuh lebih besar pemberian pakan dapat dilakukan 2 kali sehari.
Pengelolaan media air pemeliharaan terutama menjaga kualitas air media yang baik sehingga ikan dapat tumbuh dengan optimal. Salah satu caranya yaitu dengan perawatan wadah pemeliharaan secara kontinyu. Pembersihan dasar bak dapatdilakukan dengan penyiphonan. Penyiphonan dilakukan setiap pagi dan sore setelah pemberian pakan. Untuk menjaga kualitas air tetap baik pada masa pendederan diterapkan sistem air mengalir 24 jam dengan pergantian air sebayak minimal 200%.
Sebagian besar ikan laut termasuk jenis karnivora dan kanibalisme menjadi sifat dasar ikan jenis ini. Kanibalisme akan menonjol apabila tejadi perbedaan ukuran serta kekurangan pakan. Ikan yang lebih besar selalu akan memangsa yang kecil sehingga ikan yang kecil selalu takut dan kalah dalam mengambil pakan. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya banyak kematian akibat kanibalisme dan kekurangan mendapat pakan. Selain itu, ikan yang besar akan terus bertambah besar sedangkan yang kecil sulit menjadi besar sehingga terjadi variasi ukuran. Walaupun ikan Bawal Bintang cenderung tidak kanibal, namun perbedaan ukuran yang besar dapat menyebabkan kematian pada larva/benih yang kecil akibat digigit oleh larva/benih yang lebih besar.Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penyeragaman ukuran (grading). Grading sering dilakukan pada akhir pembenihan atau awal masa pendederan dan seterusnya dilakukan setiap terlihat ada perbedaan ukuran yang dipelihara. Masa pemeliharaan benih ikan Bawal Bintang pada fase pendederan berkisar antara 10 hari sampai dengan 30 hari dan benih yang siap tebar di KJA dipanen mulai ukuran 2,5 cm sampai dengan 5 cm.

4)  Pengamatan Benih
Pengamatan benih yang dilakukan meliputi pengamatan kesehatan benih, tingkat kelulusan hidup, pertumbuhan dan abnormalitas. Kesehatan ikan diamati dengan melihat kondisi larva dan benih yaitu warna benih, cara berenang dan nafsu makannya. Tingkat kelulusan hidup benih ikan Bawal Bintang dihitung dengan menghitung jumlah akhir panen dibagi jumlah benih yang ditebar, sedangkan pertumbuhan di amati dengan mengukur panjang benih setiap lima (5) hari dan abnormalitas dihitung dengan membandingkan jumlah ikan cacat dibandingkan jumlah keseluruhan panen.
Tingkat kelulusan hidup pada produksi benih ikan Bawal Bintang berkisar antara 20-40% sampai dengan ukuran benih 2,5-3 cm. Sedangkan tingkat abnormalitas ratarata selama pemeliharaan maksimumsebesar 5%. Panjang benih ikan Bawal Bintang dapat mencapai 25,2 mm setelah pemeliharaan 30 hari (Tabel 4, Gambar 2).
Tabel 4. Ukuran panjang benih menurut umurnya.
Umur Benih (hari)
Panjang (mm)
D-1
D-4
D-7
D-10
D-13
D-16
D-19
D-22
D-25
D-30
2.55
2.81
4.54
5.18
7.90
10.30
13.80
19.30
20.50
25.20


Gambar 2. Panjang benih ikan Bawal Bintang menurut umur pemeliharaannya.

5)  Pengelolaan Kesehatan
Prinsip manajemen kesehatan ikan melibatkan 3 komponen utama yaitu: inang (ikan), patogen (bibit penyakit) dan lingkungan. Apabila keseimbangan ketiga komponen ini bisa dipertahankan maka permasalahan penyakit tidak akan muncul. Menekan kasus penyakit sampai titik nol memang mustahil untuk dilakukan. Tetapi meminimalkan terjadinya penyakit tergantung dari kondisi pengelolaan kesehatan ikan di masing masing unit usaha itu sendiri.
Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan penyakit akan sangat besar apabila terlambat penanganannya. Diagnosa yang cepat di lapangan dan akurat di laboratorium harus cepat dilakukan apabila wabah penyakit sudah terjadi agar bias menentukan treatment apa yang harus dilakukan dalam mengatasinya. Apabila terjadi bias/kesalahan dalam pendeteksian gejala penyakit maka treatment akan menjadi sia-sia bahkan akan memperparah kondisi ikan yang sakit. Cara terbaik untuk mengantisipasi agar hal diatas tidak terjadi adalah menggunakan prinsip “Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati“.
Benih ikan Bawal Bintang termasuk jenis yang cukup tahan terhadap penyakit. Tindakan pencegahan yang harus dilakukan agar benih dapat tumbuh optimal dan tidak terserang penyakit cukup sederhana. Pengelolaan kualitas air yang baik, pakan yang cukup dan kepadatan benih yang tepat akan menghasilkan benih yang sehat dan bermutu. Usaha mencegah serangan penyakit juga dilaksanakan dengan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan pada dua tahap, tahap pertama secara perendaman saat benih ikan berukuran <2,5 cm dan penyuntikan pada saat ikan berukuran >10 gr. Vaksin perendaman yang digunakan adalah Vibrio polyvalen, sedangkan untuk vaksin penyuntikan yang digunakan adalah Vibrio polyvalen, Strepsi, dan Timar.

4.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI

a.
Uraian tentang teknologi yang baru atau modifikasi


Ø Induk dapat dipijahkan sepanjang waktu, tanpa bergantung dari siklus bulan.
Tidak seperti pada jenis-jenis ikan laut lainnya, yaitu pemijahan sangat tergantung pada siklus bulan (baik bulan purnama maupun bulan gelap), ikan Bawal Bintang dapat dipijahkan sepanjang waktu tanpa melihat siklus bulan.
Ø Pemberian pellet mulai umur 10 hari tanpa penggunaan artemia
Ikan Bawal Bintang sudah dapat diberi pakan buatan mulai umur 10 hari, dan pada umur 15 hari sudah dapat mengkonsumsi pakan buatan sepenuhnya. Dengan demikian penggunaan artemia dapat diminimalisir, bahkan dihilangkan sama sekali.
Ø Larva ikan Bawal Bintang dapat dipelihara dalam bak pemeliharaan dengan ukuran, volume dan warna yang sangat variatif
Beberapa ikan laut memerlukan spesifikasi bak pemeliharaan yang khas, tidak demikian halnya dengan larva ikan Bawal Bintang. Larva ikan Bawal Bintang dapat dipelihara dalam berbagai bentuk bak, warna bak (biru, kuning atau abuabu) dan ukuran baik yang variatif mulai 3x3 m.




b.
Uraian tentang keberhasilan


Ø Tingkat kelulusan hidup benih yang cukup tinggi 20-40% (ukuran panen 5 cm) dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya.
Ø Adaptif terhadap pakan buatan. Benih ikanBawal Bintang sangat adaptif terhadap pakan buatan, mulai umur 10 hari benih sudah sangat responsif terhadap pakan buatan dan pada umur 15 hari benih telah sepenuhnya lepas dari pakan hidup.
Ø Ukuran panen yang cepat.
Umur sekitar 50 hari benih dapat dipanen untuk dipelihara pada pembesaran di KJA, hal ini sulit dilakukan pada jenis komoditas laut yang lainnya.
Ø Minim kanibalisme.
Adaptasi pakan yang baik mengurangi sifat kanibalisme benih, benih. Benih Bawal Bintang yang dibudidayakan sangat sedikit kanibalismenya dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya.
Ø Tahan terhadap perubahan lingkungan.
Benih ikan Bawal Bintang relatif lebih tahan terhadap perubahan lingkungan pemeliharaan. Fluktuasi perubahan suhu dapat ditolerir sampai dengan 4oC dan salinitas dapat ditolerir antara 19-34 ppt.




c.
Mudah diterapkan dalam sistem usaha


Ø Ikan bawal bintang banyak diminati oleh masyarakat dan harganya terjangkau.
Ø Teknologi Pembesaran budidaya ikan bawal bintang sangat mudah dikuasai dengan margin yang ekonomis.
Ø Mampu mentolerir perubahan salinitas mulai dari 19-34 ppt sehingga areal budidayanya cukup luas mulai dari perairan payau hingga ke perairan laut.
Ø Dapat dibudidayakan dalam kolam tambak maupun di Keramba Jaring.
Ø Secara ekologi budidaya ikan bawal bintang tidak membahayakan ekosistem karena bukan merupakan top predator.
Ø Ikan bawal bintang bukan merupakan salah satu jenis yang dilarang dikembangkan.




d.
Ramah lingkungan


Seluruh proses dan sistem budidaya mengacu pada cara berbudidaya ikan yang baik. Cara memelihara atau membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang diupayakan dapat terkontrol. Jaminan keamanan pangan dari budidaya diberikan dengan menjaga sanitasi pembudiyaan, pakan, dan obat ikan serta bahan kimia dan biologis, agar tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan.



5.
PERSYARATAN LOKASI BUDIDAYA SESUAI CBIB

a    Peruntukanlokasi    : sesuai dengan RUTRD/RUTRW.
b    Letak                  : di pantai untuk memudahkan perolehan sumber air laut; pantai tidak terlalu landai dengan kondisi dasar laut yang tidak berlumpur; mudah dijangkau untuk memperlancar transportasi, bebas banjir.
c    Sumber air laut     : bersih tidak tercemar, salinitas ≥28 g/L; tersedia sepanjang waktu
d    Sumber air tawar    : tersedia, atau sumber air payau dengan salinitas ≤5 g/L.

6.
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

a.  Introduksi dari ikan Bawal Bintang pada lokasi baru mungkin bisa menyebabkan merubah keragaman genetik ekosistem di perairan.
b.  Apabila pemberdayaan masyarakat lokal tidak optimal (sebagian besar masyarakat lokal tidak terlibat) dalam pengembangannya dapat menyebabkan kecemburuan sosial.

7.
KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA

Perhitungan Usaha
Ada lima siklus produksi yang memungkinkan per tahun untuk mendederkan ikan Bawal Bintang. Penghitungan modal dan pengembalian berikut ini didasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut:
ü 5 siklus produksi per tahun (setiap siklus kultur 45 hari).
ü 1 pekerja penuh waktu.
ü 6 bak pemeliharaan benih 5 m 3.
ü Laju depresiasi 10% per tahun.
ü Bunga bank adalah 10% per tahun.
ü Sintasan (SR) 80%.
ü Harga benih panen ukuran 7 cm = Rp. 3.000,-
ü Padat penebaran per bak 3.000 ekor benih ukuran 2-3 cm.
ü Semua modal usaha dipinjam dari bank.




Modal usaha
Modal usaha untuk hatchery pendederan meliputi komponen sebagai berikut :
Modal Investasi
Rp.
Bak pemeliharaan + filter beratap
Pompa air laut
Pompa celup
Blower
Generator
Sistem air
Lainnya
24.000.000
4.000.000
1.500.000
2.500.000
15.000.000
1.000.000
2.000.00
Total Biaya
50.000.000




Keuntungan dan kehilangan
Komponen ini merupakan pendapatan dari penjualan benih Bawal Bintang dikurangi dengan semua biaya operasional dan bukan operasional.
Biaya operasional
Rp.
Benih 18.000 ekor X 5 siklus X Rp. 1.000
Pakan buatan
Listrik
Tenaga kerja
Lainnya
90.000.000
15.000.000
5.000.000
12.000.000
3.000.000
Biaya non operasional

Depresi (Modal Usaha X 10%)
Bunga Bank 10%
5.000.000
5.000.000
Total Biaya
135.000.000
Pendapatan
72.000 benih X Rp. 3.000

216.000.000
Keuntungan
Pendapatan-Total Biaya

81.000.000

Periode Pembayaran Kembali (PP)         = (50.000.000/81.000.000) X 12 bulan
= 7,4 bulan

Periode Pembayaran Kembali (PP) untuk produksi benih ikan Bawal Bintang pada hatchery skala kecil pendederan yang didasarkan pada perhitungan di atas adalah 7,4 bulan, berarti dapat sepenuhnya kembali dalam 8 bulan. Asumsi dalam perhitungan ini, pengoperasian hatchery berjalan lancar dan harga benih serta biaya pengeluaran tetap stabil selama periode ini.



8.
FOTO DAN SPESIFIKASI









Sumber:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. 2014. Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2014. Sekretariat Balitbang KP, Jakarta.

6 komentar:

  1. dimana beli bibit bawal bintang mohon infonya ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa menghubungi pak suci dr BBAP Lampung, untuk kontak mohon maaf sy belum ijin beliau

      Hapus
  2. kalau ada sertakan nmr HP atau kontak yang bisa di hubungi...

    BalasHapus
  3. Bisa menghubungi pak Suci dari BBAP Lampung di no 081369236452. alhamdulillah sdh dapat ijin dari beliau

    BalasHapus
  4. Untuk pengiriman ke pulau seribu apakah bisa pak, ukuran 7 cm

    BalasHapus
  5. Sangat bermanfaat! Terimakasih pa, semoga infomasi ini bisa dimasukan dalam jurnal resmi.

    BalasHapus