KEUNGGULAN TEKNOLOGI :
1.
Teknologi
pengendalian gulma ecenggondok ini adalah teknologi modifikasi yang merupakan
kombinasi dari teknologi pengendalian secara fisik dan biologis dengan
menggunakan ikan koan.
2.
Teknologi
pengendalian gulma ecenggondok ini layak untuk dikembangkan di perairan danau
atau waduk yang tercemar ecenggondok. Teknologi pengendalian secara terpadu
ini telah mampu mengubah gulma ecenggondok menjadi biomasa ikan, bahan baku
industri kerajinan/kreatif dan sumber biogas untuk keperluan rumah tangga.
Namun pada teknologi ini, penekanan utama adalah dalam mengkonversi biomasa
daun ecenggondok menjadi biomasa ikan sehingga menjadi produk yang bernilai
ekonomi baik untuk keperluan konsumsi masyarakat maupun sekaligus
meningkatkan pendapatan pembudidaya serta pelestarian lingkungan perairan.
Pemanfaatan daun ecenggondok pada budidaya ikan koan mempunyai keunggulan
tersendiri jika dibandingkan dengan pengendalian biologis dengan cara
menebarkan ikan koan secara langsung di perairan. Jika ikan koan ditebar
langsung di perairan, maka pada tahap awal ikan koan akan makan tumbuhan air
yang disukai terlebih dahulu seperti ganggang (Hydrilla spp, Ceratophylum
sp, dsb) sehingga tumbuhan air tersebut habis dan kemudian baru beralih ke
akar ecenggondok dan terakhir ke daun ecenggondok setelah ecenggondok mati.
Padahal keberadaan tumbuhan air ganggang sangat diperlukan untuk penempelan
telur dan perlindungan benih ikan asli di perairan. Kasus penebaran ikan koan
yang langsung dilepas ke perairan danau untuk mengendalikan ecenggondok ini
telah berhasil dilakukan di Danau Kerinci namun akhirnya berdampak negatif
terhadap penurunan populasi ikan asli seperti ikan semah (Tor duorenensis)
yang sangat ekonomis.
3.
Teknologi
pengendalian gulma ecenggondok secara fisik dan biologis merupakan teknologi
sederhana sehingga mudah diterapkan oleh masyarakat sekitar perairan yang
tercemar gulma ecenggondok. Hasil analisis proksimat ecenggondok mengandung
protein (Akar=17,7%, Batang= 4,86% dan Daun= 19,83%) (Krismono, 2007),
sehingga memenuhi syarat untuk pakan ikan. Secara ekonomis menguntungkan
karena komponen pakan yang antara 60-70% dari biaya produksi pada budidaya
ikan dalam KJA dengan mudah didapat tanpa mengeluarkan biaya untuk
membelinya. Disamping itu, biomassa daun ecenggondok akan dikonversi menjadi
biomassa ikan yang ekonomis. Penerapan teknologi pengendalian ini secara
terpadu dapat diterapkan di masyarakat dengan menciptakan kegiatan industri
kerajinan untuk memanfaatkan batang/petiol ecenggondok dan bahan bakar gas
atau kompos untuk pupuk dengan memanfaatkan akar ecenggondok sehingga
ecenggondok yang berupa gulma menjadi bahan baku yang bernilai ekonomis. Hal
ini telah dilakukan di waduk Rawapening dan di danau Limboto. Dalam pengembangan
budidaya ikan koan perlu dikembangkan kelembagaan pembenihannya sehingga
pasok benih ikan koan dapat terjamin.
Teknologi pengendalian ecenggondok
secara fisik dengan cara mengangkatnya ke luar perairan yang selama ini
sering dilakukan di beberapa perairan akan membutuhkan biaya yang tinggi dan
hanya sesaat karena tidak ada produk yang secara berkelanjutan dihasilkan dan
bernilai ekonomis.
4.
Teknologi
pengendalian gulma yang diterapkan merupakan teknologi yang ramah lingkungan
dan akan berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan perairan.
5.
Kebaharuan
teknologi ini dapat menentukan waktu pengendalian gulma air yang ada
berdasarkan jumlah/ukuran ikan yang dibudidayakan dan ramah lingkungan.
6.
Indikator
keberhasilan dapat dihitung bila ada 1.000 petak Keramba jaring apung ikan
koan dengan pakan eceng gondok dalam satu periode pemeliharaan mengurangi
sekitar 120 ha luas tutupan eceng gondok. Bila pemanfaatan eceng gondok
digunakan juga untuk kerajinan dan biogas, sehingga yang digunakan untuk
pakan hanya daunnya berarti 10 % bagian dari seluruh pohon, maka dengan
jumlah KJA 1.000 petak dapat mengurangi 1.200 ha.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar