Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Jumat, 17 Januari 2014

PENGENALAN, PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Hama dan penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang sangat serius dalam usaha budidaya ikan. Dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya maka luas areal semakin sempit, padat penebaran semakin tinggi, serta pemberian pakan buatan semakin ditingkatkan. Sementara air yang digunakan, secara bertahap, mengalami pengotoran oleh bahan organik maupun cemaran limbah inustri. Keadaan seperti ini membuka peluang bagi tumbuh dan berkembangnya wabah dan parasit ikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kini masalah hama dan penyakit ikan seolah – olah menjadi momok yang sangat menakutkan karena bisa menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Berikut penyakit yang sering menyerang dan bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan penyakit pada ikan mas.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT
 
Terdapat banyak faktor yang menentukan seekor ikan menjadi sakit. Faktor utamanya adalah Host (organisme peliharaan/inang), Pathogen (microba, parasit) dan Environment (lingkungan menyangkut fisik, kimia atau tingkah laku seperti stress). Sehingga dapat dikatakan bahwa penyakit merupakan ekspresi dari kompleks interaksi antara host-pathogen-environment. Hal di atas digambarkan oleh Snieszko dalam Zonneveld (1994) melalui 3 lingkaran yang saling overlapping untuk memperlihatkan interaksi antara host, potential pathogen dan environment (lingkungan).

Snieszko Ring


PENYAKIT NON PARASITER

Penyakit non parasiter yaitu penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan berdasarkan faktor penyebabnya yaitu lingkungan (dalam hal ini air sebagai media hidup) dan pakan.

a. Lingkungan/Kualitas Air
Perlu diingat bahwa kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya khususnya dan perikanan pada umumnya. Pada peranan alami kualitas air mempengaruhi seluruh komunitas perairan (bakteri, tanaman, ikan, zooplankton dsb) (Zonneveld,dkk.,1994).
Beberapa kondisi lingkungan yang menyebabkan kematian ikan adalah :
-    Perubahan suhu air secara mendadak
-    pH air yang terlalu rendah atau sangat tinggi
-    Kurangnya oksigen terlarut dalam air.
-  Meningkatnya senyawa-senyawa beracun seperti H2S (gas metan), karbondioksida, ammoniak, adanya polusi pestisida, limbah industri dan rumah tangga.
-    Kekeruhan air meningkat/ kecerahan air menurun (Djarijah, 1995).

Deplesi/kekurangan oksigen merupakan salah satu faktor lingkungan yang sering menyebabkan kematian ikan terutama di kolam yang banyak mengandung bahan organik. Secara tidak langsung kekurangan oksigen menyebabkan ikan stress sehingga daya tahan tubuh menurun yang berakibat ikan tersebut mudah diserang organisme pathogen. Faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi oksigen dalam kolam adalah fotosintesis, respirasi dan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Suhu juga memegang peranan penting dalam ketersediaan oksigen dalam air. Dimana peningkatan suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Variasi suhu air lebih kecil dan lebih lambat terjadinya bila dibandingkan dengan variasi suhu udara. Hal ini menyebabkan organisme akuatik seringkali kurang dapat mentoleransi perubahan-perubahan suhu (Stenothermal). Akibatnya pencemaran termal yang ringanpun akan dapat berakibat luas. Pertumbuhan embrio ikan mas pada suhu 30 0C mengalami penurunan setengah kali dibanding pada suhu 20 0C (Tamanampo, 1994). Selanjutnya dikemukakan bahwa nafsu makan ikan mas nyata menurun apabila suhu air meningkat. Dari pengamatan di lapangan ditemukan bahwa ikan mas yang dipijahkan di kolam secara alami, baru memijah setelah suhu airnya berkisar 20 – 22 0C (Wardoyo dalamTamanampo, 1994). EIFAC dalam Tamanampo (1994) mengemukakan bahwa ikan mas yang dipelihara pada suhu 24 – 26 0C akan segera mati bila dipindahkan ke dalam perairan bersuhu 38,2 0C secara tiba-tiba tanpa aklimatisasi. Dan kalaupun dapat hidup setelah diaklimatisasi, ikan tersebut akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya dan daya makannya. Selanjutnya Klein dalam Tamanampo (1994) menyatakan bahwa daya racun Potasium Sianida terhadap ikan air tawar adalah dua kali lipat apabila suhu airnya meningkat 10 0C.

b.  Pakan
Selain itu, baik buruknya kondisi tubuh ikan juga sangat dipengaruhi oleh faktor pakan yang diberikan. Pakan harus memenuhi kebutuhan ikan dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan tersebut.

PENYAKIT PARASITER
Penyakit-penyakit parasiter yang menyerang ikan mas umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing.

a. Virus Penyebab Penyakit
Ephithelioma papulasum merupakan virus yang sering menyerang ikan mas (C. carpio), ikan mas koki (Carassius auratus) dan beberapa jenis ikan hias air tawar. Serangan virus ini mengakibatkan penyakit cacar, dimana pada tubuh ikan timbul bercak-bercak putih seperti susu yang perlahan-lahan membentuk lapisan lebar mirip kaca atau lemak dengan ketebalan antara 1 - 2 mm (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Aktivitas serangan virus bersifat akut (mematikan), menghasilkan kerusakan jaringan cukup luas dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Infeksi virus sering dilanjutkan dengan infeksi sekunder oleh bakteri ataupun didahului oleh infeksi sekunder oleh organisme parasit misalnya Argulus (kutu ikan), Lernea dan lain-lain.

b. Bakteri Penyebab Penyakit
Berdasarkan reaksi sel bakteri terhadap pewarnaan warna gram, maka bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri gram positif (terlihat berwarna biru) dan bakteri gram negatif (berwarna pink atau merah). Kebanyakan bakteri pathogen ikan termasuk golongan gram negatif, seperti Aeromonas sp., Pseudomonas sp., Flexibacter sp. dan Vibrio sp. Diman bakteri-bakteri ini hampir selalu ditemukan dan hidup di air kolam, di permukaan tubuh ikan dan pada organ-organ tubuh bagian dalam ikan. Umumnya ikan mas sering terserang bakteri Aeromonas hydrophilla, A.salmonicida, dan Pseudomonas flourescens.

c. Jamur Penyebab Penyakit
Jamur adalah mikroorganisme yang sering terlihat seperti benang yang tumbuh di bagian dalam atau luar tubuh ikan. Ada beberapa organisme jamur yang sering menimbulkan penyakit pada ikan mas, yaitu Saprolegnea sp. yang menyebabkan penyakit Saprolegniasis, Achlya sp., Branchiomyces sp. Tetapi yang paling akut dan ditakuti adalah Saprolegnea sp. dan Branchiomyces sp, sebab Saprolegnea sp. selain menyerang organisme dewasa juga menyerang telur-telur ikan. Sedangkan Branchiomyces sp. dapat menyebabkan kematian masal pada ikan budidaya.
Jamur Saprolegnea sp. menyerang ikan disebabkan adanya infeksi sekunder oleh organisme lain misalnya bakteri atau copepoda. Selain adanya luka juga juga dikarenakan suhu air menurun sehingga ikan stress. Pada ikan yang terinfeksi akan terlihat adanya sekumpulan hypa (benang-benang halus menyerupai kapas). Biasanya hypa ditemukan di bagian kepala, tutup insang dan sekitar sirip. Ikan-ikan ini biasanya menjadi kurus karena daya makan menurun dan sering menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain.

d. Protozoa Penyebab Penyakit
Protozoa yang sering menyerang ikan mas adalah Icthyopthirius multifilis, Myxobulus sp., Tricodina sp. (Afrianto dan Liviawaty, 1992; Djarijah, 1995). Akibat serangan I. multifilis pada tubuh ikan banyak dijumpai bintik-bintik putih sehingga penyakit ini disebut White spot. Serangan protozoa ini umumnya terjadi pada musim hujan dengan suhu berkisar 20 – 24 0C. Ikan yang terserang akan kehilangan fungsi insang sehingga mengganggu respirasi. Selain itu ikan menjadi malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air.

e. Cacing Penyebab Penyakit
            Ada dua jenis cacing Kelas Trematoda yang kerap kali menyerang ikan mas serta ikan-ikan air tawar pada umumnya, yaitu Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. Gyrodactylus sp. biasanya menyerang ikan pada bagian kulit dan sirip sedang Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang insang. Cacing-cacing parasit ini akan menyerang ikan pada tingkat pemeliharaan yang cukup padat.


Saprolegnia
Saprolegnia atau dikenal juga sebagai "water molds" dapat menyerang ikan dan juga telur ikan.  Mereka umum dijumpai pada air tawar maupun air payau.  Jamur ini dapat  tumbuh pada selang suhu 0 - 35 °C, dengan selang pertumbuhan optimal 15 - 30 °C.  Pada umumnya,  Saprolegnia akan menyerang bagian tubuh ikan yang terluka, dan selanjutnya dapat pula menyebar pada jaringan sehat lainnya.  Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar bahan organik tinggi.  Kehadiran Saproglegnia sering pulang disertai dengan kahadiran infeksi bakteri Columnaris, atau parasit eksernal lainnya. 
           

Gambar Ikan yang terserang Saprolegnia

Tanda-tanda penyakit
Kehadiran Saprolegnia biasanya ditandai dengan munculnya "benda" seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan.  Apabila anda sempat melihatnya di bawah mikroskop maka akan tampak jamur  ini seperti sebuah pohon yang bercabang-cabang.

Pencegahan dan Perawatan 
Serangan Saprolegnia dapat dihindari dengan melakukan perawatan yang baik terhadap kondisi akuarium, terutama dengan  menjaga kualitas air selalu dalam kondisi optimal, hindari pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi untuk mencegah terjadinya luka, dan selalu menjaga ikan agar mendapat gizi yang memadai.  Apabila gejala serangan Saprolegnia ditemukan, segera lakukan evaluasi kualitas air akuarium anda dan lakukan koreksi yang diperlukan. Apabila kondisi serangan pada ikan parah, lakukan pengobatan. Selain dengan fungisida khusus ikan, perlakuan dengan PK, formalin dan povidone iodine dapat pula mengobati serangan Saprolegnia.
 
Branchiomycosis 
Branchiomyces demigrans atau  "Gill Rot (busuk insang)"  disebabkan oleh jamur Branchiomyces sanguinis and Branchiomyces demigrans . Spesies jamur ini biasanya dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, seperti pH rendah (5.8 -6.5), kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yang berlebih dalam akuarium,  Branchiomyces sp.tumbuh pada temperatur 14 - 35°C , pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada selang suhu 25 - 31°C.  Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang terbawa air dan kotoran pada dasar akuarium.
 
Tanda-tanda Penyakit 
Branchiomyces sanguinis  dan  B. demigrans pada umumnya menyerang insang ikan. Ikan yang terjangkit akan menunjukkan gejala bernafas dengan tersengal-sengal dipermukaan air dan malas.  Insang tampak mengeras dan berwarna pucat, khususnya pada daerah yang terjangkit. Pengamatan dibawah mikroskop akan sangat membantu mengenali serangan jamur ini.   Apabila bagian jaringan yang terserang mati dan lepas, maka spora jamur akan ikut terbebas dan masuk kedalam air sehingga akan memungkinkan untuk  menyerang ikan lainnya.

Pencegahan dan Perawatan 
Usaha pencegahan merupakan cara yang sangat disarankan untuk mengontrol serangan jamur ini.  Pengelolaan lingkungan akuarium yang baik akan menciptakan kondisi yang tidak disukai oleh jamur tersebut untuk tumbuh. Apabila penyakit telah terlanjur berjangkit, segera lakukan isolasi. Formalin dan Copper Sulfat diketahui dapat mencegah kematian akibat infekasi Branchiomycosis.  Akuarium yang terjangkit hendaknya segera dikuras, dan dikeringkan serta lakukakan tindakan sterilisasi.  Apabila hal ini menyerang ikan dalam  kolam, keringkan kolam dan berikan perlakuan dengan kalsium oksida.
 
Icthyophonus 
Icthyophonus disebabkan oleh jamur  Icthyophonus hoferi . Jamur ini tumbuh baik pada air tawar maupun air asin (laut).  Meskipun demikian,  biasanya serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air dingin 2 -  20° C.  Penyebaran Icthyophonus berlangsung melalu kista yang terbawa kotoran ikan atau akibat kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit. 
 Gambar parasit Icthyophonus hoferi dan daging yang terinfeksi
 
Tanda-tanda penyakit
Sebaran penyakit biasanya berlangsung melalui pencernaan, yaitu melalui spora yang termakan.  Oleh karena itu,  ikan yang terserang ringan sampai sedang biasanya tidak menunjukkan gejala penyakit.  Pada kasus serangan berat, kulit ikan tampak berubah kasar seperti amplas.  Hal ini disebabkan terjadinya infeksi dibagian bawah kulit dan jaringan otot.  Ikan dapat pula menunjukkan gejala  pembengkokan tulang.  Bagian dalam ikan akan pada umumnya  tampak membengkak disertai dengan luka-luka  berwarna kelabu-putih. 

Pencegahan dan Perawatan
Tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini, ikan biasanya akan menjadi carrier sepanjang hidupnya. Pencegahan adalah satu-satunya cara untuk menghindari serangan penyakit Icthyophonus.  Pencegahan dapat dilakukan dengan tidak memberikan ikan mentah atau produk ikan mentah pada ikan, kecuali diyakini bahwa pakan ini terbebas dari Icthyophonus hoferi.  Memasak terlebih dahulu pakan tersebuti dapat membantu menghilangkan jamur infektif yang terkandung.  Apabila Icthyophonus ditemukan pada ikan anda, maka disarankan untuk segera memusnahkan ikan tersebut.  Selanjutnya lakukan sterilisasi pada akuarium yang bersangkutan, termasuk filter dan peralatan lainnya.  Apabila hal ini menyerang  ikan dalam kolam, dan kolam memiliki dasar pasir atau lumpur maka akan diperlukan pengeringan kolam selama  berbulan-bulan untuk menghilangkan jamur tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar