Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Rabu, 24 April 2013

A.  Lokasi

Usaha budidaya lele tidak memerlukan persyaratan yang ketat seperti untuk ikan lain. Sebagai indikator kalau lahan itu bisa digunakan untuk pembenihan ikan lain, untuk ikan lele pasti bisa digunakan.

Namun demikian, agar usaha dapat berkesinambungan, hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan:

1.   Lokasi berada pada daerah yang bebas banjir dan bebas pengaruh pencemaran.

2.   Tanah dasar kolam merupakan tanah yang stabil warna kehitaman yang memiliki tekstur 50 – 60% lempung, lebih kecil dari 20% pasir dan sisanya serbuk bahan organik.

3.   Keasaman (pH) tanah lebih dari 5.

4.   Sumber air tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun.



Untuk membangun kolam (wadah budidaya) konstruksi pematang harus kuat dibuat dari tanah, tembok atau dilapis terpal. Luas kolam disesuaikan dengan padat tebar. Kedalaman air antara 0,75 m – 1,5 m. harus diperhatikan bahwa wadah harus dapat dikeringkan. Kualitas air yang diperlukan sebaiknya pada kisaran kualitas pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter dan Kiasaran Optimum Kualitas Air

No.
Parameter
Satuan
Kisaran optimum
1
Suhu
0C
25-30
2
Nilai pH
-
6,5-8,5
3
Oksigen terlarut
mg/l
> 4
4
Kecerahan
cm
25-30
5
Amoniak (NH3)
mg/l
< 0,01

(SNI : 01-6484.3-2000)




B.  Induk

Lele dumbo adalah ikan hibrida (hasil kawin silang). Pembenihan induk untuk jenis ikan hibrida itu harus sangat hati-hati, bila salah mungkin benih yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu bagi pelaku utama pembenihan lele harus rajin berkonsultasi dengan pemerintah untuk mendapatkan induk yang bermutu, dalam hal ini pemerintah telah membuat jejaring pengembangan induk ikan lele (Puslena) (Tabel 2).

Tabel 2. Pusat Pengembangan Induk Ikan Lele (Puslena)

No.
Instansi
Telepon
1
BBPBAT Sukabumi
0266 – 225240
0266 – 225211
0266 – 221762
2
BRPBAT Bogor
0251 – 8313200
Fax. 0251 – 8327890
3
LRPTPBAT Sukamandi
0260 – 520500
0260 – 520663
Fax. 0260 – 520662
4
PBIAT Ngrajek
0293 – 788306
5
BPBAT Cijengkol
0260 - 520084



Proses produksi induk yang berkualitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Proses Produksi Induk Ikan Lele Dumbo

Wadah
Penebaran
Pemberian Pakan
Waktu pemeliharaan
(hari)
Pemanenan
Kepadatan
(ekor/m3)
Ukuran
(g)
Dosis
(% bobot biomas)
Frekuensi
(kali/hari)
Sintasan
(%)
Bobot
(g)
Panjang standar
(cm)
Kolam








Pembesaran 1
10-15
10-15
4-5
2-3
90-100
80
100-150
25-30
Pembesaran 2
3-5
100-150
3-4
2-3
150-175
80-90
500-750
40-45

  SNI 01-6484.1-2000

Penggunaan bahan :

·      Pakan : pellet (dosis dan frekuensi pemberian lihat Tabel 4)

·      Obat-obatan dan bahan kimia : antibiotik (jika diperlukan, oksitetrasiklin dengan dosis 5 mg/l-10 mg/l), kalium permanganat 1 mg/l-3 mg/l, formalin 25 ppm, garam 500 mg/l-1.000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam.

·      Pupuk organik dengan dosis 500 g/m2

·      Kapur tohor dengan dosis 50-100 g/m2





1.   Persyaratan Induk

a.   Kriteria kualitatif

1)  Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.

2)  Warna : bagian atas kepala berwarna hijau kehitaman, bagian punggung atas sampai pangkal ekor berwarna hijau kecoklatan dengan loreng berwarna coklat kehitaman, mulai kepala bagian bawah sampai ke pangkal ekor berwarna putih keruh.

3)  Bentuk tubuh : begian kepala pipih horizontal, bagian badan bulat memanjang dan bagian ekor pipih vertikal.

4)  Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak ditempeli jasad pathogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tutup berlendir.

5)  Gerakan : lamban dan jinak



b.  Kriteria kuantitatif

Kriteria kuantitatif sifat reproduksi seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi

Kriteria
Satuan
Jenis kelamin
Jantan
Betina
1. Umur induk
bulan
8-12
12-15
2. Panjang standar
cm
40-45
38-40
3. Bobot badan pertama matang gonad
g/ekor
500-750
400-500
4. Fekunditas
butir/kg bobot tubuh
-
50.000-100.000
5. Diameter telur
mm
-
1,4-1,5

(SNI : 01-6484.1-2000)



2.   Pemijahan Induk

Pemijahan induk bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad. Ciri-ciri induk yang siap memijah pada Tabel 5.

Tabel 5. Ciri-ciri dan Cara Menentukan Induk Matang Gonad

Betina
Jantan
o  Perut membesar/buncit dan terasa lembek jika diraba.
o  Pergerakan lamban dan jinak.
o  Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak membesar (bengkak)
o  Alat kelamin memerah.
o  Alat kelamin tampak jelas dan meruncing.
o  Tubuh ramping dan gerakannya lincah.
o  Warna tubuh jadi coklat kemerahan.

o  Cara menentukan kematangan gonad dilakukan dengan meraba bagian perut dan pengamatan bagian anus.
o  Matang gonad ditunjukkan dengan bagian perut membesar lunak kalau diraba.
o  Bagian anus menonjol kemerahan

o  Alat kelamin memerah dan meruncing serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor.



Mahyudin (2008) dan SNI : 01-6484.1-2000



C.  Bak Pemijahan

Bak pemijahan sebaiknya dari semen, fiber glass, atau terpal agar mudah dibersihkan. Bak pemijahan biasanya berukuran panjang 2 – 3 m, lebar 1 – 2 m dan tinggi 1 m. setelah bak dikeringkan dan dijemur, diisi air bersih setinggi 40 – 70 cm.

Bak pemijahan dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk yang dijepit dengan bambu. Kakaban disusun secara teratur agar berada antara 5 – 10 cm dibawah permukaan air.



D.  Teknik Pemijahan

Pada dasarnya semua biota dewasa akan berusaha untuk berkembang biak. Jadi kalau manusia menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai untuk terjadinya pemijahan pada ikan lele yang telah matang gonad, proses pemijahan terjadi secara alami. Namun demikian pada ikan yang telah matang gonad tetapi tidak mau memijah, pemijahan bisa dilakukan dengan menyuntikkan hormon perangsang memijah. Secara garis besar proses pemijahan dapat dilihat pada Gambar 1.


Gambar 1. Proses Pemijahan



E.  Pemijahan Alami

Pemijahan alami tidak menggunakan tambahan obat-obatan untuk merangsang pemijahan. Pemijahan alami masih banyak diterapkan oleh para pembudidaya lele saat ini. Mereka beranggapan bahwa hasil yang diperoleh dengan teknik buatan belum tentu lebih baik dari teknik pemijahan alami. Cara pemijahan alami pun diyakini lebih baik daripada menggunakan teknik pemijahan buatan karena tidak terlalu memaksa indukan untuk mengeluarkan telurnya. Jika induk ini telah siap memijah maka setelah induk jantan dan betina disatukan, diharapkan akan terjadi pemijahan.

Berikut langkah-langkah untuk melakukan pemijahan secara alami:

1)  Siapkan kolam pemijahan dengan membersihkannya terlebih dahulu. Setelah itu masukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur. Untuk kolam berukuran 2 m x 2 m x 1 m, dibutuhkan kakaban sebnayak 10-12 buah. Kakaban diletakkan di dasar dan diberikan pemberat berupa batu. Kakaban disusun berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam agar tidak ada telur yang tidak menempel.

2)  Isi kolam dengan air hingga ketinggian sekitar 40 cm.

3)  Lakukan seleksi induk untuk mendapatkan induk yang siap memijah dan memiliki gonad yang berkualitas dan berpotensi menghasilkan banyak telur.

4)  Setelah wadah terisi air, masukkan induk yang telah diseleksi ke dalamnya dengan perbandingan satu ekor jantan dan dua ekor betina. Biasanya, induk dipindahkan ke dalam wadah pemijahan pada sore hari sekitar pukul 15.00 – 17.00. Pemindahan dari kolam indukan ke kolam pemijahan dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan seser atau serokan.

5)  Biarkan induk dalam kolam selama satu malam. Secara umum, lele akan memijah pada malam hari sekitar pukul 22.00 – 02.00. Pada proses pemijahan, betina akan mengeluarkan telur dan dibuahi oleh sang jantan.

6)  Lakukan pengecekan pada pagi harinya. Jika pemijahan berlangsung lancar, pada pukul empat pagi telur-telur akan memenuhi kakaban.

7)  Pindahkan kakaban yang telah ditempeli telur secara hati-hati ke dalam kolam penetasan. Jika induk baru memijah pada pagi hari maka pemindahan kakaban dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 14.00 – 16.00. Setelah itu, tinggal menunggu telur menetas.

8)  Selanjutnya, pindahkan indukan yang telah memijah dari kolam pemijahan ke kolam pemeliharaan induk. Induk betina dapat dipijahkan kembali setelah tiga minggu sampai satu bulan masa istirahat. Sedangkan induk jantan memerlukan waktu 1-2 minggu masa istirahat.



F.  Rangsangan Pemijahan dengan Penyuntikan Hormon

Kebutuhan benih lele yang sangat besar tidak mungkin dapat dicukupi hanya oleh induk-induk yang memijah secara alami. Penyuntikan hormon mutlak diperlukan.

Hormon alamiah bisa disiapkan dari kelenjar hipofisa lele atau dari ikan mas. Hormon buatan/sintesis adalah hormon buatan pabrik. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut misalnya Ovaprim, HCG, dan LHRH. Hormon Ovaprim relatif mudah diperoleh karena sudah dijual umum seperti di toko perikanan di beberapa kota besar. HCG sebenarnya merupakan hormon untuk manusia sehingga hanya dapat diperoleh bila disertai resep dokter, sedangkan LHRH tergolong agak sulit diperoleh.



1.   Penyuntikan hormon alamiah (hipofisa)

Hormon ini diambilkan dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak kecil. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil.

Untuk penyuntikan, diperlukan kelenjar hipofisa yang diambil dari donor, sedangkan penerimanya disebut resipien. Sebagai donor dapat dipilihkan lele, ikan mas (tombro, karper, Cyprinus carpio), atau lele lokal (Clarias batrachus). Hormon yang berasal dari ikan jenis lain tidak cocok. Karena hormon untuk keperluan penyuntikan ini diambil dari hipofisa maka tindakan penyuntikan untuk merangsang pemijahan ini disebut juga hipofisasi.

a)  Dosis hipofisa

Banyaknya kelenjar hipofisa yang perlu disuntikkan kepada induk lele adalah 3 dosis. Artinya ikan yang beratnya 0,5 kg, misalnya, memerlukan kelenjar hipofisa yang berasal dari donor yang berat badannya 1,5 kg. Ikan donor seberat 1,5 kg itu dapat terdiri dari 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau dapat juga dipakai seekor yang beratnya 1,5 kg.

Sebagai donor sebaiknya dipilihkan ikan yang sudah dewasa, jantan maupun betina sama saja. Apabila dipilihkan ikan belum dewasa kadar hormon dalam hipofisanya sedikit.

b)  Pengambilan hipofisa dan pembuatan ekstrak

Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor adalah sebagai berikut :

(1)    Siapkan ikan (lele/mas) yang akan dijadikan donor.

(2)    Pegang bagian kepalanya bila licin, badannya dapat dibungkus dengan lap. Sementara bagian kepala dipegang, bagian badan diletakan diatas talenen. Kepala ikan dipotong dibagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus.

(3)    Setelah terpotong, sisir tulang kepalanya di atas mata hingga tulang tengkoraknya terbuka dan otaknya kelihatan.

(4)    Singkap otaknya menggunakan pinset, tepat dibagian bawah otak akan terlihat kelenjar hipofisa berwarna putih sebesar butiran kacang hijau.

(5)    Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakan ke dalam cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquades hingga darah yang melekat hilang. Cara membersihkannya dengan disemprot aquades menggunakan pipet.

(6)    Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, lalu masukan ke dalam tabung penggerus (dapat menggunakan kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar hipofisa digerus atau dipencet hingga hancur.

(7)    Encerkan kelenjar hipofisa tersebut dengan 1-1,5 ml aquades atau larutan garam fisiologis. Larutan garam fisiologis atau sering pula disebut cairan infus yang dapat diperoleh di apotek (dijual bebas). Dengan demikian, hormon GSH yang terkandung didalam hipofisa akan terlarut dalam cairan.

(8)    Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap didasar. Cairan dibagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk disuntikan pada ikan.



c)  Penyuntikan ekstrak hipofisa

Induk sebagai resipien yang telah dipersiapkan sebelumnya, diambil dari dalam hapa. Induk tersebut dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya tidak licin. Hormon didalam spuit disuntikan didekat sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular). Setelah disuntik, induk betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan. Biarkan lele dalam keadaan tenang.



2.  Penyuntikan hormon buatan

Hormon sintesis (buatan) kini dapat dibeli di toko-toko obat perikanan, yaitu hormon yang disebut Ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk lele yang beratnya 1 kg. induk lele seberat 0,5 kg berarti memerlukan hormon ovaprim 0,15-0,25 ml.

Penyuntikan menggunakan hormon Ovaprim sangat praktis sebab sudah berupa larutan sehingga tinggal disuntikan saja, hormon sisa di dalam ampul dapat disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung (suhu kamar), dalam ruang ini, Ovaprim tahan hingga 3-4 bulan.

Urutan pemijahan lele dengan hormon buatan adalah sebagai berikut :

a)  Siapkan kolam pemijahan

(1)    Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan.

(2)    Cuci dan jemur kakaban dengan jumlah cukup menutupi 75% dasar kolam.

(3)    Pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakan kakaban itu 5-10 cm diatas dasar kolam. Gunakan bata merah yang sudah dicuci bersih sebagai pengganjalnya. Diatasnya juga ditindih dengan bata agar kakaban tidak mudah bergeser.

(4)    Menjelang dilakukan penyuntikan, kolam tersebut diisi dengan air sampai kakaban terendam air 5 cm-10 cm.



b)  Seleksi induk lele betina dan jantan yang siap memijah

(1)    Pada pagi hari, tangkap induk lele betina dan jantan.

(2)    Pilih induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi kalau diurut tidak dapat keluar telurnya.

(3)    Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat dari alat kelaminnya (perut tetap langsing) kalau diurut juga tidak dapat mengeluarkan sperma. Oleh karena itu, lele disuntik dengan hormon.

(4)    Pisahkan induk jantan dan betina didalam wadah atau hapa tersendiri sambil menunggu saat disuntik.


c)  Siapkan alat dan hormon Ovaprim untuk disuntikan

Gunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat yang baru.


d)  Timbang induk betina dan tentukan dosis ovaprim

(1)    Induk yang beratnya 1 kg, dosis hormon ovaprim 0,3-0,5 cc. bila beratnya 0,5 kg maka dosis yang diperlukan setengahnya, yakni 0,15-0,25 cc ( sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut).

(2)    Sedot dengan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml. setelah itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aquades atau larutan garam fisiologis 0.7% sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.



e)  Cara penyuntikan

(1)    Seorang membantu memegang ikan lele yang hendak disuntik ( ikan betina lebih dulu) dengan satu tangan lagi memegang pangkal ekor ikan. Letakan ikan tersebut sambil terus dipegang diatas meja yang sudah disiapkan dan diberi alas handuk/lap bersih.

(2)    Seorang lainnya menyuntikan hormon yang sudah disiapkan kedalam daging lele dibagian punggung. Sebanyak setengah dosis disebelah kiri sirip punggung dan stengah dosis lagi disebelah kanan.

(3)    Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum dicabut, lalu bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar.

(4)    Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.


f)   Siapkan kolam penetasan telur

(1)    Kolam penetasan telur dapat berupa kolam tanah yang luasnya 25-100 m2. Beberapa hari sebelumnya, kolam mini sudah dikeringkan/dijemur dan dibersihkan dari segala hama. Setelah itu, kolam diairi sedalam 10-20 cm tiga hari sebelum digunakan.

(2)    Kolam penetasan telur dapat juga berupa kolam berlapis plastik, ukuran lebar 2-3 m dan panjang 8-10 m. Selama dua hari sebelum digunakan, kolam telah dibersihkan, lalu diisi air dari sumur pompa yang bebas hama. Penggunaan air langsung dari sungai kurang baik untuk penetesan telur, karena mengeluarkan jamur atau bakteri yang menyerang telur.



Pengalaman dari pembudidaya, air untuk pembenihan disediakan dari sumur bor yang disimpan didalam tandon besar (3-5 m3). Air di tandon tersebut ditebari garam kasar ( tanpa iodium ) sebanyak 100 gr setiap 1 m3 air, lalu diaduk dan diendapkan. Ternyata dengan perlakuan tersebut, penetesan dan pemeliharaan benih lancar serta tak pernah menderita kematian karena jamur dan bakteri.



G. Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon

Setelah hormon disuntikan, induk lele siap dipijahkan. Pemijahan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan pengurutan (striping)


1.   Pemijahan secara alami

Setelah disuntik hormon induk-induk betina dilepaskan kedalam kolam pemijahan yang telah disiapkan. Selang satu jam setelah penyuntikan induk betina, induk jantan barulah disuntik dengan hormon yang telah disiapkan (cara penyiapan sama seperti untuk penyuntikan induk betina ). Selang waktu itu diberikan karena reaksi terhadap hormon pada induk jantan lebih cepat dari pada induk betina. Dengan demikian, induk betina dan induk jantan akan memijah bersamaan.

Kolam pemijahan untuk sepasang induk sebaiknya berukuran minimum 6 m2 atau 2x3 m. Kolam dapat berupa kolam tanah atau kolam semen dengan kedalaman air kurang dari 75 cm. bila kolam pemijahan terlalu sempit, induk betina dapat menderita luka-luka karena perilaku pejantan yang terlalu kuat atau ganas.

Setelah mendapatkan suntikan hormon, induk jantan dimasukan kedalam kolam pemijahan bercampur dengan induk betina yang telah disuntik lebih dahulu. Menurut pengalaman, induk lele biasanya disuntik pada pukul 15.00. Pada malam hari sekitar pukul 19.00, induk lele sudah mulai berkejaran tanda hendak memijah (kawin). Sekitar pukul 24.00, bila dilihat dengan lampu senter, induk sudah tenang kembali pertanda pemijahan sudah selesai. Saat itu telur- telur ikan terlihat banyak sekali melekat pada kakaban.

Keesokan harinya, antara pukul 08.00 – 09.00, tampak telur-telur melekat pada kakaban. Telur yang dibuahi berbentuk bulat dan jernih berwarna abu-abu sedikit kekuningan. Bila telur tidak terbuahi, akan berwarna putih dan akan ditumbuhi jamur atau dimakan bakteri. Telur yang mati tersebut sedapat mungkin segera dibuang agar tidak menular telur yang dibuahi.

Kakaban yang telah diletaki telur dipindahkan kedalam kolam/bak penetasan yang telah dibersihkan dan diisi air sedalam 20 – 30 cm. kolam pemijahan diberi atap dari plastik yang tembus cahaya agar tidak terkena hujan maupun panas matahari langsung. Kolam penetesan juga berlanjut menjadi kolam pendederan sampai burayak berumur 12 – 15 hari.

Setelah 30 – 40 jam, telur lele akan menetas. Setelah telur menetas, kakaban dikeluarkan dari dalam kolam penetasan untuk dicuci, lalu dijemur agar dapat digunakan lagi. Anak lele yang baru menetas (burayak) masih membawa kantung kuning telur dan gerak renangnya masih lambat. Kadang kala katak juga bertelur didalam kolam penetasan tersebut sehingga telur-telur katak harus dibuang secepat mungkin sebelum menetas agar berudunya tidak menggangu burayak lele. Supaya katak yang dapat memangsa burayak lele tersebut tidak dapat masuk kedalam kolam penetasan maka kolam/bak harus diberi penutup dari kawat anyaman kandang ayam.

Pada hari ke-2 setelah menetas burayak lele mulai makan sehingga harus diberi pakan berupa kutu air yang kecil (Rotifera dan daphnia). Hari ke-4 mulai diberi cacing sutera. Sebagai tambahan, dapat juga diberi tepung ikan yang disaring lembut. Pemberiannya sedikit saja dengan cara dipercikan dibeberapa tempat. Pemberian tepung ikan jangan berlebihan Karena sisa yang tidak termakan dapat membusuk.

Burayak-burayak hasil penetasan telur dipelihara lebih lanjut, tetap didalam kolam penetasan, hingga berumur 12-15 hari. Sampai umur 2 minggu, air tidak perlu diganti, cukup ditambah sedikit saja bila ada penguapan. Pada umur itu, burayak sudah siap untuk dijual atau dipelihara didalam kolam pembenihan yang lebih besar.


2.    Pembuahan Telur melalui Pengurutan (Stripping)

Alternatif lain pembuahan (fertilisasi) buatan yaitu dengan melakukan pengurutan (stripping). Setelah hormon disuntikan dan induk siap memijah, disaat yang tepat dilakukan pengurutan telur dan sperma untuk dicampurkan dalam suatu wadah agar terjadi pembuahan secara buatan didalam baskom.

Cara pengurutan ini lebih canggih dan hasil benihnya lebih banyak karena segalanya lebih terkontrol. Namun, proses ini memerlukan teknisi pelaksana yang mempunyai keterampilan lebih baik.

Beberapa keuntungan cara pengurutan ini antara lain seperti berikut.

(a)    Jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara persis (lebih ilmiah)

(b)    Jumlah telur yang dibuahi oleh sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak.

(c) Dapat dilakukan pengaturan waktu, misalnya waktu pengurutan, waktu mendapatkan burayak, dan pengaturan waktu lainnya.



Telur dalam wadah yang dibuahi lalu diteteskan didalam hapa dengan diairi air bersih terus menerus sampai 2 minggu lamanya dengan diberi pakan zooplankton dan serbuk pakan yang mencukupi.


a)  Cara pengeluaran telur

Setelah disuntik dengan hormon Ovaprim atau hormon dari hipofisa, induk jantan maupun induk betina dipisahkan, masing-masing diletakan di dalam hapa yang telah dipasng dikolam yang airnya jernih dan tenang. Sekitar 10 jam setelah disuntik, diperkirakan telur sudah dapat diurut. Namun, sebelumnya induk lele tersebut perlu diperiksa dahulu (sudah siap diurut atau belum). Cara memeriksanya antara lain:

1)  Induk lele ditangkap menggunakan serok. Badannya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah, lalu perutnya diurut sedikit kearah dubur.

2)  Apabila beberapa butir telur dapat keluar maka induk betina itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dada kearah dubur. Telur yang keluar ditampung dalam sebuah baskom yang bersih dan kering.

3) Apabila telur belum dapat keluar saat diurut maka induk lele tersebut dikembalikan kedalam hapa penampungan lagi. Selanjutnya, perlu diperiksa lagi setiap 10-15 menit, barang kali telur sudah siap dikeluarkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah sebagai berikut:

1)  Kain yang digunakan untuk menutup kepala ikan pada waktu diurut harus halus dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya lele tidak meronta waktu diurut.

2)  Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan bersih karena kotoran dapat mempengaruhi proses pembuahan.


b)  Cara mengeluarkan sperma

Sperma lele dumbo tidak dapat dikeluarkan dengan cara pengurutan, melainkan harus dibedah, jadi induk jantan harus dimatikan. Berikut ini adalah cara mengeluarkan sperma:

1)  Induk jantan dibedah perutnya lalu seluruh kantong sperma diambil.

2)  Kantung sperma dipotong dengan gunting yang bersih, kemudian dicampur dengan 100-200 ml larutan garam fisiologis ( larutan NaCL 7%). Kantung sperma tersebut dijepit dengan pinset (atau dengan jari tangan yang bersih), lalu diremas-remas agar sel-sel sperma keluar kedalam larutan NaCl tersebut. Tidak ada ketentuan khusus tentang banyaknya larutan garam fisiologis yang digunakan untuk mencampur sperma. Namun, umumnya setengah gelas (100 ml) cukup untuk kantung sperma dari seekor lele jantan. Hal yang perlu diketahui bahwa manfaat larutan garam 7% adalah 1) untuk mengencerkan sperma agar telur yang akan terbuahi semakin banyak dan 2) untuk memperpanjang umur sperma setelah keluar dari kantung sperma. Jika didalam air tanpa garam NaCl, sperma lele hanya tahan hidup sekitar 3 menit, sedangkan didalam larutan garam tersebut, dapat hidup sampai 60 menit.


c)  Cara melakukan pembuahan

Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan buatan. Caranya adalah sebagai berikut :

1)  Telur ditampung dalam baskom. Sperma didalam cawan tadi dituangkan kedalam telur lalu diaduk menggunakan bulu ayam yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan sebelumnya.

2)  Campurkan telur dan sperma tersebut lalu diaduk selama 2-3 detik, lalu dituangi air bersih (air sumur atau air dari mata air) sebanyak 1-2 liter, penuangan air dilakukan secara perlahan-lahan sambil terus diaduk selama 2 menit. Menurut pengalaman, saat ini semua telur telah terbuahi oleh sperma.

3)  Telur dicuci atau dibilas dengan air bersih lebih banyak lagi agar sperma yang tersisa dapat terbuang karena sperma adalah protein yang mudah membusuk yang dapat berakibat buruk bagi telur.

4)  Selanjutnya, telur yang telah terbuahi itu ditebarkan dalam suatu tempat penetasan yang berbentuk nampan dari kain kelambu atau dari kain jaring yang diapungkan didalam bak berisi air bersih dengan aliran air jernih perlahan-lahan.

5)  Telur akan menetas dalam waktu 36-40 jam pada suhu air 26-28oC. telur yang tidak terbuahi akan mati dan warnanya berubah menjadi putih dan akhirnya ditumbuhi jamur. Oleh karena itu, telur yang telah berwarna putih harus segera dibuang.


H.  Pendederan

1.   Pendederan pertama (P I)

Pemeliharaan benih dari tingkat larva sampai ke tingkat benih ukuran 1 cm – 3 cm.

2.   Pendederan kedua (P II)

Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 1 cm – 3 cm sampai ke tingkat benih ukuran 3 cm – 5 cm.

3.   Pendederan ketiga (P III)

Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 3 cm – 5 cm sampai ke tingkat benih ukuran 5 cm – 8 cm.

4.   Pendederan keempat (P IV)

Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 5 cm-8 cm sampai ke tingkat benih ukuran 8 cm-12 cm.


Sumber: Mulyanto, Effi A. Thaib. 2011. Budidaya Ikan Lele. Pusat Penyuluhan KP, Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar