Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Jumat, 25 Agustus 2017

DISKUS DAN INANG ASUH




Ingat cakra, senjata pamungkas Sri Krisna, penasihat Pandawa? Cakra berbentuk lingkaran seperti cakram. Senjata itu baru digunakan kalau musuh yang dihadapi sudah tidak bisa diatasi lagi dan keganasannya telah mengancam kelestarian hidup seluruh isi bumi.
Penggemar ikas hias air tawar juga mengenal sejenis ikan akuarium air tawar yang mempesona. Bentuk tubuhnya bulat pipih mirip cakram. Mereka menyebutnya diskus, dan menjulukinya King of Aquarium. Ia satusatunya ikan hias air tawar yang bentuknya bulat pipih dengan warna-warni yang menarik.

Penggemarnya tak terbatas kelompok masyarakat tertentu saja, seperti koi misalnya yang khas Jepang, atau maskoki yang khas Cina. Penggemar diskus terdapat di seluruh dunia, baik di kawasan Asia, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia diskus baru dikenal sejak 1950-an, tetapi mulai tahun 1990-an marak di masyarakat.
Diskus bukan ikan asli Indonesia, karena habitat aslinya di sepanjang aliran Sungai Amazone, Amerika Selatan. Penyebarannya terdapat di Brasil, Peru, dan Columbia. Di negera tersebut diskus dikonsumsi sebagai pangan oleh suku pedalaman, seperti layaknya ikan-ikan sungai lainnya.
Penggemar akuarium mengenal 4 jenis diskus berdasarkan spesies dan subspesiesnya. Yaitu heckel (Symphysodon discus) yang dominan biru metalik, brown (Symphysodon aequifasciata axel) yang cokelat atau kemerahan, green (Symphysodon aequifasqiata aequifasciata) yang hijau, dan blue (Symphysodon aequifasciata haraldi).
1. Diskus Heckel
Diskus Heckel disebut juga Red Discus, Heckel’s Discus, atau Poumpuador Fish. Ikan ini pertama kali ditemukan di Rio Negro, Brasil. Bentuk mirip cakram atau setengah piringan hitam. Warna dasar badan menyerupai susunan garis-garis mendatar berwarna biru dan merah berselang-seling. Keseluruhan badan terpotong-potong garis tegak berwarna hitam. Dari 9garis yang ada, 3 di antaranya tampak jelas. Mata merah tua. Panjang total ikan dewasa 15 cm.

2. Diskus Brown
Diskus ini memiliki warna dasar tubuh cokelat tua sampai gelap dengan garis vertikal memanjang di seluruh tubuh dan kepala. Garis biru memanjang dari dahi ke punggung hingga mencapai sirip ekor dengan diakhiri merah. Panjang total ikan dewasa 13 cm. Asalnya dari Belem, muara sungai Amazone.
3. Diskus Green
Diskus ini dibedakan atas dua tipe, yaitu Teffe Green dan Peruvian Green. Teffe Green berasal dari danau Teffe dekat sungai Amazone, Brasil. Warnanya cokelat tua (merah) hingga kuning emas. Sekujur tubuh dihiasi garis-garis hijau memanjang, pinggir sirip merah. Peruvian Green berasal dari Peru. Warna dasar tubuh juga cokelat tua hingga kuning emas, tapi kurang cerah. Sekujur tubuh dihiasi bintik-bintik merah. Pinggir sirip merah. Panjang total ikan dewasa bisa mencapai 30 cm. Diskus ini paling kuat di antara diskus liar.
4. Diskus Blue
Sekujur tubuh diskus ini ditutupi garis-garis pendek berwarna biru. Sirip dubur dan punggung bertepi merah. Panjang ikan maksimal mencapai 20cm, tetapi ikan berukuran 10cm sudah mulai matang kelamin. Asalnya dari Manuas, Brasil. Dari keempat diskus itu lewat mutasi dan persilangan, dihasilkan berbagai ragam strain atau varietas diskus yang memiliki komposisi warna sangat indah. Klub Discus Indonesia (KDI) dalam Kontes diskus Nasional I di Mal Puri Indah 11 September 1999 di Jakarta Barat membedakan diskus budidaya atas lima kelas berdasarkan strain. Masing-masing adalah Green Blue Form (misal : strain Blue Diamond, Ocean Green, dan Solid Blue), Stripped Form (misal : Cobalt, Red Turquoise, dan Snake Skin), Spotted Form (misal : Red Spotted Green, Leopard Skin, dan Red Spotted Snake Skin), serta Hybrids (misal : Red Marlboro, Pigeon Blood, dan Pigeon Skin).

Ruang tertutup
Budidaya diskus menurut Mohamad Zen, peternak diskus dari Ikorina Discus Breeder, yang terbaik dilakukan dalam ruangan. Kondisi di dalam ruangan atau tempat tertutup dapat diatur sesuai keperluan. “Soalnya diskus sangat rentan terhadap perubahan lingkungan,” tuturnya memberi alasan.
Mantan karyawan ekspedisi PT Laksana Raya Abadi itu mengelola peternakan diskusnya di ruangan berukuran 2,5m x 4m x 3,5m. Di dalam ruangan itu terdapat dua rak besi bertingkat tiga yang diatur sejajar. Tinggi rak sekitar 2 m. Seluruhnya berisi 30 akuarium berukuran 100cm x 50cm x 40cm. Di lantai terdapat beberapa akuarium kotak berukuran 20cm x 20cm x 35cm untuk penetasan telur, dan beberapa baskom plastik juga untuk penetasan telur.

Rak besi bertingkat, praktis untuk budidaya diskus di ruangan

Masing-masing akuarium digunakan untuk pemijahan, pemeliharaan calon induk, pemeliharaan burayak bersama induknya, dan pembesaran anak lepas sapih. Untuk pembesaran anak umur 2 bulan, akuarium sebesar itu dapat memuat 60 ekor anak diskus. Untuk pemeliharaan remaja calon induk, akuarium diisi 14 ekor diskus.
Penghembus udara
Masing-masing akuarium dilengkapi aerator. Fungsinya untuk menghembuskan udara di dalam air akuarium. Udara dihembus melalui pipa plastik yang ujungnya terdapat air stone (batu udara). Hembusan udara itu menimbulkan sirkulasi air di dalam akuarium.
Pada proses aerasi terjadi sirkulasi air di dalam akuarium. Sirkulasi ini menyebabkan karbon dioksida (CO2) yang larut atau mengendap di dasar air terangkat ke permukaan selanjutnya lepas ke udara. Tanpa sirkulasi air, karbon dioksida berkumpul di bagian bawah akuarium. Karbon dioksida merupakan gas yang berat. Gas itu kalau mengendap dalam kadar yang banyak merupakan racun bagi ikan. Diskus yang tergolong ikan dasar bisa menjadi korban. Adanya sirkulasi air selain mengurangi kadar CO2 di dalam air, juga akan menambah kadar oksigen (O2). Kadar oksigen yang melimpah dalam air sangat bermanfaat bagi kesehatan dan pernafasan ikan. Kandungan oksigen 2 ppm di dalam air cukup mendukung kehidupan ikan, asalkan kandungan karbon dioksida di bawah 12 ppm. Kalau kandungan karbondiosida bebas dalam air mencapai 25 ppm, kadar oksigen tak bolah kurang dari 5 ppm.
Sarana akuarium
Semua akuarium membutuhkan sarana untuk menambah kesempurnaan dan kesehatan akuariun. Sarana dan perlengkapan yang diperlukan adalah lampu, heater, scrafer, jaring, dan siphon.
1. Lampu
Akuarium di dalam ruangan membutuhkan penerangan lampu. Jumlah lampu yang diperlukan tergantung beberapa faktor antara lain gelap terangnya ruangan, volume air dalam akuarium, dan kedalaman air akuarium. Lampu yang digunakan bisa menggunakan lampu neon daylights atau lampu flourescent. Fungsi lampu menggantikansinar matahari.

Filter, agar kualitas air prima

Adanya Lampu diperlukan untuk penerang
ketika diskus dirawat

Di ruang breeding, Zen menggunakan lampu 10 watt sebagai penerang seluruh ruangan ber-ukuran 2,5m x 4m pada malam hari. Lampu dinyalakan ketika malam sampai pagi hari. Siang hari lampu dimatikan. “Diskus menyukai suasana remangremang ketika berpijah,” kata Zen. Soalnya diskus termasuk ikan dasar.
Tiap dua akuar ium dipasang neon bertabung panjang 10 wat t . Neon dipasang di bagian luar sisi atas akuarium. Fungsinya sebagai penerang ketika diperlukan, terutama saat memberi pakan, membersihkan kotoran, memeriksa dan merawat kesehatan ikan, mengecek dan menjaga kebersihan air.
2. Heater
Heater merupakan alat pemanas yang dapat mengatur temperatur air agar tetap pada derajat suhu yang dikehendaki. Dengan adanya thermostatic controle pada alat tersebut suhu air akuarium dapat diketahui dengan pasti. Alat ini digunakan oleh peternak dan hobiis diskus yang meletakkan akuariumnya di luar ruangan seperti di emperan rumah atau di ruangan yang luas dan agak terbuka. Di tempat ini kondisi cuaca atau suhu lingkungan sering kali berfluktuasi drastis. Suhu siang dan malam hari sering berbeda jauh.
Di ruangan yang suhu sehari-hari relatif stabil, alat ini juga diperlukan, terutama ketika musim pancaroba. Pada saat cuaca buruk, terjadi banyak angin dan hujan, suhu udara turun naik tak menentu. Pemanas di dalam akuarium dapat membantu suhu air akuarium stabil sesuai kebutuhan hidup ikan.
3. Jaring, scraper, dan siphon
Ada dua macam jaring yang digunakan peternak dan pemelihara diskus. Jaring yang kainnya berlubang-lubang besar dan yang lembut. Yang berlubang-lubang besar digunakan untuk menangkap ikan; lembut, untuk mengambil kotoran–kotoran yang terapung di permukaan air. Jaring lembut juga dipakai untuk menyaring dan mencuci pakan hidup seperti cacing sutera, cacing merah atau cuk sebelum diberikan untuk ikan.
Scraper adalah alat sapu untuk membersihkan kaca akuarium dari lumut yang melekat. Bahannya busa yang diberi tangkai dari kayu. Siphon berupa alat penyedot yang digerakkan oleh baterai atau listrik. Gunanya untuk menyedot tinja ikan dan sisa makanan yang terletak di dasar akuarium. Kotoran itu kalau tak diambil secepatnya akan membusuk.
Masing-masing alat tersedia satu untuk setiap akuarium. Jangan sampai alat dalam akuarium satu terpakai untuk akuarium lain. Ketika membersihkan kotoran, jangan sampai tangan masuk ke dalam air, karena dikhawatirkan bisa menularkan penyakit. Ini untuk mencegah penyakit dari akuarium satu berpindah keakuarium lain.
Dasar akuarium harus bersih agar kotoran dan sisa pakan tidak busuk

Mutu air sangat vital
Volume dan mutu air sangat vital dalam budidaya diskus. “Kita harus sesuaikan dengan kebutuhan dan persyaratan hidupnya,” kata Mohamad Zen. Untuk itu lokasi dengan sumber air yang sesuai untuk kehidupan ikan sangat diutamakan. Air bisa berasal dari sumur atau PAM. Namun, kedua macam air itu memerlukan perlakuan terlebih dulu sebelum digunakan untuk memelihara ikan. Perlakuan paling penting setelah ditampung dalam bak, air harus diendapkan dan diberi aerator selama 48 jam. Air sumur diperoleh dari tanah. Air semacam ini biasanya banyak mangandung karbon dioksida dan mineral, sehingga tak bagus untuk kehidupan ikan kalau langsung digunakan. Air ledeng mengandung senyawa khlor yang beracun bagi ikan.
Perlakuan pengendapan dan aerasi berfungsi memisahkan mineral, memecah dan mengeluarkan karbon dioksida, serta menguapkan kandungan khlor. Selain itu juga berfungsi mematikan jasad renik seperti protozoa penyebab penyakit white spot. Dua hari tak mendapatkan ikan sebagai inang, protozoa mati kelaparan.
Diskus termasuk ikan yang sensitif terhadap perubahan kualitas air. Suhu yang layak untuk hidup diskus berkisar antara 280C – 300C, terutama untuk burayak sampai ikan berumur 8 bulan. Perubahan suhu bisa terjadi akibat perubahan cuaca, musim, atau saat pergantian air. Perubahan suhu secara mendadak bisa menimbulkan stres
sehingga ikan kehilangan nafsu makan.
Mutu air juga ditentukan oleh kandungan amonia (NH3), nitrat (NO2), dan asam sulfat/asam belerang (H2S) yang terkandung di dalamnya. Toleransi ikan terhadap amonia 0,1 ppm, nitrat 0,5 ppm, dan asam sulfat 0,1 ppm. Lebih tinggi dari itu, bisa meracuni ikan. Zat beracun itu timbul karena pengendapan sisa pakan dan kotoran yang tidak dibersihkan.
Kandungan asam sulfiat erat kaitannya dengan fluktuasi pH air. Kalau pH air turun sehingga menjadi asam berarti kandungan asam sulfida meningkat. Kalau pH air tinggi sehingga menjadi basa berarti kandungan asam sulfida menurun. Kemasaman atau pH air tak begitu penting bagi burayak dan pembesaran diskus. Semakin tinggi pH semakin baik untuk pembesaran. Air ber-pH 7,0 atau lebih, bahkan ber-pH 8,0 – 8,5 pun tak jadi masalah untuk pembesaran diskus, warnanya kurang cerah.
Untuk diskus kemasaman air perlu diatur agar sesuai untuk masingmasing strain. Kemasaman air ber-pH antara 6,0 – 6,5 sesuai untuk diskus strain crossing. Untuk strain alami (wild) diperlukan pH 5,0 – 5,5. Untuk penetasan telur ber-pH 5,0. Kalau airnya normal ber-pH 7,0, induk diskus kehilangan naluri mengasuh anak. Kalau kesadahan air ber-pH 7,7 – 8,0, diskus malas bertelur
Pakan alami dan buatan
“Kesalahan utama yang sering diperbuat pemula sering memberi pakan ikannya terlalu banyak,” kata Mohamad Zen. Ini karena ikannya sangat aktif berebut makanan dan terlihat menyenangkan. Perlakuan itu salah dan bisa berakibat fatal. Ikan yang makan terlalu banyak sering mati. Pakan mengeras tidak tercerna, sehingga menyumbat saluran pencernaan.
Jumlah pakan yang dapat dihabiskan ikan dalam waktu 10 menit adalah jumlah terbaik. Sisa pakan yang mengendap maupun terapung segera dibersihkan. Pakan yang dibiarkan tertinggal bisa busuk, dan akhirnya menurunkan mutu lingkungan air. Perubahan itu merugikan kesehatan ikan. Zen menggunakan pakan alami untuk merawat diskusnya. Untuk diskus lepas sapih dapat menggunakan nauplii (tetasan kista) artemia atau daphnia (kutu air) telah disaring. Diskus umur sebulan sampai ikan muda berukuran 3 in sangat menyukai cacing sutera (tubifex worm) atau cacing merah (blood worm). Selanjutnya sampai dewasa dan aktif bertelur diberi cuk alias jentik-jentik nyamuk (mosquito larvae).
Kuning telur di perut cadangan pangan

Volume dan mutu air sangat vital

Kelemahan pakan alami, sisanya akan membusuk dalam waktu beberapa jam. Sebaiknya pakan alami diberikan sedikit demi sedikit sehingga langsung dimakan. Pakan habis pada saat itu juga. Yang paling efisien adalah pakan buatan. Keuntungannya, penggunaan pakan sangat hemat, tidak perlu mencari atau membeli setiap hari, tidak membawa bibit penyakit. Kondisi pakan bersih, kering, sehat. Nutrisi protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral, lengkap dengan perbandingan yang tepat .
Pakan buatan yang banyak dipakai penggemar diskus di Indonesia adalah Tetra Bit, produksi Jerman. Pakan lain juga tersedia di pasar seperti Tetramin, Suntamin, Trofimin, Biorell, Vitakraft. Ukuran pakan bisa dipilih sesuai umur dan besarnya mulut ikan.
Calon induk
Calon induk sebaiknya dipelihara mulai dari kecil. Selain pembelian bibit lebih murah, selama pembesaran calon peternak bisa lebih akrab dengan ikannya. Selama perawatan dan pemberian pakan, akan saling kenal. Karena sudah kenal, diskus tak lagi takut didekati mendapat perlakuan perawatan.
Untuk mendapatkan pasangan yang baik, dapat dimulai dengan memelihara diskus muda berukuran 5cm—8 cm dalam satu akuarium pembesaran. Akuarium berukuran 100cm x 50cm x 40cm dapat diisi 24 — 28 ekor. Setelah ikan berukuran 10cm–15cm dapat diisi 12 – 14 ekor. Calon induk diberi pakan jentik-jentik nyamuk dan cacing merah setiap pagi dan sore agar cepat besar.
Beberapa bulan kemudian ikan sudah tumbuh besar. Jenis kelamin diskus sulit dibedakan. Biasanya yang jantan lebih cemerlang warnanya dibandingkan betina. Perilakunya lebih gesit.
Dalam satu kelompok diskus dewasa, masing-masing akan memilih pasangan sendiri yang paling cocok, kalau sudah matang kelamin dan siap pijah. Mereka yang berpasangan akan memisahkan diri dari kelompok satu akuarium. Calon induk yang bagus memiliki badan berbentuk bulat sempurna seperti cakram, besar, agak tebal, berwarna mencolok atau cemerlang. Pasangan yang serasi terdiri dari induk betina berusia 1 tahun, dan induk jantan berusia 1,5 tahun.
Pemijahan di akuarium
Pasangan yang sudah akur dipelihara di akuarium pemijahan berukuran 100cm x 50cm x 35cm. Akuarium berisi air setinggi 35 cm. Kalau tinggi air di bawah 30 cm, diskus malas berpijah. Induk yang matang kelamin akan segera berpijah. Pemijahan sebaiknya berlangsung di akuarium sehingga mudah dikontrol. Tempat penempelan
Diskus yang sudah berpasangan siap untuk dipijahkan

telur diletakkan di tengah akuarium berupa botol atau pot bunga dari tanah liat. Tinggi maksimal 30 cm. Benda itu sekadar tempat penempelan telur.  Diskus yang sudah berpasangan terlihat rukun. Mereka terlihat aktif berenang berduaan. Ketika berpijah, diskus betina mengeluarkan telur dan menempelkannya pada permukaan luar botol. Setelah itu pada saat bersamaan si jantan menyemburkan cairan putih untuk membuahi. Selanjutnya mereka akan menjaga telurnya sampai menetas. Keduanya rajin mengipasi telur dengan sirip-siripnya agar cukup mendapat oksigen. Telur menetas 3 hari kemudian. Burayak hasil tetasan belum bisa berenang, masih berdiam di dinding botol.
Perawatan burayak dengan induk sendiri
Burayak yang menempel pada dinding botol belum bisa ke mana-mana. Mereka hidup dengan makanan cadangan kuning telur yang terdapat dalam kantung perutnya. Umur 3—4 hari setelah menetas, burayak mulai belajar berenang. Pada saat ini makanan cadangan di perut sudah tipis atau telah habis. Burayak yang berenang akan menempel pada kulit tubuh induknya. Pada saat ini
Botol tanah liat, substrat untuk penempelan telur

sekujur tubuh induk digayuti anak-anaknya sambil mengisap lendir yang keluar dari tubuhnya. Lendir inilah yang menjadi makanan anak-anak diskus sebelum bisa memangsa makanan lain. Burayak yang mengisap lendir ibarat bayi yang menyusu pada induknya. Kalau saat ini dipaksa berpisah dari induknya, malah banyak burayak yang mati. Masa menyusu berlangsung selama 15 – 20 hari.
Seminggu setelah menyusu burayak mulai dapat dilatih memakan pakan jasad renik hidup. Pakan hidup dipilih yang cocok dengan ukuran mulutnya yang masih kecil. Misalnya nauplii artemia atau dapnia yang telah disaring. Saat ini burayak sudah mampu berenang dan mencari makanan sendiri dengan bebas, tetapi hidupnya belum bisa berpisah dengan induknya.
Semakin besar diskus, pakan hidup yang diperlukan semakin besar pula. Ketika berumur satu bulan, burayak disapih dari induknya. Selanjutnya burayak dideder atau dibesarkan di akuarium lain. Pakan paling disukai cacing sutera atau cacing darah (blood worm).
.
Perawatan burayak dengan inang asuh
Paling cepat induk akan bertelur sebulan sekali. Kalau induk dikhususkan bertelur seperti itik, sebulan dapat bertelur 5—6 kali. Telur diambil, ditetaskan di akuarium khusus untuk penetasan. Selanjutnya anak dibesarkan dengan inang asuh yang bertugas “menyusui”.
Sistem budidaya dengan inang asuh ini sangat efektif untuk memproduksi benih diskus dari strain-strain yang harganya mahal. Inang asuhnya menggunakan indukan dari strain diskus yang relatif murah harganya seperti Cobalt dan Heckel. Sistem produksi benih diskus dengan inang asuh ini telah sukses dilakukan Mohamad Zen.

Anak diskus perlu “menyusu”. Penyusuannya bisa diserahkan ke inang asuh
Keuntungan sistem inang asuh, pasangan yang dipijahkan tidak harus pasangan tetap. Pasangan yang dipijahkan dapat diganti setelah pemijahan. Jadi memudahkan persilangan dengan strain-strain yang dikehendaki. Penjodohannya, langsung dengan menaruh dua pasangan yang diinginkan dalam satu akuarium pemijahan begitu saja. Kalau ternyata kurang cocok, salah satu pasangan dapat diganti dengan strain atau individu lain.
Proses pemijahan sama seperti di atas. Betina mengeluarkan telur, ditempelkan pada permukaan dinding luar botol. Selanjutnya disemprot sperma oleh pasangan jantannya. Jumlah telur tergantung dari kesuburan induk masing-masing individu. Kalau kualitas induk bagus, sekali bertelur bisa menghasilkan 100 – 200 butir. Kadang-kadang bisa mencapai 300—400 butir. Namun, juga ada yang hanya menghasilkan 50—75 butir sekali berpijah.
Induk yang bagus mampu bertelur sampai umur 3—4 tahun, tetapi paling produktif pada umur 1—2 tahun. “Kita pakai hanya satu tahun,” kata Zen. Setelah itu induk diapkir, dijual sebagai indukan yang masih produktif. Pengganti tak masalah, karena jauh sebelumnya sudah dipersiapkan calon pengganti.
Setelah berpijah, botol yang ditempeli telur diambil. Botol dipindah di akuarium penetasan berukuran 20cm x 20cm x 35cm. Isi akuarium dilengkapi aerasi. Tinggi air diatur agar seluruh botol yang ditaruh tertutup air. Isi air sekitar 10 liter. Di akuarium penetasan ini keberhasilan tetas rata-rata mencapai 50%—95%. Soalnya, kadang-kadang ada telur yang kosong embrio.
Dengan sistem baru ini, Zen sangat rajin mencatat produktivitas masing-masing individu/pasangan induk ikannya. Catatan dilakukan pada selembar kertas yang ditempelkan pada sisi akuarium bersangkutan. Salah satu diskus unggulannya tercatat sebagai berikut.
Catatan: bertelur tanggal 18/7 (Juli), 24/7, 28/7, 2/8 (Agustus), 7/8, 14/8, 18/8, 23/8, 2/9 (September), 8/9, 13/9, 19/9, 30/9, 5/10 (Oktober), 12/10, 19/10, 23/10, 5/11 (November), 12/11, 21/11, dan 9/12 (Desember). “Induk ini produktif sekali,” kata Zen. Namun, produksinya akhir-akhir ini agak jarang. Sebelum November rata-rata tiap 5 hari sekali menghasilkan telur.
Dari 30 akuarium yang ada, 16 akuarium digunakan untuk memelihara anak diskus yang dibesarkan dengan inang asuh. Diskus yang digunakan untuk inang asuh ialah diskus lokal yang harganya murah seperti strain Cobalt dan Heckel. Keunggulan induk lokal ini pintar merawat dan sayang anak. Starain diskus yang nilainya mahal seperti Snake Skin, Red Marlboro atau Solid Blue, dipelihara sebagai penghasil telur saja.
Umur 3—4 hari setelah menetas, larva mulai menyusu pada inang asuhnya. Sekitar 7 hari setelah menyusu, larva bisa dilatih memakan nauplii artemia atau daphnia saring. Sampai umur satu bulan anak diskus masih tetap dipelihara di akuarium perawatan anak, walau seminggu sebelumnya sudah dipisah dari inang asuhnya. Lengkap umur sebulan, diskus sudah menyukai cacing darah atau cacing sutera sebagai pakan favoritnya.
Pembesaran diskus
Di pihak breeder, diskus umur sebulan sudah harus terjual ke pihak lain untuk dibesarkan. Mulai usia ini merupakan tugas petani, penangkar, penghobi, dan penggemar ikan untuk membesarkan sampai minimal berukuran 2 inci (5 cm). Lama pemeliharaan sekitar 2 bulan.
Lebih dari satu bulan ditangani penangkar
Akuarium persegi berukuran 100cm x 50cm x 40cm mampu memuat 100 – 150 ekor burayak diskus umur sebulan berukuran 0,5 inci (sekitar 1 cm). Umur dua bulan atau satu bulan setelah ditangkar untuk dibesarkan, ukurannya menjadi 1 inci (2,5 cm). Mulai saat ini populasi ikan dipecah menjadi dua akuarium yang berukuran serupa sehingga berisi 50—60 ekor per akuarium. Setelah panjang ikan mencapai 2 inci, populasinya dipecah lagi menjadi 4 akuarium sehingga populasinya menjadi 25 ekor per akuarium. Untuk remaja, ideal 14 ekor diskus per akuarium ukuran
di atas.
Burayak diskus umur satu bulan sampai menjadi ikan muda berukuran 3 inci diberi pakan 3 — 4 kali sehari tiap pagi, siang, dan sore. Jenis pakan terbaik cacing sutera atau cacing merah. Pemberian jangan sampai terlalu kenyang, pakan dijatah seperlunya. Pemberian pakan yang lebih sering, lebih bagus, asalkan jangan sampai kenyang.
Setelah ikan muda berukuran di atas 3 inci, dapat diberi pakan cuk alias jentik-jentik nyamuk. Pemberian cuk merangsang diskus tumbuh dewasa dan menghasilkan telur. Diskus sangat menyukai jentik-jentik nyamuk.

Diskus kontes
Diskus untuk kontes rata-rata ikan yang sudah dewasa, minimal berumur setahun dan berukuran standar 5 inci. Diskus berukuran 4 inci berhak mengikuti kontes, dan ini merupakan ukuran minimal. Masingmasing penggemar memiliki kiat sendiri dalam merawat diskusnya agar tampil prima dan warna tubuh muncul cemerlang.
Warna diskus paling cemerlang saat birahi. Untuk membantu keluarnya warna merah atau cokelat lebih cemerlang , selama perawatan diskus diberi makan telur udang segar. Untuk membantu keluarnya warna biru atau hijau, diskus dapat diberi makan spirulina, sejenis ganggang renik yang sangat kaya protein. Perawatan dengan pakan alami ini dimulai sejak diskus muda berukuran 3 inci.
Nilai diskus dalam kontes ditentukan oleh size (ukuran besar), bentuk (bulat cangkram), fin (tinggi), komposisi warna, susunan sisik, keharmonisan letak mata dengan tubuh, warna mata (merah, oranye, kuning, hitam yang tertinggi nilainya merah), kecerahan warna, keserasian kombinasi warna, susunan garis-garis, perilaku ikan (nilai tertinggi). Semua unsur itu digabung. Jumlah gabungan nilai tertinggi berhak terpilih menjad pemenang.
Budidaya diskus adalah permainan air, baik untuk pembenihan ataupun penangkaran. Kalau airnya bersih dan cocok untuk kehidupan ikan, tak ada masalah untuk kesehatan ikan. Penyebab timbulnya penyakit adalah kebersihan kurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar