Selamat Datang

Selamat Datang di Situs Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan

Minggu, 07 Desember 2014

Budidaya Infusoria



Infusoria adalah salah satu pakan alami dari golongan protozoa, yaitu kumpulan organisme bersel tunggal yang terdiri dari kelompok siliata dan kelompok flagelata. Kedua kelompok ini dibedakan dari alat gerak yang dimiliki. Kelompok siliata mempunyai alat gerak yang disebut silia atau rambut getar, sedangkan kelompok flagelata mempunyai alat gerak yang disebut flagel atau bulu cambuk.
Infusoria berkembang biak dengan dua cara, yaitu dengan konjugasi dan pembelahan sel. Cara konjugasi yaitu dua sel induk saling menempel dan kemudian terjadi pertukaran dan pembauran inti sel, sedangkan cara pembelahan sel adalah sel membelah secara horisontal dengan pembagian inti yang sesuai.
Kelompok siliata yang biasa dijumpai dalam budidaya infusoria ialah paramaecium. Untuk kelompok flagelata yang biasa ditemui antara lain Chlamydomonas, Euglena viridis dan Ceratium hirudinella. Paramaecium


mempunyai ukuran panjang 80-350 mikron, bentuknya lonjong mirip sandal dan pada ujung tubuhnya yang lancip terdapat lekukan yang merupakan mulutnya serta pada seluruh tubuhnya terdapat bulu getar yang merupakan alat geraknya.
Hidupnya bergerombol sehingga mudah dilihat dengan mata telanjang, sering ditemui di perairan yang banyak mengandung bahan organik. Tempat seperti itu misalnya perairan sawah yang mengandung busukan jerami, di perairan yang ada limbah rumah tangga, dan perairan yang banyak ditumbuhi tanaman air seperti teratai dan enceng gondok. Di perairan seperti ini biasanya banyak ditemui bakteri, protozoa lain yang lebih kecil, ragi ataupun detritus yang merupakan pakan infusoria.

A.   Pembibitan
Untuk mendapatkan bibit infusoria, air di tempat yang telah ditentukan kemudian disaring menggunakan plankton net. Air hasil saringan ditampung dalam botol dan


selanjutnya diamati di bawah mikroskop untuk mengetahui keberadaan infusoria.
Setelah mendapatkan bibit infusoria, langkah selanjutnya adalah membuat media pengembangan yaitu ekstrak rebusan jerami. Caranya adalah sebagai berikut :

  • Jerami dicuci pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang melekat seperti lumpur dan sisa pestisida. Selanjutnya jerami dipotong-potong halus dan direbus dengan air bersih selama 15 menit. Setelah dingin, air disaring dengan kain blacu.
  • Sementara jerami direbus, wadah yang akan digunakan disiapkan dan dibersihkan. Sebagai wadah digunakan fiberglas atau ember ukuran 25 liter. Air media yang telah disaring ditampung dalam wadah tersebut dan selanjutnya bibit diinokulasi serta diberi aerasi. Setelah 3 hari, air sudah ditumbuhi infosoria.


B.    Pengembangan secara masal
Pengembangan secara massal menggunakan wadah dari fiberglas atau bak semen ukuran 200-1000 liter.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

  • wadah dibersihkan dan selanjutnya diisi dengan air bersih.
  • Potongan-potongan jerami dimasukan ke dalam air. Bisa juga ditambahkan potongan selada dan kol atau bahkan kulit pisang kering apabila tidak mempunyai cukup stok jerami. Jumlah potongan jerami atau bahan lain yang digunakan sebanyak 5 kg untuk setiap 1.000 liter air.
  • Rendaman ini dibiarkan kurang lebih seminggu dan selama itu diberi aerasi terus-menerus. Setelah satu minggu, bibit infusoria dimasukan dan tetap diberikan aerasi untuk suplai oksigen serta untuk menghindari penguraian bakteri secara anaerob yang dapat menghasilkan gas beracun seperti H2S.
  • Pemanenan dapat dilakukan setelah 7 – 8 hari masa pemeliharaan. Panen dapat dilakukan dengan menciduk air dalam wadah pemeliharaan atau dengan cara penyiponan kemudian disaring dengan plankton net. Selanjutnya air yang tertampung dalam tabung plankton net dimasukan ke dalam ember dan siap dimasukan ke dalam bak pemeliharaan sebagai pakan benih ikan.

3 komentar: