Senin, 01 Oktober 2018

PEMELIHARAAN IKAN LELE SANGKURIANG DI KOLAM TERPAL


Pengusahaan ikan lele adalah Salah satu alternatif usaha yang dapat dikembangkan, karena pengusahaan jenis ikan ini memiliki keunggulan, yaitu dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air terbatas dengan padat tebar tinggi, serta dapat dipijahkan sepanjang tahun yang dalam hal ini dibudidayakan di kolam terpal.
Sejalan dengan perkembangan teknologi pembudidayaan ikan yang saat ini terus berkembang sesuai dengan dinamika yang ada, maka para Penyuluh Perikanan Kabupaten Sukabumi dituntut harus mampu menguasai berbagai teknologi perikanan yang saat ini terus dan sedang berkembang. Untuk mengasah dan menyegarkan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap (PKS) para penyuluh yang ada, maka dilakukanlah suatu upaya Pengkajian Teknologi Budidaya Lele dalam Wadah Terpal. Disamping itu mengingat saat ini kebutuhan air (khususnya untuk irigasi) masih menjadi kendala utama di sektor pertanian sehingga ada waktu-waktu dimana mereka mendapatkan air secara bergiliran. Disatu pihak komoditi perikanan (ikan air tawar) memerlukan media air yang cukup di sepanjang masa pemeliharaannya. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka saat ini para pembudidaya ikan air tawar disarankan melakukan pemeliharaan ikan dengan wadah/media terpal. Sebab dengan menggunakan terpal biaya akan lebih irit/murah jika dibanding membuat kolam permanen (beton) dan lokasi kolam juga dapat dibuat di sekitar pekarangan rumah.


a.   Keunggulan Kolam Terpal
·      Lebih fleksibel, dimana penggunaannya dapat di integrasikan dengan kegiatan lain, seperti longyam, pertanian maupun perkebunan dan juga dapat ditempatkan disekitar rumah/pekarangan.
·      Efesiensi pengunaan air, mengingat untuk budidaya lele sistim terpal kita hanya perlu mengisi air pada awal dan penambahan air dapat juga disesuaikan dengan kondisi, misalnya air dalam kolam terpal berkurang. Dengan demikian sebagai pembudidaya ikan lele tidak akan menjadi penyaing dalam pengambilan air irigasi.
·      Dapat dibuat dan ditempatkan pada kondisi lahan yang poros/sulit air irigasi
·      Air media budidaya tidak merembes keluar areal, sehingga akan mengirit penggunaan air bahkan air bekas pemeliharaan sebelumnya hamper setengah bagian dapat juga digunakan lagi untuk pemeliharaan selanjutnya.
·      Biaya pembuatannya lebih murah daripada membuat kolam beton/permanent atau semi permanent.
·      Jangka waktu ekonomis kolam terpal dapat mencapai 3 (tiga) tahun atau 4 kali siklus produksi.
·      Mudah cara merakit/membuat kolam sistim terpal.



b.  Cara Pembuatan Kolam Terpal
Setelah semua bahan tersedia, terlebih dulu ratakan tanah yang akan di pakai untuk mendirikan kolam terpal, jangan sampai ada benda tajam di atasnya. Pada bagian dasar terpal diberikan sekam setebal ± 5 cm sebagai stabilitas suhu dan juga untuk menghindari agar terpal tidak terkeca batu atau benda lainnya sehingga terhindar dari kebocoran. Adapun cara pembuatan kolam terpal yaitu :
  • Pasang patok (dari kayu usuk/kayu hidup) berbentuk persegi dengan panjang 5 meter dan lebar 3 meter dengan ketinggian 100 cm (jika sudah ditanam patok yang kelihatan ± 100 cm)
  • Di sela-sela patok tersebut diberikan lagi beberapa patok tambahan dengan jarak 25 cm dengan ketinggian yang sama
  • Setelah patok tersebut cukup kuat, lalu pagari/pasang belahan papan (begesting) atau bilah bambu berjajar dari permukaan tanah terus ke atas sampai ketingian 100 – 120 cm.
  • Agar patok/rangka terpal lebih kuat dapat pula diberikan tumpukan batako pada bagian luar
  • Jika rangka sudah kuat, maka terpal sudah siap dipasang pada bagian dalam petakan persegi yang telah disiapkan.
  • Alasi rangka tersebut dengan sekam setebal 3-5 cm untuk menghindari kebocoran dan pengaruh benda tajam dibawahnya
Setelah rangka selesai dibuat dan cukup kuat, maka terpal sudah dapat dipasang pada bagian dalam rangka. Pemasangan terpal harap hati-hati agar jangan sampai ada terpal yang bocor dan terlipat tidak beraturan. Pertama bentangkan terpal di dalam kotak persegi, kemudian ratakan, lipat terpal persis melekat di dinding/rangka, atur lipatan di setiap sudut supaya kelihatan baik, ikat kuat ujung terpal pada bagian sudut dan atas rangka. Jika masih ada terpal yang kelihatan tersisa, dapat dilipat ke bawah. Untuk memperpanjang jangka usia ekonomis terpal dan juga menjaga stabilitas suhu dalam kolam terpal, maka di atas kolam perlu dibuat pelindung/naungan yang terbuat dari daun kelapa atau plastik/ paranet. Untuk memudahkan sirkulasi keluar masuknya air dalam bak terpal, perlu dibuat/dipasang pipa pengeluaran yang letaknya di salah satu pojok/sudut bak.

Gambar Kolam Terpal


c.   Pemeliharaan dan Perawatan Ikan Lele dalam Kolam Terpal
Untuk mendapatkan lele yang berkualitas dan hasil yang memuaskan maka kondisi kolam harus disesuaikan dengan habitat yang disukai lele. Oleh karena itu, kolam karpet yang telah dibuat harus disesuaikan terlebih dahulu. Bibit lele yang baru dibeli juga harus diadaptasikan dan diberi perlakuan sebelum dimasukkan ke dalam kolam.
§  Perawatan Lele Dalam Kolam Terpal
§  Perawatan lele di kolam karpet pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu diperhatikan dalam kolam karpet adalah sebagai berikut.
§  Penambahan air dalam kolam Terpal
§  Bila air dalam kolam karpet berkurang karena proses penguapan maka tambahkan air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Panambahan air dilakukan apabila ketinggian air dalam bak terpal berkurang/kurang dari ketinggian yang diharapkan (dalam setiap penambahan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm sehingga kualitas air tetap terjaga). Jika air didalam kolam berkurang perlu ditambahkan hingga ketinggian normal kembali
§  Tanaman pelindung dalam kolam
Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga dapat mengisap kotoran di dalam air.
Jenis tanaman pelindung/tanaman air yang biasa digunakan yaitu kapu-kapu dan enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele. Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan makanan tambahan

d.  Penebaran Benih
Untuk pengkajian budidaya lele dalam terpal, kita tidak menggunakan media Lumpur, dalam hal ini kita langsung memasukan air dari sumber kedalam bak terpal, dengan urutan sebagai berikut :
·         Kedalaman air yang digunakan 25 cm – 50 cm ( tinggi/selisih antara permukaan air dan terpal minimal 20 cm). dengan adanya selisih jarak tersebut diharapkan lele tidak meloncat keluar kolam. Setelah air penuh, kemudian diberikan garam dapur 25 gr/m3 air dan air perasan kunyit.
·         Bila perlu diberi pupuk kandang awal dilakukan 2 minggu sebelum tebar dengan dosis pupuk kandang yang diberikan yaitu dengan dosis 500 - 700 gr/m2 atau dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, SP 36 20 gram/m2 dan ammonium nitrat 15 gram/m2.
·         Untuk tahap awal dan mempertahankan kualitas air, perlu diberikan probiotik 10 ml/m3 air dengan tujuan untuk mempercepat penguraian bahan organik dan juga diberikan garam ikan sebanyak 2 kg/bak dengan tujuan sterilisasi dan membunuh bibit penyakit yang ada dalam air.
·         Untuk pupuk kandang sebaiknya diberikan dengan cara digantung menggunakan karung atau jaring yang bertujuan agar hanya sari-sari pupuk saja yang keluar, sedangkan ampasnya tidak ikut keluar, dimana ampas pupuk dapat juga mengotori kolam yang pada gilirannya nanti dapat menjadi media penyebaran penyakit.
·         Kolam terpal siap untuk digunakan setelah 3 – 5 hari proses pemupukan dan persiapan lainnya, dimana pada saat itu plankton didalam air diharapkan sudah tumbuh. Makanan alamiah yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
·         Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
·         Selanjutnya disiapkan bibit ukuran 7 – 8 cm dengan padat tebar 300 ekor/m2. Pemeliharaan dalam kolam karpet, sebaiknya tidak menggunakan bibit yang berukuran kecil agar tidak terjadi banyak kematian. Pemakaian bibit berukuran lebih besar akan lebih baik dan waktu pemeliharaan lebih cepat (misalnya 2,5 bulan sudah mencapai ukuran layak dikonsumsi). Bibit yang baru dibeli (baru tiba) jangan langsung dimasukkan ke dalam kolam. Bibit yang ada dalam bungkusan kantong plastik tersebut harus dituangkan bersama airnya ke dalam ember. Kemudian setiap satu jam ditambahkan air dari kolam ke dalam ember tersebut. Penambahan air tersebut dilakukan hingga 3 kali. Tujuannya, agar bibit lele dapat beradaptasi dengan suhu air dalam kolam.
·         Setelah itu, bibit yang telah diadaptasikan tersebut dimasukkan ke dalam kolam karpet. Pemberian pakan berupa pelet yang telah dihaluskan dapat diberikan setelah beberapa jam kemudian setelah ikan menyebar diseluruh bagian kolam.

e.   Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein berkisar antara 26-28 %. Pemberian pakan ini dilakukan secara berkala dengan dosis 3-5 % dari bobot total ikan dan frekuensi pemberiannya sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang dan sore).
Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan sejak benih berumur 2 minggu yaitu pakan berupa bentuk serbuk halus. Penghalusan butiran lebih praktis dengan menggunakan alat blender atau dengan cara digerus/ ditumbuk. Kemudian setelah itu berangsur-angsur gunakan pelet diameter 1milimeter barulah kemudian beralih ke pelet ukuran 2 milimeter (sesuai dengan umur ikan lele). Hal ini dimaksudkan agar pelet dapat dicerna lebih baik dan lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran ikan lele selama pertumbuhannya.
Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 % dari berat badannya. Berat badan lele pada usia 65 hari adalah 120 - 125 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan berisi 7 - 8 ekor lele.
Dengan tingakat Konversi pakan 0,85 : 1, maka pakan yang dibutuhkan selama masa pemeliharaan satu periode tanam (65 hari) dan tingkat mortalitas sebesar 10 % adalah 344,25 kg.
Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele, sebaiknya diberikan pakan substitusi seperti dedak halus, limbah dapur, rayap, keong mas (siput murbei) bahkan bangkai ayam.
Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama tanaman padi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan substitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran. Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya disediakan tempat (ember) limbah yang dapat diambil setiap waktu. Demikian pula, jika di lingkungan sekitar terdapat peternakan ayam. Ayam-ayam yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai diberikan pada saat lele berusia satu bulan. Bangkai ayam yang digunakan untuk pakan harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian, bangkai tersebut dibakar hingga bulu-bulunya habis. Selanjutnya, badan ayam diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam setelah daging ayam dingin. Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada bambu/kayu yang dipalangkan di bagian atas lebar kolam. Hal ini bertujuan agar tulang-tulang ayam mudah diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.
Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih dahulu. Setelah dicacah, keong mas dimasukkan ke dalam ember dan direndam beberapa saat dengan air mendidih. Setelah itu, air di dalam ember dibiarkan hingga menjadi dingin kemudian dimasukkan ke dalam kolam sesuai dengan kebutuhan.

f.    Panen
Lele dipanen pada umur 65 hari, waktu panen diusahakan pada pagi atau sore hari yaitu pada waktu cuaca tidak panas dan suhu stabil (tidak begitu tinggi).. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 100 gram/ekor.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring. Setelah dipanen, biarlah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1- 2 jam (untuk pengangkutan jarak dekat) dan diberok selama semalam (untuk pengangkutan jarak jauh) dengan tujuan agar feses atau kotoran ikan keluar sehingga dapat lele tidak stress dan dapat mutu dan kualitas dapat dipertahankan.

g.  Pengangkutan dan Pemasaran
Setelah dipanen, sebaiknya lele langsung dipasarkan dalam keadaan hidup (segar). Adapun cara pengangkutan yang dapat digunakan adalah dengan system terbuka dan tertutup. Kalo menggunakan sistem terbuka sebaiknya menggunakan alat berupa tong/drum/bak. Untuk menguragi kematian selama perjalanan akibat perubahan suhu yang signifikan maka pada wadah tong/bak ditambahkan bongkahan es yang dibungkus plastik. Cara pengangkutan ini dapat dilakukan apabila jarak angkut cukup dekat atau waktu pengangkutan tidak lebih dari 4 jam.
Kalau menggunakan sistim tertutup, maka harus disediakan oksigen dalam jumlah yang cukup. Caranya siapkan kantong plastik, berikan air ¼ bagian dari kantong, isikan lele sebanyak 2-3 kg/kantong, berikan oksigen 2/3 bagian dari kantong. Pengangkutan sistim ini dilakukan apabila jarak angkut lebih dari 5 jam.



ANALISIS BIAYA
 1)                          Asumsi produksi
Produksi ikan lele yang dapat dicapai setelah 65 hari pada masa pemeliharaan di kolam terpal dengan tingkat mortilitas 10 % adalah sebanyak 405 kg.

No.
Uraian
Jumlah
Satuan
Harga/Unit
Rp
Jml Harga
Rp
1
INVESTASI
a.    Terpal (6x8m)
b.    Selang
c.    Ember karet
d.    Gayung
e.    Lamit
TOTAL INVESTASI

48
15
2
1
1

m2
m
unit
unit
unit

11.000
2.500
10.000
5.000
15.000

528.000
37.500
20.000
5.000
15.000
605.500
2
BIAYA PRODUKSI
a.    Benih Ikan lele
b.    Pakan 65 hari
c.    Obat-obatan
d.    Penyusutan alat 3 tahun (12 periode)
TOTAL PRODUKSI

4500
344,25
1

3

ekor
kg
unit

tahun

200
6.000
50.000

16.000

900.000
2.065.500
50.000

50.000
3.065.500
TOTAL BIAYA (INVESTASI dan PRODUKSI)
3.671.000
3
PENJUALAN
405
kg
10.000
4.050.000



2)                           Analisa Usaha
Untuk perhitungan 1 Unit budidaya ikan lele di kolam terpal dengan ukran kolam terpal adalah 15 m3   ( 5 x 3 x 1 m ) adalah :
v  B/C Ratio
B/C ratio          = Tambahan output/Tambahan Input
                                    = 4.050.000 / 3.065.500
                                    =  1,32
Dari perhitungan diatas artinya usaha penanaman ikan lele memberikan hasil 1,32  kali modal yang dibutuhkan atau menguntungkan.

v  NVP ( Net Present Value )
NVP     = Rp. 4.050.000 – Rp. 3.065.500
                        = Rp. 984.500,-

v  BEP ( Break Event Point )
Nilai yang menunjukkan titik impas atau kondisi dari usaha yang tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian.
BEP Produksi  = Total Biaya Produksi / Harga Unit Jual
                                    = 3.065.500 / 10.000
                                    = 306,55 kg
BEP Harga      = Total Biaya Produksi / Jumlah hasil
                                    = 3.065.500 / 405
                                    = Rp. 7.569,-
Nilai BEP Produksi sebesar 306,55 kg menunjukkan bahwa titik impas atau kondisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian akan dicapai pada saat produksi usaha mencapai 306,55 kg.
Nilai BEP Harga Rp. 7.569,- menunjukkan bahwa nlai impas akan dicapai pada saat harga jual ikan lele Rp. 7.569,-

1 komentar: